Ramang, Macan Gol Indonesia di Masa Lalu


Ramang, Macan Gol Indonesia di Masa Lalu
Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:
Patung berwajah seorang pria yang sedang membawa bola, telah runtuh dari penyanggah prasasti. Tak ada lagi patung itu, yang dulunya berdiri di pintu utara bagian depan lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan. Memang hanya sebuah patung. Namun, sosok itu adalah Ramang. Sang legendalis sepak bola Indonesia era 50 sampai 60-an.
Kini ia memang sudah tiada. Jasadnya terkulai di Pemakaman Panaikang, Makassar. Namun, ia punya kenangan luar biasa bagi bentangan sejarah sepa kbola Indonesia. Ia bahkan menjadi sosok yang paling ditakuti dan menjadi ikon keemasan sepak bola Indonesia yang pernah dijuluki ‘Macan Asia’.
“Sejarah sepak bola negeri ini (Indonesia) pernah mencatat sosoknya. Sang ‘raja’ gol yang ditakuti semua lawannya di dunia. Namun ternyata, sejarah juga yang mencoba untuk melupakannya,” tutur Anwar Ramang, anak kedua Ramang.
Ramang tak pernah ada yang tahu, kapan pastinya ia dilahirkan. Tak ada catatan penting bayi Ramang. Yang teringat, ia dilahirkan di Barru, Sulawesi Selatan tahun 1928. Ayahnya bernama Nyo’lo, jagoan sepakraga yang sehari-hari menjadi ajudan Raja Gowa Djondjong Karaenta Lemamparang.
Ramang kecil sudah gemar bermain bola. Kali pertama ia bergabung dalam tim sepak bola kota kelahirannya, Bond Barru. Namun menjelang proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945, bersama istrinya, Sarinah, ia pindah ke Makassar dengan meninggalkan usaha warung kopi. Tapi surut dengan kegemarannya, bermain bola.
Namun gara-gara bola juga, kondisi ekonominya morat-marit. Untuk menghidupi keluarganya, Ramang menyambi hidupnya menjadi seorang kenek truk, hingga menjadi tukang becak.
Pada tahun 1947, melalui sebuah klub bernama Persis (Persatuan Sepak bola Induk Sulawesi) ia ikut kompetisi di Kota Makassar. Pada sebuah pertandingan, ia mencetak enam gol dan membuat klubnya menang 9-0. Sejak penampilan hebat itulah, ia akhirnya direkrut PSM yang waktu itu bernama Makassar Voetbal Bond (MVB).
Setelah itu, Ramang bukan sekedar menjadi pemain PSM. Kehebatannya mencetak gol dari segala posisi, PSM kerap menjuarai kompetesi perserikatan. Tak ayal, PSM akhirnya lebih dikenal dengan julukan "Pasukan Ramang".
Pada tahun 1952, PSSI terpicut. Tak pernah dibayangkan bergabung dengan PSSI. Ramang dijadikan andalan sebagai penyerang. Dan sejak itulah, ia kerap keliling Indonesia dan keliling dunia. Tahun 1954, ia bertanding ke negara Asia. Di laga itu, dari 25 gol yang dicetak tim Indonesia, 19 gol disarangi Ramang.
Sejak itulah, sepak bola Indonesia makin diperhitungkan di kancah Internasional. Tak hanya Asia yang pernah ditaklukkan, Yugoslavia yang gawangnya dijaga Beara (salah satu kiper terbaik dunia waktu itu) dan diperkuat "si kaki emas" Raymond Kopa juga takluk.
Tak sia-sia menyematkan ’Macan Asia’, bayangkan saja, PSSI juga mampu menundukkan kesebelasan Rusia dengan kiper top dunia Lev Yashin, klub Locomotive dengan penembak maut Bubukin, sampai Grasshoppers dengan Roger Vollentein. Dan Ramang, selalu mendapat pengawalan ketat agar tidak lolos ke jantung pertahanan lawan.
Sayangnya, karier Ramang tak panjang. Tahun 1960, ia diskorsing karena dituduh menerima suap. Tahun 1962 dipanggil kembali untuk memperkuat PSM. Namun pamor dan karier cemerlang, sudah mulai runtuh. Pada usia 40 tahun, ia mengakhiri karirnya usai PSM menelan kekalahan dari klub Medan, Sumatera Utara.
Ramang akhirnya kerap menjadi pelatih sepak bola. Bupati Blitar, meminta Ramang menjadi pelatih sepak bola. Ia juga tercatat melatih di PSM dan Persipal Palu. Di Palu, ia dihadiahi satu hektar kebun cengkeh oleh masyarakat Donggala, Palu, karena prestasinya membawa Persipal menjadi satu tim yang disegani di Indonesia.
Waktu berkata lain, perlahan-lahan kepamorannya disingkirkan dengan alasan Ramang tidak memiliki selembar ijazah kepelatihan. Padahal selama ini, Ramang hanya memadukan pengalaman dan sedikit teori yang pernah ia dapatkan dari Tony Pogacknis, mantan pelatihnya di PSSI.
Suatu malam di tahun 1981, sehabis melatih anak-anak PSM dengan jabatan sebagai asisten pelatih, Ramang pulang dengan pakaian basah dan membuatnya sakit. Enam tahun ia menderita sakit di bagian paru-parunya. Hidupnya surut dan tidak setangguh kejayaannya, ia terkurai lemah tanpa pengobatan ke rumah sakit karena kekurangan biaya.
Pada tanggal 26 September 1987, di usia 59 tahun, sakit paru-paru yang dideranya tak juga pulih. Indonesia berduka. Seorang legenda sepak bola yang pernah menjayakan dan menjadikan sepak bola Indonesia sebagai ‘Macan Asia’ hingga mancanegara ini, meninggal dunia di rumah sederhana di Jalan Andi Mappanyuki, Makassar, Sulawesi Selatan.
Ramang meninggalkan istri, Hj, Sarinah dan tujuh anaknya; Rauf Ramang, Ratna Ramang, Anwar Ramang, Arsyad Ramang, dan tiga anak lainnya yang sudah meninggal dunia. Tahun 1995, istrinya meninggal dunia. Jasadnya dimakamkan satu lubang kuburan dengan Ramang di pemakaman Panaikang, Makassar.


Posts
11.190
Berita Terkait
Timnas
Jordi Amat Bicara soal Terdepaknya Patrick Kluivert sampai Pelatih Baru Timnas Indonesia
Jordi Amat tidak menyangka Patrick Kluivert akan berpisah secepat ini dengan Timnas Indonesia.
Rizqi Ariandi - Minggu, 19 Oktober 2025

Timnas
Rizky Ridho Buka Suara soal Terdepaknya Patrick Kluivert dari Timnas Indonesia
PSSI mengakhiri kerja sama dengan Patrick Kluivert setelah Timnas Indonesia gagal ke Piala Dunia 2026.
Rizqi Ariandi - Minggu, 19 Oktober 2025

Sosok
7 Calon Pengganti Patrick Kluivert sebagai Pelatih Timnas Indonesia
Kegagalan Timnas Indonesia di putaran empat Kualifikasi Piala Dunia 2026 berujung pemecatan Patrick Kluivert beserta staf kepelatihannya.
Arief Hadi - Kamis, 16 Oktober 2025

Timnas
Statistik Patrick Kluivert di Timnas Indonesia: Dibantai Australia dan Jepang, Gagal ke Piala Dunia 2026
Patrick Kluivert memimpin Timnas Indonesia dalam 8 pertandingan. Hasilnya, lebih banyak kalah. Timnas Indonesia juga tercatat lebih banyak kebobolan daripada mencetak gol.
Rizqi Ariandi - Kamis, 16 Oktober 2025

Timnas
Tanggapan Erick Thohir Usai PSSI Akhiri Kerja Sama dengan Patrick Kluivert dan Jajarannya
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, melalui akun Instagram pribadinya, berterima kasih atas kontribusi Patrick Kluivert selama menukangi Timnas Indonesia.
Rizqi Ariandi - Kamis, 16 Oktober 2025

Timnas
Breaking News, PSSI Pecat Patrick Kluivert dan Semua Asistennya Usai Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026
PSSI mengakhiri kerja sama dengan Patrick Kluivert yang masih tersisa kontrak dua tahun.
Rizqi Ariandi - Kamis, 16 Oktober 2025

Timnas
Presiden Prabowo Berat Hati Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026, Erick Thohir Minta Maaf
Erick Thohir yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI meminta maaf kepada Prabowo Subianto karena Timnas Indonesia gagal berlaga di Piala Dunia 2026.
Rizqi Ariandi - Selasa, 14 Oktober 2025

Timnas
Gagal ke Piala Dunia 2026, Mental Pemain Timnas Indonesia Hancur Lebur
Timnas Indonesia tersingkir di Round 4 setelah dikalahkan Arab Saudi dan Irak.
Rizqi Ariandi - Selasa, 14 Oktober 2025

Timnas
Rapat Exco PSSI untuk Evaluasi Timnas Indonesia dan Patrick Kluivert Menunggu Waktu Luang Erick Thohir
PSSI juga memberikan waktu kepada Badan Tim Nasional menyusun laporan evaluasi sebelum menggelar rapat Exco.
Rizqi Ariandi - Selasa, 14 Oktober 2025

Timnas
Istana Dorong Evaluasi Timnas Indonesia Usai Gagal ke Piala Dunia 2026
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, berpesan untuk tidak lelah mencintai Timnas Indonesia.
Rizqi Ariandi - Selasa, 14 Oktober 2025
