Penyebaran Sepak Bola di Vatikan: Tetap Merajalela meskipun Bukan Dogma


BolaSkor.com - Vatikan dikenal sebagai negara terkecil di dunia yang dipimpin Paus Fransiskus. Kendati demikian, bukan berarti sepak bola tidak menyebar pada sendi-sendi kehidupan di Vatikan.
Ketika diminta menjelaskan Vatikan, ada beberapa hal yang terlintas. Negara terkecil di dunia, negara di dalam Italia, Paus Fransiskus, hingga pusat umat Katolik dari penjuru dunia.
Menariknya, Vatikan tidak hanya sebatas buah pikir di atas. Kendati luasnya hanya 44 hektar, tetapi Vatikan tetap memiliki beberapa klub sepak bola dan tim nasional.
Dengan populasi yang kurang dari 900 jiwa, Vatikan juga ingin eksis di dunia sepak bola dunia. Walhasil, tim nasional Vatikan resmi terbentuk pada 1972.
Baca Juga:
Paus Fransiskus, Suporter San Lorenzo yang Menolak Melabeli Lionel Messi sebagai Tuhan
Paus Fransiskus: Sebut Lionel Messi Tuhan Adalah Penistaan Agama
Menurut laman resmi FIFA, Vatikan merupakan satu di antara negara berdaulat yang tidak menjadi anggota. Vatikan lebih memilih berada di luar FIFA untuk menghindari kegaduhan.
Meski demikian, sepak bola tetap berkembang pesat di Vatikan. Apalagi, Paus Fransiskus diketahui merupakan penggemar sepak bola dan suporter klub asal Argentina, San Lorenzo de Almagro. Pria kelahiran Flores, Buenos Aires, Argentina, itu sudah mendukung San Lorenzo sejak kecil dan memiliki kartu anggota suporter.
Sejatinya, Vatikan sudah mengenal sepak bola sejak abad ke-16. Pada 7 Januari 1521, dan disaksikan oleh Paus Leo X, negara-negara Kepausan menggelar pertandingan sepak bola Firenze. Itu adalah permainan yang dimainkan di Italia dan menjadi cikal bakal sepak bola dan rugbi modern.
Kemudian, sepak bola modern menyentuh Vatikan tidak lama setelah perang dunia II. Perkembangan sepak bola di Vatikan pun semakin pesat sejak saat itu.
Sejumlah orang bermain sepak bola di sudut-sudut Vatikan. Sepak bola jadi cara melepas kepenatan. Tidak ada batas jabatan, melainkan untuk mempererat tali persahabatan.

Vatikan pun menggelar kompetisi yang diikuti empat tim pada 1947. Tim yang ambil bagian didominasi karyawan Takhta Suci. Sayangnya, kejuaraan harus dihentikan karena terjadi gesekan.
Meski demikian, penyebaran sepak bola di Vatikan tidak lantas mati. Justru terus berlipat ganda dan tidak berhenti. Apalagi, staf Museum Vatikan membentuk klub semi-profesional pertama pada pertengahan 1960-an.
Vatikan kemudian menghelat kompetisi liga perdana pada 1972. Ketika itu, tujuh tim ambil bagian. Kini, kompetisi liga sudah jadi rutinitas.
Menurut laporan FIFA pada 2020, peserta kompetisi liga di Vatikan bertambah menjadi delapan tim. Selain gelar liga, Vatikan juga punya kompetisi lainnya, yakni Piala Vatikan dan Piala Super Vatikan (pertama kali diluncurkan pada 2007).
Delapan tim yang berpartisipasi pada kompetisi liga Vatikan adalah Musei Vaticani, FC Guardia, DirTel Team, Pont. Univ. Lateranense, Archivio Segreto, Dirseco, Fortitudo 2007, dan Rappresentativa OPBG (Ospedale Pediatrico Bambin Gesù).
View this post on Instagram
Dengan luas wilayah yang tidak lebih besar dari kawasan Jakarta International Stadium (66,6 hektar), tentu sulit mencari lapangan untuk menggulirkan si kulit bundar. Walhasil, semua pertandingan di gelar di luar garis wilayah Vatikan. Meskipun, jaraknya masih berdekatan.
Pertandingan biasanya dimainkan di stadion Campo Pio XI yang berkapasitas 500 penonton, dekat Campo Cardinale Francis Joseph Spellman. Selain bisa digunakan untuk bermain sepak bola, tempat tersebut juga menawarkan pemandangan kubah Santo Petrus yang estetik dan menyegarkan mata.
Selain tiga kompetisi di atas, masih ada satu kejuaraan lain, yakni Piala Klerus. Kompetisi itu adalah Piala Dunia Mini untuk para pendeta dan seminaris.
Mulai bergulir pada 2007, Piala Klerus diperebutkan 16 tim dari seminari dan perguruan tinggi gerejawi Roma. Tim-tim tersebut dibentuk oleh pemain dari seluruh dunia.
Lebih dari 70 negara diwakili oleh 330 seminaris di Piala Klerus ke-14, yang seharusnya dimulai pada tanggal 8 Maret 2020. Namun, seperti kebanyakan ajang olahraga lainnya di seluruh dunia ketika itu, kompetisi tersebut ditunda akibat pandemi COVID-19.
Sebelum pandemi menyerang, para seminaris Afrika dari Collegio Urbano menjadi jawara Piala Klerus. Itu adalah trofi keempat untuk tim berjuluk Singa Afrika tersebut.

Demi memberikan payung organisasi, Vatikan membentuk federasi sepak bola yang diberi nama Associazione Sportiva Dilettantistica Vaticano atau ASD Vaticano pada 1972.
Dr. Sergio Valci yang merupakan seorang karyawan di Vatikan menjadi otak di balik kemunculan ASD Vaticano. Dr. Sergio Valci pun menjabat sebagai presiden ASD Vaticano hingga mangkat pada 2012.
ASD Vaticano kemudian melahiran tim nasional putra yang melakoni pertandingan debut "resmi" pada 1994. Ketika itu, timnas Vatikan bermain imbang melawan San Marino B. Sejak saat itu, timnas Vatikan bersua sejumlah timnas lainnya, klub, organisasi, atau badan amal.

Satu di antara pertandingan yang menarik adalah duel versus Monaco—yang merupakan lawan paling sering dihadapi—pada 2014. Pertandingan itu sempat ditunda karena jalanan macet akibat khotbah Paus Fransiskus. Apalagi, Paus Fransiskus memang diundang untuk menyaksikan laga itu secara langsung.
Pertandingan yang mencuri perhatian lainnya adalah ketika pelatih legendaris Italia, Giovanni Trapattoni, memimpin timnas Vatikan dalam laga amal melawan tim sepak bola polisi Italia pada 2010.
Berbagai orang dengan latar belakang berbeda pun pernah memperkuat timnas Vatikan. Biasanya, timnas Vatikan dihuni karyawan, Garda Swiss, pekerja kantor pos, atau sejumlah pesepak bola amatir. Dua di antaranya adalah Alessandro Quarta dan Bruno Mariotti yang pernah mencicipi kompetisi amatir di Italia.

Sebagaimana yang sudah diungkapkan di atas, andil Paus Fransiskus dalam penyebaran sepak bola di Vatikan juga cukup sentral. Pria 87 tahun itu mendukung lahirnya tim nasional putri Vatikan pada 2018. Menariknya, tim nasional putra dan putri ditukangi pelatih yang sama, yakni Gianfranco Guadagnoli.
Lebih dari separuh pemain timnas putri berasal dari staf yang bekerja di Vatikan. Selain itu, ada beberapa istri dan anak perempuan dari karyawan Vatikan.
"Paus Fransiskus memberikan dorongan besar kepada para wanita di Vatikan. Oleh karena itu, inisiatif ini merupakan perpanjangan dari hal tersebut," ungkap Danilo Zennaro, perwakilan dari Sport in Vaticano, sebuah asosiasi yang menyelenggarakan kegiatan sepak bola Vatikan, kepada Guardian.
"Kami sudah memiliki tim pria selama puluhan tahun. Jadi, sudah seharusnya kami menawarkan peluang bagi para wanita yang bekerja di Vatikan untuk berlatih olahraga ini."
Sebagian besar personel timnas putri Vatikan bermain di level amatir. Meskipun, tiga orang pernah bermain sepak bola di kancah papan atas pada masa lalu, termasuk sang striker sekaligus kapten, Eugene Tcheugoue.

Jadi, tidak heran jika perkembangan sepak bola di Vatikan melesat pesat di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus. Mantan presiden FIFA, Sepp Blatter, pernah bersaksi jika Paus Fransiskus tidak menentang sepak bola.
"Paus Fransiskus mengatakan kepada saya jika sepak bola itu baik karena menyatukan semua orang," papar Blatter menurut laporan Catholic Times setelah Argentina kalah dari Jerman pada final Piala Dunia 2014.
Ajaran Katolik juga tercermin di timnas Vatikan. Meskipun belum merasakan kemenangan pada pertandingan resmi, tetapi itu bukan problem.
"Modal sepak bola kami adalah lebih baik kalah terhormat daripada menang, tetapi curang," ujar monsinyur, Luis Ladaria Ferrer, pada 2014.
View this post on Instagram
Selain itu, timnas Vatikan juga menolak bergabung dengan CONIFA yang merupakan federasi di luar FIFA. Sebab, mereka tidak ingin terlibat masalah dengan anggota yang berasal dari wilayah bersengketa melawan negara berdaulat.
Bahkan, ajaran Katolik juga diterapkan ketika memilih sponsor untuk tim nasional. ASD Vaticano enggan bersepakat dengan perusahaan judi yang bersedia mengucurkan dana dalam jumlah besar.
ASD Vaticano tidak menjadikan sepak bola sebagai ajang cawe-cawe untuk kepentingan pribadi. Apalagi jika sudah melenceng dari tujuan awal dan norma yang dianut.
Akhirnya, pada 2019 timnas Vatikan lebih memilih Poderi di San Pietro, sebuah kilang anggur di Milan, menjadi sponsor pertama.
Sebagai epilog, sepak bola jelas bukan bagian dari dogma yang secara resmi disebarkan Paus Fransiskus di Vatikan. Meski demikian, sepak bola tetap bisa digunakan untuk mencerminkan cinta kasih Tuhan.
Johan Kristiandi
17.316
Berita Terkait
Serbia vs Inggris: The Three Lions Uji Nyali di Salah Satu Stadion Paling Angker Sedunia

Galeri Foto: Timnas Indonesia Main Imbang Lawan Lebanon

Prediksi Timnas Indonesia U-23 vs Korea Selatan U-23: Garuda Muda di Ujung Tanduk

Tak Pernah Menang Lawan Pelatih Negeri Ginseng, Gerald Vanenburg Tak Mau Ambil Pusing Jelang Timnas Indonesia U-23 Vs Korsel

Rival Watch Timnas Indonesia: Irak Juara Kings Cup, Arab Saudi Imbang dengan Ceko

Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia U-23 vs Korea Selatan U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, Selasa 9 September 2025

Terluka dan Harus Mendapatkan Tiga Jahitan, Erling Haaland 'Salahkan' Martin Odegaard

Prediksi dan Statistik Serbia vs Inggris: Lawan yang Akan Menyulitkan The Three Lions
Erick Thohir Sesumbar Performa Timnas Indonesia Meningkat Usai Imbang Lawan Lebanon

Posisi Striker Utama Liverpool, Hugo Ekitike Siap Bersaing dengan Alexander Isak
