Nostalgia - Lev Yashin Jatuh-Bangun Hadapi Timnas Indonesia di Olimpiade 1956
BolaSkor.com - Pesta olahraga dunia, Olimpiade, menjadi panggung impian para atlet untuk berlaga. Prestasi di Olimpiade menjadi tolak ukur bagi setiap atlet untuk mengguncang olahraga dunia.
Olimpiade kali ini berlangsung di Tokyo, Jepang. Olimpiade Tokyo 2020 baru digelar 23 Juli kemarin sampai 2 Agustus 2021 mendatang, setelah mengalami penundaan selama satu tahun akibat pandemi COVID-19.
Sayang, Timnas Indonesia belum bisa berkiprah di sana. Sepak bola Indonesa tidak masuk cabang olahraga prioritas untuk ikut Olimpiade.
Baca Juga:
Padahal dulu Timnas Indonesia menorehkan tinta emas saat keikutsertaan pertama kalinya di Olimpiade. Tepatnya Olimpiade Melbourne 1956, Australia.
Timnas Indonesia kala itu dilatih pelatih asal Yugoslavia, Tony Pogacknik. Skuat Garuda dihuni pemain jempolan pada masanya, seperti Maulwi Saelan, Endang Witarsa, Thio Him Tjiang, Ramlan, Andi Ramang, dan Rusli Ramang.
Skuat Garuda tampil di Olimpiade 1956 calon lawan di babak kualifikasi, Taiwan dianggap mengundurkan diri, karena terlambat menyerahkan daftar pemainnya. Timnas Indonesia mendapat keuntungan langsung lolos ke perempat final bersama Bersama India, Bulgaria, Yugoslavia, dan Amerika Serikat.
Lev Yashin Dibuat Jatuh-Bangun
Di babak perempat final, Timnas Indonesia harus menghadapi lawan tangguh Uni Soviet. Bagaimana tidak, Uni Soviet saat itu diperkuat kiper terbaik dunia Lev Yashin. Lalu ada Igor Netto, Eduard Streltsov, dan Valentin Ivanov.
Meski begitu, Timnas Indonesia menyulitkan Uni Soviet dengan skor akhir imbang tanpa gol. Ramang menjadi bintang dengan membuat kinerja lini belakang Uni Soviet harus bekerja keras. Bahkan, Lev Yashin sendiri mengakui Ramang menyulitkan dirinya.
"Bek-bek uni Soviet yang bertubuh raksasa langsung terbangun saat Ramang, penyerang lubang bertubuh kecil, melewati dua dari mereka dan memaksa (kiper Lev) Yashin melakukan penyelamatan dengan tepisan," demikian tulis FIFA dalam artikelnya.
"Dan meski tim Gavril Kachalin memegang kendali penguasaan bola setelahnya, mereka dibuat frustrasi oleh kegagalan mereka menjebol gawang tim underdog dan oleh skill Ramang dalam serangan balik."
"Pemain berusia 32 tahun (Ramang) hampir saja membuat Indonesia unggul, yang bakal menjadi puncak kejutan, pada menit ke-84 andai saja tendangannya tidak ditahan pria yang dikenal luas sebagai kiper terhebat dalam sejarah sepak bola," lanjut FIFA.
"Jika Uni Soviet belum tahu siapa Ramang sebelum laga tersebut, mereka tentu saja memberi perhatian padanya menjelang laga ulangan."
Namun, Timnas Indonesia harus menyerah 0-4 pada partai ulangan. Uni Soviet pun melaju ke babak selanjutnya hingga meraih medali emas.
Tengku Sufiyanto
17.779
Berita Terkait
Klasemen Perolehan Medali SEA Games 2025, Rabu (17/12): Tambah 10 Medali Emas, Tim Indonesia Nyaman di Urutan Kedua
SEA Games 2025: Pecah Telur Medali Emas, Tim Equestrian Indonesia Bidik Target Lebih Tinggi
Talavera vs Real Madrid: Los Blancos Pantang Anggap Enteng Lawan
SEA Games 2025: Tim Berkuda dan Gulat Rebut Medali Emas Pertama
Chelsea ke Semifinal Piala Liga Inggris, Enzo Maresca Kembali Tersenyum
SEA Games 2025: Riau Ega Raih Medali Emas, Tim Panahan Indonesia Mendominasi
SEA Games 2025: Rendi dan Memo Ungkap Kisah di Balik Medali Emas Nomor Men's Double Sculls
Kylian Mbappe Menang Gugatan, PSG Harus Bayar Rp1 Triliun Lebih
SEA Games 2025: Resep Panahan Indonesia Kawinkan Emas Beregu Recurve
Jadi Kiper Terbaik FIFA 2025, Gianluigi Donnarumma Bidik Banyak Trofi di Manchester City