Cerita Imran Nahumarury soal Tulehu, Desa Kecil di Maluku yang Jadi Pabrik Pesepak Bola untuk Indonesia

Hadi FebriansyahHadi Febriansyah - Rabu, 29 April 2020
Cerita Imran Nahumarury soal Tulehu, Desa Kecil di Maluku yang Jadi Pabrik Pesepak Bola untuk Indonesia
Desa Tulehu. (Istimewa)

BolaSkor.com - Salah satu desa di timur Indonesia menjadi pemasok banyak pemain Timnas Indonesia. Bukan di Papua, tapi desa ini berada di Maluku. Ya Tulehu namanya. Bahkan Tulehu mendapat predikat "Kampung Sepak Bola".

Tulehu, sebuah desa atau negeri di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, tak asing di telinga pecinta sepak bola nasional. Banyak pemain-pemain berbakat lahir dari desa tersebut.

Ramdani Lestaluhu (Persija Jakarta), Alfin Tuasalamony (Madura United), Rizky Pellu (PSM Makassar), dan Abduh Lestaluhu dan Hendra Bayauw (Tira Persikabo) adalah beberapa contoh pemain yang dibesarkan di Tulehu.

Baca Juga:

6 Penyerang yang Sulit Dihadapi Versi Hamka Hamzah

5 Pemain Asing Terbaik Persebaya Surabaya Sepanjang Sejarah

Tidak hanya itu saja beberapa legenda sepak bola tanah air seperti Dedi Umarella dan Imran Nahumarury berasal dari sana. Tulehu sampai saat ini terus menyumbangkan pemain-pemain mudanya di Timnas Indonesia, salah satunya ialah Hamsa Lestaluhu yang bermain untuk Timnas Indonesia U-19.

Kesuburan Tulehu dalam menciptakan bibit-bibit pesepak bola andal bukan sebuah kebetulan semata. Imran Nahumarury membeberkan beberapa fakta menarik dibalik Tulehu yang menjadi pabrik bagi pesepak bola berbakat.

Imran menjelaskan setiap orang tua yang ada di Tulehu itu menginginkan anak laki-lakinya menjadi seorang pesepak bola. Bahkan ketika melakukan aqiqah, kaki balita di Tulehu itu dimasukan ke wadah berisi air dan nantinya kaki anak tersebut di oleskan rumput lapangan sepak bola.

Ramdani Lestaluhu. (BolaSkor.com/Hadi Febriansyah)

Hal tersebut dilakukan secara turun-menurun, dari mulai jaman dimana Indonesia masih dijajah oleh bangsa Eropa. Sampai pada akhirnya, kebiasaan tersebut dijadikan adat di sana.

"Banyak yang belum pernah diketahui, di Tulehu ketika anak balita melakukan aqiqah, orang tua di sana pasti menyediakan wadah berisi air dan rumput dari lapangan sepak bola dan ini sudah menjadi kewajiban orang tua di Tulehu melakukan itu," kata Imran kepada BolaSkor.com.

Bukan hanya itu saja kebiasaan yang dilakukan. Pemain yang berhasil membawa Persija meraih gelar juara pada tahun 2001 lalu itu juga menjelaskan ada kebiasaan setiap hari raya ada turnamen yang diikuti oleh pemain profesional.

Bukan tanpa alasaan ada turnamen di hari raya ini. Pasalnya ketika hari raya banyak pemain yang pulang kampung ke Tulehu, pada saat itulah sambil menjaga kondisi mereka ikut memeriahkan turnamen tersebut.

(Istimewa)

"Menariknya turnamen ini ialah, pemain tidak sembarangan untuk bisa berada dalam satu tim. Setiap tim terdiri dari dua kasta kompetisi yang ada di Indonesia. Pemain di Liga 1 biasanya bermain dengan tim Liga 1," jelas Imran.

"Itu dilakukan agar para pemain yang bermain di Liga 2 termotiviasi untuk bisa bermain di Liga 1. Jiwa kompetitf mereka pun akhirnya terbangun di sini. Sehingga ada asa untuk bisa bermain di Liga 1," tambahnya.

Satu hal yang paling penting dari itu semua ialah para pemain memiliki mentor dari para idolanya. Imran mengaku ketika ia belum menjadi apa-apa namun ada sosok Tony Tanamal lah yang menjadi pelatih sekaligus mentornya selama di Tulehu.

Sama seperti sekarang, pemain-pemain muda yang ada di Tulehu pun pasti mendapatkan kesempatan belajar dari para seniornya yang ada sekarang, seperti Abduh Lestahulu, Rizky Pellu dan masih banyak pemain-pemain lainnya.

(Istimewa)

"Praktek itu yang lebih bisa dimengerti oleh para pemain. Selain itu, senior-senior yang kini bermain di klub mereka tidak sungkan untuk memberikan pengalaman mereka kepada pemain muda. Dari situ muncul motivasi tinggi pemain untuk bisa mencontoh para seniornya," ujar Imran.

Meski menjadi pabrik pemain sepak bola di Indonesia, tapi ada kendala yang menghambat bocah Tulehu lainnya berkarier emas di sepak bola. Salah satu pelatih SSB di Tulehu, Sani Tawanila mengatakan faktor ekonomi jadi kendala utama.

“Kendala mungkin soal lingkungan dan kondisi orang tua. Kondisi ekonomi keluarga mereka yang mungkin mereka butuh gizi yang dicukupi untuk bisa tumbuh secara fisik lebih baik lagi.” kata Sani.

Patut ditunggu, setelah Hamsa Lesataluhu dan almarhum Alfin Lestaluhu, siapa lagi bocah Telehu yang akan menjadi tulang punggung Timnas Indonesia di masa yang akan mendatang.

Imran Nahumamury
Posts

4.871

Bagikan