Buah Simalakama di Balik Performa Gemilang Firmansah


BolaSkor.com - Firmansah sedianya merupakan nama yang lumrah digunakan untuk penamaan orang Indonesia. Tapi kali ini, bukan Firmansah itu yang kami bahas, melainkan Firmansah yang notabene singkatan dari trisula Liverpool: Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Mohamed Salah.
Kerja sama ketiganya menjadikan Liverpool sebagai klub penilik lini depan terbaik di Eropa. Jika ditotal, ketiganya total mencetak 89 gol. Mane, Firmino, dan Salah, berkontribusi besar membawa Liverpool ke final Liga Champions untuk menantang juara bertahan dua kali beruntun, Real Madrid.
Sekilas, kerja sama trisula tersebut mengingatkan publik akan trio MSN Barcelona yang berisikan Luis Suarez, Neymar, dan Lionel Messi di masa lalu. Kendati demikian, trio Firmansah belum berkontribusi membawa Liverpool bersaing merebutkan trofi domestik di musim ini.
Dibanding performa mereka di Eropa, permainan Liverpool di Premier League cenderung inkonsisten. Pada laga tiga laga terakhir mereka di Premier League, Liverpool tidak pernah menang dengan raihan dua hasil imbang melawan West Bromwich Albion (2-2) dan Stoke City (0-0), dan di laga terakhir, kalah 0-1 dari Chelsea di Stamford Bridge.
Kekalahan dari Chelsea menjadi yang kedua kalinya beruntun mereka rasakan, setelah sebelumnya kalah 2-4 dari AS Roma di leg kedua semifinal Liga Champions - Liverpool tetap lolos karena unggul agregat gol 7-6. Dari dua laga terakhir Liverpool, pemerhati sepak bola yang dahulu bermain dengan Newcastle United dan Tottenham Hotspur, Jermaine Jenas, melihat trisula Firmansah tidak lagi bermain kolektif. Mereka menjadi egois ketika dihadapkan dengan opsi mencetak gol.
"Saya melihat sesuatu di leg kedua yang belum pernah saya lihat sebelumnya musim ini. Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane menjadi egois untuk kali pertamanya. Biasanya, ketika mereka melakukan serangan balik, ketiganya mencoba menemukan posisi satu sama lainnya dan cara terbaik untuk mencetak gol," papar Jenas, dilansir dari Goal, Senin (7/5).
"Ya, Salah memang mencetak mayoritas gol, tapi mereka berbagi gol tersebut dan inilah alasan utama, mengapa segalanya berjalan dengan baik. Kali ini, sepertinya tiba-tiba tiap individu di antara mereka mencari kejayaan sendiri - sepertinya mereka tidak ingin mengoper satu sama lain lagi."
"Orang berbicara tentang lini serang Liverpool di antara yang terbaik di kompetisi Eropa, tapi itu semua terjadi ketiga ketiganya bekerja sama sebagai satu unit. Kejadian itu tidak hanya terjadi di satu laga, karena diikuti laga lainnya melawan Chelsea, ketika kerja sama mereka tidak lagi sama seperti biasanya," urai Jenas.
Benar atau tidaknya mungkin hanya Jurgen Klopp, manajer Liverpool, yang tahu. Jika benar demikian, Klopp harus segera membenahinya karena Madrid tak akan memberi ampun ketika Liverpool melakukan kesalahan, sekecil apapun itu kesalahannya.
Arief Hadi
15.352
Berita Terkait
Gagal Dapatkan Carlos Baleba, Manchester United Bidik Gelandang Andalan Baru Thomas Tuchel di Timnas Inggris

Ange Postecoglou Punya Ambisi Besar di Nottingham Forest, Arsenal Jadi Rintangan Pertama

Jelang Derby d’Italia, Inter Milan Akan Siapkan Sesuatu yang Berbeda

Terungkap, Ini yang Mengakibatkan Performa Pecco Bagnaia Turun di MotoGP 2025

Bambang Pamungkas Didapuk Jadi Direktur Olahraga Persija Jakarta
Hasil Super League 2025/2026: Persita Tangerang dan PSBS Biak Raih Kemenangan Perdana

Hadapi 74 Dakwaan, Chelsea Terancam Kena Sanksi Berat

Transisi Menpora, Persiapan MotoGP Indonesia 2025 di Sirkuit Mandalika Tetap Berjalan Mulus

Chemistry Pemain Persib Belum Menyatu, Peluang Debut Thom Haye dan Eliano Reijnders Menipis

Tolak Turun Gaji, Masa Depan Mantan Penyerang Sayap Manchester United Tidak Jelas
