Ragam Feature

Tidak Hanya Terjadi di Indonesia, Berikut 5 Kasus Pengaturan Skor Paling Terkenal

Johan Kristiandi - Kamis, 06 Desember 2018

BolaSkor.com - Belakangan ini, sepak bola Indonesia menjadi atensi publik. Bukan karena prestasi, melainkan isu pengaturan skor.

Isu bermula ketika terjadi beberapa kejanggalan pada ajang Liga 2. Setelah itu, sejumlah pihak mengaku mengetahui telah terjadi usaha pengaturan skor pada babak delapan besar Liga 2. Akibatnya, anggota Komite Eksekutif (Exco), Hidayat, dijatuhi hukuman karena terbukti terlibat.

Sementara itu, situasi tak jauh berbeda terjadi di Liga 1. Kapten Sriwijaya FC, Yuu Hyun-koo, mengaku mendapatkan tawaran hingga Rp 400 juta untuk mau mengalah.

Baca juga:

Nostalgia 3 Hal yang Terjadi Sebelum Dominasi Ronaldo-Messi di Ballon d'Or

3 Manajer Pengangguran yang Berpeluang Gantikan Jose Mourinho

Konferensi Pers pengunduran diri Hidayat dari anggota Exco PSSI. (BolaSkor.com/Muhammad Adiyaksa)

Sejatinya, sepak bola Indonesia bukanlah satu-satunya yang menjadi ladang dalam hal pengaturan skor. Beberapa kompetisi di negara maju pun juga terbukti terjadi pengaturan skor pertandingan.

Berikut ini BolaSkor.com telah mengumpulkan lima di antaranya:

Choi-Sung Kuk

Pesepak bola Korea Selatan, Choi-Sung Kuk, dinyatakan bersalah karena terlibat pengaturan skor pada pertandingan di liga Korea Selatan, K-League. Akibatnya, Choi dilarang FIFA terlibat dalam sepak bola seumur hidup.

Tidak hanya itu, Choi-Sung Kuk juga menerima hukuman 10 bulan penjara. Pihak berwajib mengambil keputusan itu setelah sang pemain terbukti memanipulasi hasil dua pertandingan pada 2010.

Sepak bola Korea Selatan memang sedang giat memberantas pengaturan skor. Lebih dari 10 pesepak bola K-League menerima hukuman pada tahun lalu.

Sepak Bola Italia

Juventus terlibat skandal pengaturan skor pertandingan di sepak bola Italia pada 2006 yang membuat mereka turun ke Seri B dan menanggalkan gelar liga Serie A 2005 dan 2006. Kejadian itu beken dengan debutan calciopoli.

Masalah tersebut berbuntut hukuman kepada direktur Juventus saat itu, Luciano Moggi. Moggi dijatuhi hukuman lima tahun plus empat bulan penjara. Sementara itu, pemilik Fiorentina, Andrea Della Valle dan Diego Della Valle menerima hukuman penjara 15 bulan dan denda masing-masing 25 ribu euro.

Sementara itu, presiden Lazio, Claudio Lotito,juga mendapatkan hukuman 15 bulan dengan denda 25 ribu euro. Sedangkan, direktur eksekutif AC Milan, Leonardo Meani, dijatuhi hukuman satu tahun.

Total, 16 orang dihukum akibat terlibat calciopoli. Sepak bola Italia membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun untuk kembali pulih setelah kejadian itu.

Bruce Grobbelaar

Mantan penjaga gawang Liverpool, Bruce Grobbelaar, berjuang keras untuk membersihkan namanya setelah dituduh melakukan pengaturan skor pertandingan pada 1994. Surat kabar The Sun menuding Grobelaar mendapatkan 40 ribu pounds untuk membiarkan penggawa Newcastle United mencetak gol.

Grobbelaar awalnya dibebaskan, tetapi keputusan itu dibatalkan dua tahun kemudian setelah putusan pengadilan tinggi menyatakan bahwa: "Sementara itu, telah terbukti Grobbelaar telah menerima suap. Ia memang tidak terbukti membiarkan gol tercipta untuk memperbaiki hasil. Inilah alasan yang digunakan pada dewan juri saat dahulu."

Hakim yang memimpin jalannya sidang ketika itu, Bingham, mengatakan: "Ini adalah penghinaan terhadap keadilan jika pengadilan memberikan penghargaan kepada seorang lelaki yang terbukti bertindak dalam pelanggaran mencolok terhadap kewajiban hukum dan moral."

Meski begitu, pada akhirnya, Bruce Grobbelaar terbukti tidak bersalah.

Olympique Marseille

Sepak bola Prancis bukan tanpa kontroversi. Marseille terbukti bersama karena mengatur skor pertandingan pada awal 1990-an. Saat itu, Marseille memenangi empat gelar di antara 1989 hingga 1992 di bawah pelatih Bernard Tapie. Selain itu, Marseille juga memenangi Liga Champions.

Namun, deretan prestasi tersebut runtuh pada 1993 setelah Tapie terlibat dalam pengaturan skor. Gelar Ligue 1 milik Marseille dicabut dan dilarang berlaga di Liga Champions serta Piala Dunia Antarklub.

Setelah itu, Tapie dihukum dua tahun penjara, sedangkan Marseille terdegradasi ke divisi kedua akibat masalah keuangan. Saat itu, Raymond Goethals mengambil alih kursi kepelatihan Marseille.

Standard Liege

Pada 1982, Standard Liege didenda 75 ribu pounds setelah manajer mereka, Raymond Goethals, meminta kepada para pemain menawarkan bonus pertandingan kepada lawan agar dapat meraih kemenangan pada pertandingan terakhir dan memastikan gelar liga.

Akibatnya, Raymond Goethals bersama 13 pemain Liege Standar dilarang terlibat dalam urusan sepak bola di Belgia selama seumur hidup. Meski begitu, Liege Standar tetap bisa mempertahankan gelar liga dan Raymond Goethals menjadi arsitek Marseille pada beberapa tahun berikutnya.

Bagikan

Baca Original Artikel