Sunil Chhetri, Rekor Messi, dan Kapten Fantastis yang Mengubah Sepak Bola India
BolaSkor.com – Persija Jakarta punya Bambang Pamungkas, Chelsea punya John Terry, Liverpool punya Steven Gerrard, dan India beserta Bengaluru FC (BFC) punya satu nama populer bernama Sunil Chhetri. Kepopulerannya di India bersaing dengan olahraga paling populer di sana, Kriket.
Semakin harum namanya ketika timnas India menang 4-1 melawan Thailand di laga pertama grup A Piala Asia 2019 di Stadion Al Nahyan, Minggu (6/1) malam WIB. Chhetri mencetak dua gol dan menambah jumlah golnya menjadi 67 gol dari penampilan ke-105 untuk timnas India.
Kemenangan India atas negara yang disebut negara terkuat di ASEAN (Asia Tenggara) semakin spesial bagi pria kelahiran Secunderabad, 3 Agustus 1984. Pada usia 34 tahun, Chhetri menjadi pemain teraktif kedua dengan gol internasional terbanyak di antara dua megabintang dunia, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Cristiano Ronaldo di urutan pertama dengan torehan 85 gol untuk timnas Portugal, sementara Messi ada di bawah Chhetri yang mengoleksi 65 gol bersama timnas Argentina. Beda jarak antara Karnataka, India, dengan Buenos Aires, Argentina, tergapai dengan pecahnya rekor itu.
Baca Juga: Piala Asia 2019: Kehadiran Presiden FIFA dan Tuan Rumah Gagal Menang

"Saya tidak menganggap itu terlalu serius. Maksudnya, saya tidak sebanding dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo," ujar Chhetri usai memecahkan rekor Messi.
"Tapi saya sangat sangat tersanjung. Saya menganggap itu sebagai tugas selama membela negara. Setiap kali saya mendapatkan kesempatan, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk negara saya.”
Biarkan nada-nada skeptis muncul mempertanyakan “Siapa Chhetri?” – nama yang tentunya asing bagi pecinta sepak bola Eropa yang tahu persis siapa itu Ronaldo dan Messi, tapi ‘buta’ informasi mengenai Chhetri.
Sang pemain hanya punya satu fokus, satu titik yang ingin dikejar bersama India: bekerja keras mengharumkan nama bangsa.
“Tidak ada penyesalan atau amarah. Saya tidak pernah membandingkan diri saya dengan Sardar Singh (pemain hoki) atau Virat Kohli (pemain kriket) atau Saina Nehwal (pebulutangkis) atau Sania Mirza (petenis) atau siapa pun. Hidup kita semua, perjalanan kita semua, kesulitan kita, hadiah kita berbeda,” begitulah ucap Chhetri yang tidak ingin membandingkan perjalanan kariernya dengan siapa pun.
Sepak bola memang bukan olahraga populer di India – setidaknya sebelum Chhetri berkecimpung di dunia olah bola. Kriket, tenis, bulutangkis, dan hoki masih digemari masyarakat di sana. Cukup sulit membayangkan mereka menyukai sepak bola jika bukan karena ... Chhetri
Tuan Sepak Bola India dan Kapten Fantastis

“Captain, Leader, Legend”. Tiga kata itu sering dilihat di Stamford Bridge, markas Chelsea, untuk mendeskripsikan karier panjang sang legenda, John Terry, yang kini banting setir jadi pelatih sepak bola.
Sedangkan julukan kapten fantastis identik dengan legenda Liverpool, Steven Gerrard. Kedua makna ikonik itu melebur jadi satu untuk Chhetri di mata fans BFC. Bermain sejak tahun 2013, sempat dipinjamkan ke Mumbai City (2015-16), Chhetri jadi top skor di sana dengan torehan 48 gol.
Bengaluru jadi klub (kemungkinan terakhir) yang tepat bagi Chhetri, setelah dia malang melintang dari Mohun Bagan, JCT, East Bengal, Dempo, dan dua kali bermain di luar negeri, menjadi pemain ketiga dalam sejarah sepak bola India yang bermain di luar India, bersama Kansas City Wizards dan Sporting Lisbon B.
Nasibnya tidak baik dengan kedua klub itu. Bersama Kansas City (yang kini bernama Sporting Kansas City), Chhetri menghabiskan 10 bulan tanpa pernah bermain karena sang pelatih tak memercayainya. Di Lisbon, Portugal, pelatih mengirimnya ke tim cadangan Lisbon B.
Chhetri tidak pernah menembus dan bermain untuk skuat utama, namun, dia pernah berlatih dengan nama-nama yang populer di Eropa seperti: Joao Mario, Eric Dier, dan Bruma. Mimpi Chhetri berkarier di Eropa juga kandas karena dia gagal bermain di Queens Park Rangers pada 2009.
Kala itu, surat izin kerja di Britania Raya tidak dipenuhi karena salah satu syarat tidak tercapai, yakni negara sang pemain haruslah berada di 70 besar peringkat FIFA. Keputusan Chhetri sudah bulat kala meninggalkan Lisbon.
“Saya bukannya tidak bahagia karena tidak mendapat kesempatan bermain. Saya saat itu sudah berusia 26-27 tahun dan tidak bisa bermain. Jika saya berusia 17 tahun di Sporting, saya mungkin tinggal di sana. Saya punya kontrak empat tahun, saya mungkin akan bertahan. Pada usia 26-27 tahun Anda harus bermain,” tutur Chhetri.
Karier di level klub, kecuali di BFC, tidak sebenar ketenarannya di level internasional. Chettri, yang memulai perjalanan dengan timnas India pada 2005, mengubah paradigma warga India dengan kerja keras dan kecerdasannya ketika bermain.
Renedy Singh, senior Chhetri di Mohun Bagan, pernah menggambarkan karakter bermain juniornya itu dengan ucapan yang bermakna “Sentuhan sudah bawaan sejak lahir, tapi jika Anda tidak bekerja keras mengasahnya, maka itu akan kotor lagi.”
Memang itulah yang dilakukan Chhetri. Dahulu kala dia mengubah pertandingan dengan kemampuannya mencetak gol di JCT, kini dengan BFC ia mengubah pertandingan dengan kemampuannya membaca permainan.

Transformasi peran itu terjadi di bawah asuhan Ashley Westwood, eks pelatih Bengaluru FC pada medio 2013-2016. Mantan pemain Sheffield Wednesday mengubah posisi Chettri dari penyerang tengah menjadi penyerang sayap kiri.
Pada awalnya dia menolak, namun, Chhetri tetap profesional karena tahu Westwood berusaha mengembangkan permainannya. Benar saja, Chhetri menyelesaikan musim 2013-14 sebagai top skor dengan torehan 14 gol dan cakrawala permainannya meluas.
Baca Juga: Piala Asia 2019: Arab Saudi Menang Telak, Vietnam Lengkapi Nestapa Negara-negara ASEAN
Tidak lagi sekedar mencetak gol dan ‘memakan’ peluang dari rekan setimnya, Chhetri kini lebih aktif dalam membantu tim bertahan dan lebih dewasa dengan melihat celah untuk mencetak gol. “Sekarang ini, saya seperti kentang,” ucap Chhetri yang melihat dirinya sebagai pemain multifungsi.
Sentuhan bolanya bagus, kedua kakinya aktif, dan tandukan kepalanya juga bagus meski hanya bertinggi badan 1,70 meter. Semua diraih berkat kerja keras.
“Tiap era memiliki bintangnya ... Sunil adalah bintang di masa-masa ini,” tutur mantan pelatih Chhetri di JCT dan tim junior India, Sukhwinder “Sukhi” Singh.
Pemersatu Bangsa Melalui Sepak Bola

Idola Chhetri, Bhaichung Bhutia, hidup dan bermain kala sepak bola India masih berada di status semi-profesional. Itu artinya, sebagian besar pemain masih berbagi profesi sebagai karyawan kantor ketimbang fokus penuh jadi atlet sepak bola profesional.
Situasi itu bisa terus berlanjut apabila India tidak menelurkan bintang berbakat seperti dirinya yang bermain dari medio 1993 hingga 2015. Chhetri pun datang dengan talenta, kerja keras, dan kerendahan hati untuk terus belajar.
Di mata sang idola, Chhetri menjembatani dua generasi sepak bola India dengan menjadi inspirasi, ikon, legenda yang bisa diceritakan ke anak dan cucuk generasi berikutnya.
“Guna memastikan dia datang dan bermain profesional dengan baik, mengubah segalanya jadi lebih baik dan itulah yang dilakukannya. Jika pemain seperti Sunil tidak sukses dan besar, saya pikir profesionalisme dan sikap seperti itu tidak akan berlanjut,” papar Bhutia.
Baca Juga : Piala Asia 2019: Juara Bertahan Tumbang, India Libas Tim Thailand
Betapa terkenalnya Chhetri bisa dilihat melalui jumlah followers di Twitter (1,54 juta). Dia jadi atlet non-kriket paling populer setelah pegulat, Yogeshwar Dutt (3,56 juta), dan petinju, Vijender Singh (3,76 juta).
Satu momen terindah dari Chhetri terjadi Juni 2018 lalu. Sedih dengan kurangnya animo penonton lokal saat bermain di Piala Interkontinental, yang berlangsung di India, meski tuan rumah menang dengan skor telak 5-0 melawan Taiwan, hati Chhetri tergerak untuk mengajak penonton datang ke stadion.
Dalam akun Twitter @chetrisunil11, Chhetri meminta para penonton untuk datang dan memberi dukungan kepada timnas India di Mumbai Football Arena yang berkapasitas 7.000 penonton. Cuitan Chhetri di-retweet sebanyak 60.000 kali di tahun 2018.
Sudah jelas terlihat, Chhetri bukanlah sekedar pemecah rekor gol Messi, melainkan inspirasi bagi India yang belum bisa berbicara banyak di sepak bola Asia dan dunia. Chhetri tetap bekerja dengan kerendahan hatinya.
“Saya harap saya berada di tribun. Sebelum saya meninggal (saya harap) saya bisa melihat negeri saya bermain di Piala Dunia. Kami semua menginginkannya,” harap Chhetri.