Sosok Feature

Ricardo Kaka dan Cinta Sejati untuk AC Milan

Johan Kristiandi - Rabu, 18 April 2018

BolaSkor.com - Para suporter AC Milan tentu masih mengingat gol Ricardo Kaka ke gawang Mancheser United pada laga leg pertama semifinal Liga Champions 2006-2007. Pemain asal Brasil tersebut mengontrol bola dengan kepalanya dan berlari meninggalkan Darren Fletcher. Setelah itu, Gabriel Heinze dan Patrice Evra dibuat saling
bertabrakan karena salah mengantisipasi pergerakannya.

Pada pertandingan itu, pemain yang memiliki nama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite tersebut mendulang dua gol. Meski pada akhirnya Il Diavolo Rosso kalah 3-2, gol tersebut tetaplah menjadi satu di antara gol yang paling berkesan dari Kaka ketika masih berseragam Milan.

Kaka berhasil membawa AC Milan merengkuh beberapa titel bergengsi seperti gelar Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions. Bahkan, Kaka meraih Ballon d'Or 2007 ketika membela panji Rossoneri.

Setelah memutuskan gantung sepatu pada 17 Desember 2017, Kaka kembali muncul ke depan publik dengan mengungkapkan beberapa penyesalan sepanjang kariernya.

Ricardo Kaka (Zimbio)

Seperti pesepak bola lainnya, Kaka juga tidak lepas dari kesalahan dalam membuat keputusan. Pria 35 tahun tersebut mengaku menyesal meninggalkan AC Milan dan memilih bergabung dengan Real Madrid.

"Pada 2009, saya menerima proposal dari Madrid, namun setelah itu saya benar-benar hancur. Saya tidak dapat meniru apa yang telah saya lakukan untuk Milan," kata Kaka seperti dilansir UOL.

Ketika itu, beberapa media Spanyol mengabarkan jika Jose Mourinho lah yang menjadi akar masalah di balik anjloknya performa sang megabintang. Hal tersebut pun diamini oleh Kaka.

"Saya benar-benar tersesat. Di Italia, semua orang mencintai saya. Namun, di Spanyol mereka semua ingin saya pergi begitu saja. Selain itu, masalah kian bertambah karena Jose Mourinho sangat sulit untuk bekerja sama," sambung Kaka.

Hubungan antara Kaka dan Mourinho kian meruncing setelah The Special One jarang memberikan kesempatan bermain. "Ketika saya pikir dia akan memberi kesempatan, hal itu
tidak pernah terjadi," terang Kaka.

"Saya tidak mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi. Saya berlatih keras, berjuang dan terus berdoa. Namun, dengan kondisi pelatih tidak yakin pada kemampuan, saya menyadari akan sulit berkerja sama."

Pada akhirnya, cinta yang begitu besar yang dimiliki Kaka untuk Rossoneri membawanya kembali ke San Siro pada musim 2013-2014. Selama satu musim membela Milan, kaka mendulang 12 gol dan 12 assist dari 61 pertandingan.

"Saya sangat senang meninggalkan Real Madrid dan kembali ke Milan terutama setelah Morinho mengatakan saya adalah satu di antara pemain paling profesional yang pernah bekerja dengannya," ungkap Kaka.

Real Madrid bukanlah satu-satunya mimpi buruk dalam karier sepak bola Kaka. Pemain yang mengawali karier di FC Sao Paulo tersebut mengaku kekalahan dari Liverpool pada pertandingan final Liga Champions 2004-2005 masih terus menjadi momok hingga saat ini.

Ricardo Kaka (Zimbio)

Pada malam itu, AC Milan seolah-olah sudah menggenggam Si Kuping Besar setelah unggul tiga gol pada babak pertama. Satu gol dari Paulo Maldini dan dua gol Hernan Crespo membuat mimpi seluruh suporter Milan hampir menjadi kenyataan.

Sayangnya, The Reds bangkit pada interval kedua melalui gol yang dikreasikan Steven Gerrard, Vladimir Smicer dan Xabi Alonso. Adapun pada babak tos-tosan Jerzy Dudek menjadi bintang dan membawa Liverpool unggul 3-2.

"Kekalahan terburuk dalam karier saya tidak lain dan tidak bukan adalah final Liga Champions melawan Liverpool. Itu adalah satu di antara malam terberat dan saya belajar jika kita tidak pernah bisa mengendalikan kemenangan," papar Kaka.

"Tim itu adalah satu di antara yang terbaik sepanjang sejarah Rossoneri. Kami memiliki pertahan terbaik yang pernah ada namun kemasukkan tiga gol dalam enam menit," imbuhnya.

Saat ini, Kaka belum benar-benar jauh dari dunia si kulit bundar. Kakak dari pemain asal Brasil, Digao, tersebut menngutarakan jika masih sering menonton Milan dan Real Madrid secara langsung.

"Saya pergi untuk menonton pertandingan Real Madrid kontra Borussia Dortmund di Liga Champions. Kemudian, saya juga telah kembali ke San Siro dan mendapatkan sambutan dari seluruh suporter yang menerikan nama saya," jelas Kaka.

Ricardo Kaka (Zimbio)

"Saya sangat emosional ketika menerima sambutan hangat tersebut. Saya menyadari jika telah berada di tempat yang tepat yakni bersama mereka di tribun, menyemangati dan menonton pertandingan," timpalnya.

"Jadi, saya memutuskan untuk tidak bermain lagi. Di masa depan, saya bisa berkerja di Sao Paulo, namun saya tidak akan menjadi pelatih atau komentator," tutur Kaka.

Saat ini, Kaka telah memutuskan untuk mengakhiri kiprah sebagai pesepak bola. Namun satu yang pasti, AC Milan menjadi rumah bagi Kaka untuk pulang.

Bagikan

Baca Original Artikel