Profil Tim Liga 1 2020: Persib Bandung
BolaSkor.com - Persib Bandung lahir dari Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). Tim ini dibentuk oleh perjuangan kaum nasionalis pada masa itu dengan Ketua Umum Syamsudin dan R. Atot yang merupakan putra pejuang wanita Dewi Sartika.
Tepat pada 14 Maret 1933 Persib lahir dari rahim dua perkumpulan yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia, yaitu Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Sebelum bersatu menjadi Persib Bandung, kedua perkumpulan itu muncul setelah BIVB menghilang gaung aktivitasnya.
Pada tahun 1937 berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah dan mengejek Persib sebagai perkumpulan kelas dua. Maklum, laga-laga yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom.
Namun, Persib akhirnya lebih merebut hati warga dan menegaskan diri sebagai perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib.
Bahkan, VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Baca Juga:
Luizinho Passos Bikin Teja Paku Alam Pede Bawa Persib Maksimal di Liga 1 2020
Namun ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Dengan sendirinya, Persib mengalami masa vakum.

Pada masa revolusi fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu, prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibu kota perjuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung di tengah rongrongan Belanda (NICA) yang kembali datang sekaligus ingin menghidupkan lagi VBBO meski dengan nama yang berbahasa Indonesia. Perjuangan itu rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yang dilandasi semangat nasionalisme, yakni Persib.
Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa nomaden kantor sekretariat. Sejak saat itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan terus membesar.
Persib kemudian menjadi juara perserikatan pada 1961 setelah mengalahkan PSM Ujung Pandang di final. Karena prestasinya itu, Persib ditunjuk mewakili PSSI di ajang kejuaraan sepakbola “Piala Aga Khan” di Pakistan pada 1962. Namun di tahun 1970-1985 Persib mengalami masa sulit dan miskin gelar. Puncaknya, pada Kompetisi Perserikatan 1978-1979, Persib terdegradasi ke Divisi I.
Revolusi pembinaan dilakukan. Dipersiapkanlah tim junior yang ditangani pelatih Marek Janota (Polandia). Kemudian, tim senior diarsiteki Risnandar Soendoro. Gabungan pemain junior dan senior ini membuahkan hasil karena Persib berhasil promosi ke Divisi Utama dengan materi pemain seperti Sobur (kiper), Giantoro, Kosasih B, Adeng Hudaya, Encas Tonif, dan lainnya.
Hasil polesan Marek ini lahirlah bintang-bintang Persib seperti Robby Darwis, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Suryamin, Dede Iskandar, Boyke Adam, Sobur, Sukowiyono, Iwan Sunarya. Hasil binaan Marek membawa Persib lolos ke final bertemu PSMS pada Kompetisi Perserikatan 1982-1983 dan 1984-1985. Dua kali Persib harus puas sebagai runner-up setelah kalah adu penalti.
Baca Juga:
Robert Rene Alberts Pastikan Persib Berkekuatan 26 Pemain di Musim 2020
Kalahkan Barito Putera, Pelatih Persib: Hasil Bukan Perhatian Utama
Pada Kompetisi Perserikatan 1986, Persib yang ditangani pelatih Nandar Iskandar meraih juara setelah di final mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 melalui gol tunggal Djadjang Nurdjaman, di Stadion Senayan. Persib kembali meraih gelar juara pada Kompetisi 1990 setelah mengalahkan Persebaya, 2-0, melalui gol bunuh diri Subangkit dan Dede Rosadi.
Pada kompetisi penutup Perserikatan 1993-1994 Persib meraih gelar juara setelah di final mengalahkan PSM, 2-0, melalui gol Yudi Guntara dan Sutiono Lamso. Persib pun berhak membawa pulang Piala Presiden untuk selamanya karena kompetisi berikutnya berubah nama menjadi Liga Indonesia, yang pesertanya dari tim-tim Galatama dan Perserikatan.
Pada tahun 1994/1995 Persib kembali mencatatkan namanya dalam sejarah kompetisi Liga Indonesia. Persib berhasil mencapai final dan menggengam trofi juara dengan menaklukkan Petrokimia Putra dihadapan lebih-kurang 80.000 penonton di partai final dengan skor 1-0 melalui gol Sutiono Lamso menit ke-76.
Pada tahun 2008 Persib yang awalnya merupakan perserikatan amatir akhirnya menjadi klub profesional setelah terbentuknya sebuah badan hukum bernama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) pada akhir Desember. Sejak saat itu, Persib tidak lagi mendapatkan kucuran dana pengelolaan dari pemerintah, melainkan dari pengelolaan usaha di bawah naungan PT PBB.
Persib baru bisa kembali mendapatkan gelar juara pada musim 2014. Di bawah kendali pelatih lokal, Djadjang Nurdjaman, Persib mengalahkan Persipura Jayapura melalui drama adu penalti babak final yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.
Di tahun 2015 situasi sepak bola dalam negeri suram akibat konflik Pemerintah dengan PSSI, Persib sempat membubarkan tim namun kemudian kembali berkumpul dan sanggup menjaga marwah sebagai tim elite Tanah Air. Maung Bandung tampil sebagai juara turnamen bergengsi Piala Presiden 2015. Pada babak final, tim asuhan Djadjang Nurdjaman mengalahkan Sriwijaya FC, 2-0.
Namun, kegemilangan pada ajang pengisi kekosongan liga itu tidak berlanjut pada turnamen selanjutnya, Piala Jenderal Sudirman. Langkah Persib terhenti hanya di babak fase grup karena cuma menang sekali dan menelan tiga kekalahan beruntun termasuk di Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016 yang hanya menempati peringkat lima.
Mimpi buruk terus berlanjut setelah Liga 1 2017 bergulir Persib hanya mampu berada di peringkat 13 dari 34 laga yang dilakoni. Bahkan di turnamen pramusim Piala Presiden 2018 kandas di fase grup usai mengalami satu kemenangan atas Sriwijaya FC dan dua kekalahan beruntun atas PSMS Medan dan PSM Makassar.
Baca Juga:
Persib Bandung Pastikan Perekrutan Geoffrey Castillion Secara Resmi Setelah Wander Luiz
Di musim 2018, Persib kembali bangkit. Sempat menjadi juara di paruh musim, namun di akhir kompetisi Persib berada di peringkat keempat klasemen. Di musim 2019, manajemen Persib memutus kontrak pelatih Roberto Carlos Mario Gomez meski menyisakan satu musim. Ia digantikan Miljan Radovic yang sebelumnya dipercaya sebagai Direktur Teknik untuk menangani sistem permainan dan kurikulum pembinaan di tubuh Maung Bandung, mulai Akademi, Diklat hingga ke level senior atau profesional.

Namun, perjalanan Radovic tak berjalan mulus meski sempat mengantarkan Maung Bandung lolos ke perempat final Piala Indonesia. Persib terpuruk di babak penyisihan Piala Presiden yang sekaligus mengakhiri karier kepelatihannya bersama tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat ini.
Sebagai gantinya, manajemen Persib merekrut Robert Rene Alberts dengan durasi dua musim. Namun, di putaran pertama, Persib hanya mampu berada di posisi ke-11 dengan nilai 15 hasil dari 3 kali menang, 6 kali imbang, dan 6 kali kalah.
Robert pun langsung melakukan perubahan terutama untuk para pemain asingnya. Sebelumnya Bojan Malisic, Rene Mihelic dan Arthur Gevorkyan diganti Omid azari, Nick Kuipers, dan Kevin van Kippersluis. Hasilnya Persib mengakhiri kompetisi dengan menempati posisi keenam dengan perolehan 51 poin.
Di musim 2020, Persib yang masih ditangani Robert Rene Alberts tidak banyak melakukan perubahan. Beberapa pemain di Liga 1 2019 sebagian besar dipertahankan termasuk dengan pemain asingnya.
Baca Juga:
Sempat Diisukan Gabung Persib, Saddil Ramdani: Saya ke Bandung Hanya Liburan
Persiapan pertamanya, Persib menjalani turnamen bertajuk Asia Challenge Cup 2020 di Malaysia dengan berhadapan dengan Selangor FA sebagai tuan rumah dan Hanoi FC asal Vietnam.
Dengan mayoritas pemain lokal, Persib kalah dari Selangor FA 0-3. Di laga keduanya, Persib menang 2-0 atas Hanoi FC. Namun sayang, laga melawan tim asal Vietnam ini hanya berlangsung satu babak karena hujan deras disertai petir menyambar Stadion Shah Alam, Selangor.
Persiapan lainnya, Persib menjalani serangkaian uji coba dengan melawan Melaka United dan Barito Putera. Hasilnya Persib menang, masing-masing 3-1 atas Melaka United dan menang 2-1 atas Barito Putera. Setelah itu, Persib akan melanjutkan uji cobanya dengan melawan Persis Solo, PSS Sleman. Terakhir Pangeran Biru akan berhadapan dengan PSCS Cilacap.
Pemain Masuk: Victor Igbonefo, Beni Oktovianto, Teja Paku Alam, Zulham Zamrun, Wander Luiz, Geoffrey Castillion
Pemain Keluar: Muchlis Hadi Ning Syaifulloh, Kevin van Kippersluis, Hariono, Ezechiel N'Douassel, Achmad Jufriyanto
Skuat Sementara :
Kiper: I Made Wirawan, Teja Paku Alam, Dhika Bayangkara
Belakang : Nick Kuipers, Victor Igbonefo, Fabiano Beltrame, Henhen Herdiana, Supardi Nasir Bujang, Mario Jardel, Ardi Idrus, Zalnando
Tengah: Dedi Kusnandar, Omid Nazari, Gian Zola, Beckham Putra Nugraha, Kim Jeffrey Kurniawan, Febri Hariyadi, Erwin Ramdani, Abdul Aziz, Ghozali Siregar , Esteban Vizcarra, Frets Butuan.
Depan: Zulham Zamrun, Beni Oktovianto, Wander Luiz, Geoffrey Castillion
Baca Juga:
Achmad Jufriyanto Tak Mau Ambil Pusing soal Kritikan Bobotoh
Pemain Kunci: Geoffrey Castillion

Striker asal Belanda ini kemungkinan besar akan menjadi pemain kunci bagi Persib Bandung di musim 2020. Alasannya tak lain karena posisinya sebagai ujung tombak tim setelah ditinggal Ezechiel N’Douassel yang memilih hengkang ke Bhayangkara FC.
Terbukti, striker berusia 28 tahun itu mampu mencetak dua gol atas kemenangan Persib 3-1 saat melawan Melaka United dalam laga persahabatan. Padahal, saat itu Castillion baru bergabung dengan Persib selama tiga hari.
Dengan kemampuannya itu, Castillion akan menjadi pemain kunci di Persib. Apalagi jika proses adaptasinya seperti halnya cuaca dan jam tidur sudah mampu dilewatinya dengan baik.
Prediksi Kiprah di Musim 2020:
Keinginan Persib untuk juara di musim 2020 tak main-main. Terbukti tidak banyak perubahan pemain dilakukan.
Ini membuktikan bahwa Persib tak ingin kehilangan kekompakkan di dalam tim. Hanya beberapa pemain didatangkan untuk menutup kekurangan yang terjadi pada musim 2019 lalu.
Seperti di posisi kiper yang mendatangkan Teja Paku Alam. Itu dilakukan karena Persib masih belum bisa menggunakan M Natshir Fadhil Mahbuby yang terkena cedera patah tulang kaki.
Lalu di bek dengan menggantikan peran Achmad Jufriyanto dengan Victor Igbonefo. Serta di depan dengan mendatangkan Zulham Zamrun, Beni Oktovianto, Wander Luiz dan Geoffrey Castillion.
Hasilnya, dalam beberapa kali uji coba, Persib terus meraih hasil positif. Hanya satu kali mengalami kekalahan atas Selangor FA karena di laga itu Persib tidak mengikutsertakan para pemain intinya termasuk para pemain asingnya. (Laporan Kontributor Gigi Gaga/Bandung)