Sosok Feature Berita

Profil Lisandro Martinez: Si Tukang Jagal yang Jadi Rebutan Manchester United dan Arsenal

Johan Kristiandi - Senin, 11 Juli 2022

BolaSkor.com - Ketertarikan Manchester United dan Arsenal menjadi indikasi bek Ajax Amsterdam, Lisandro Martinez, bukanlah pemain sembarangan. Martinez memiliki profil yang cocok untuk menjadi bek papan atas di masa depan.

Tim sekaliber Manchester United dan Arsenal tentunya tidak sembarangan dalam menentukan target. Pemain tersebut wajib memiliki kemampuan dan potensi di atas rata-rata. Jika tidak, jangan harap halaman rekam jejak akan dibaca.

Pada bursa jual-beli pemain musim panas ini, manajemen Man United dan Arsenal sama-sama melirik Lisandro Martinez. Bahkan, Setan Merah dan Meriam London siap melakukan perang harga untuk memboyong bek 24 tahun itu. Man United dikabarkan bersedia mengucurkan dana 60 juta euro untuk mendapatkan servis Martinez.

Saat ini, Lisandro Martinez memang menjadi satu di antara palang pintu paling banyak mendapatkan atensi di Eredivisie. Aksinya banyak membuat pemain lawan gigi jari.

Martinez sering mendapatkan sanjungan berkat aksinya menjaga pertahanan Ajax Amsterdam. Rekan satu timnya memberikan julukan the Butcher atau Si Tukang Jagal karena agresi dan kecerdasannnya dalam membaca permainan.

Baca Juga:

Lisandro Martinez Tak Disarankan Gabung Arsenal

Lisandro Martinez di Antara Arsenal dan Manchester United

Perang Harga Dimulai, Man United Ajukan Penawaran Resmi untuk Lisandro Martinez

Martinez dengan lugas dan tidak pandang bulu dalam membendung serangan lawan. Namun, pada sisi lain, ia juga bukannya tanpa perhitungan.

Sebelum namanya seharum sekarang, Licha, sapaan akrab Martinez melewati perjalanan yang berliku. Ia lahir pada 18 Januari 1998 dari orang tua yang bernama Raul Martinez dan Silvina Cabrera, di Argentina.

Masa kecil Gabriel Martinez jauh dari kata mewah. Ia lahir di keluarga yang tidak bergelimang harta. Martinez tinggal di lingkungan bernama El Molino, di Gualeguay, Entre Ríos, Argentina

Namun, keadaan tersebut tidak membuat Martinez kesulitan menemukan kebahagiaan. Seperti anak sebayanya, Martinez banyak menghabiskan waktu dengan bermain sepak bola. Senyum di wajahnya kian lebar jika menonton idolanya, Gabriel Heinze, bertanding.

Selain itu, hidup yang kekurangan membuat Martinez tidak besar kepala. Dengan apa yang diraihnya saat ini, Martinez masih memiliki hati yang peduli dengan sesama. Martinez pernah mengungkapkan jika melihat seseorang mengalami masa sulit, ia akan menempatkan diri di posisi yang sama dan mencoba melakukan yang terbaik.

Karier sepak bola Martinez dimulai dengan masuk sekolah sepak bola di dekat rumah kakeknya. Ketika itu, Martinez baru berusia empat tahun.

Seiring berjalannya waktu, Martinez sadar perlu pindah ke tim yang lebih profesional. Dengan begitu, lebih banyak juga ilmu yang bisa diserap.

Akhirnya, Martinez bergabung dengan klub lokal, Urquiza. Di sana, Martinez menempa kemampuan olah bolanya selama empat tahun.

Pada 2006, Martinez mendapatkan petunjuk untuk terus menapaki tangga lebih tinggi dalam perjalanan kariernya. Ia terinspirasi dengan penampilan Carloz Tevez yang bersinar pada Piala Dunia 2006. Lisandro Martinez pun memutuskan menjajal akademi sepak bola yang lebih besar.

Akhirnya, Club Libertad yang menjadi pelabuhan berikutnya. Memang dasarnya punya bakat menjadi bintang, Lisandro Martinez lebih bersinar dibanding pemain lainnya.

Tahapan baru dalam perjalanan Martinez pun tiba. Ia mendapatkan perhatian khusus dari pemandu bakat Newell's Old Boys. Tanpa pikir panjang, ia bergabung dengan klub yang juga membesarkan nama legenda sepak bola Argentina, Lionel Messi.

Bersama Newell's, kemampuan Martinez terus berkembang. Ia juga menunjukkan kemampuan untuk bermain di berbagai posisi.

Tidak butuh waktu lama bagi Martinez untuk dilabeli bocah ajaib Newell's. Apalagi, ia juga melengkapi kemampuannya dengan mendulang gol. Tidak banyak bek yang kuat dalam bertahan, tetapi juga tajam dalam menyerang.

Dengan jalur yang sudah dibuka Lionel Messi, banyak pemandu bakat Eropa memilih Newell's untuk mencari talenta baru. Tentu saja, Martinez adalah pemain yang menonjol saat itu.

Martinez yang paham betul dengan kemampuannya tidak ingin gegabah. Ia memutuskan bertahan beberapa tahun lagi di Argentina dengan membela Defensa. Kemudian, Martinez baru menerima tawaran bergabung dengan Ajax pada awal Juli 2019.

Langkah Martinez kian mantap bermodal restu dari kedua orang tuanya. Ajax pun bergerak cepat agar Martinez tidak dibajak klub lain. Te medis pun dipercepat menjadi 20 Mei.

Proses adaptasi Martinez di sepak bola Belanda tidak menemui adangan berarti. Ia mendapatkan bantuan dari kompatriotnya, Nicolas Tagliafico dan Lisandro Magallan. Bahkan, pemain lokal Belanda yakni Klass-Jan Huntelaar dan Donny van de Beek membantunya beradaptasi dengan Ajax.

Dalam beberapa bulan berikutnya, Martinez bergabung dengan tim U-23 Argentina dan kemudian mendapatkan panggilan dari tim senior. Martinez dipanggil pada bulan yang sama ketika Gonzalo Higuain memutuskan gantung sepatu dari tim nasional.

Bersama dengan Perr Schuurs, Jurrien Timber, dan Daley Blind, Martinez melanjutkan tradisi Ajax sebagai satu di antara kuda hitam berbahaya Eropa yang punya banyak pemain muda bertalenta.

Martinez pun memboyong de Godenzonen meraih sejumlah trofi seperti Johan Cruyff Shield (2019), Eredivisie (2020–2021, 2021–2022), Piala KNVB (2020–2021). Selain itu, Licha menjadi pemain terbaik Ajax pada musim 2021-2022.

Prestasi pada level tim nasional pun tercipta. Ia membawa La Albiceleste juara Copa America 2021 dengan mengalahkan Brasil di final.

Kabarnya, Lisandro Martinez mendorong kepindahannya ke Premier League. Lantas, mana di antara Manchester United atau Arsenal yang beruntung mendapatkan Si Tukang Jagal?

Bagikan

Baca Original Artikel