Analisis Feature Inggris Berita

Perang Melawan Dinasti yang Tengah Dibangun Pep Guardiola di Manchester City

Arief Hadi - Rabu, 15 Mei 2019

BolaSkor.com – Kisah seru perjalanan Premier League 2018-19 telah rampung selesai. Manchester City keluar sebagai pemenang untuk kali kedua beruntun (back to back) di bawah asuhan Pep Guardiola. Musim lalu mereka memecahkan rekor 100 poin dan musim ini hanya kurang dua poin, 98 poin.

14 kemenangan beruntun diraih City untuk terus membuat Liverpool menyerah dalam perburuan titel Premier League. Liverpool telah mengerahkan segalanya, memiliki pertahanan terbaik, lini tengah yang solid, dan lini depan yang tajam. Bisa dikatakan mereka punya skuat terbaik musim ini.

Manchester City juara Premier League 2018-19

Tapi, 97 poin yang diraih tidak cukup untuk memenangkan titel Premier League bagi Liverpool yang terakhir diraih pada 1990 (masih bernama First Division). Menurut catatan Opta, poin itu sudah cukup memenangi 25 titel Premier League – kecuali musim lalu.

Apakah ada yang kurang dari Liverpool? Tidak juga. Hanya saja, Man City memang ‘gila’ dan lebih baik dari Liverpool. Dewi Fortuna belum tersenyum kepada Liverpool asuhan Jurgen Klopp karena mereka harus berjuang meraih titel Premier League ketika Man City sedang berjaya dan dilatih salah satu manajer top Eropa.

Baca Juga:

Manchester City Terancam Tak Bisa Ikuti Liga Champions Meski Menangi Premier League

Kemeriahan Selebrasi Titel Premier League: Wonderwall Bergema di Ruang Ganti Pemain Man City

Manchester City Juara, Guardiola Ikuti Torehan Dua Manajer Top Premier League

Tidak ada jaminan Manchester United-nya Sir Alex Ferguson, atau Arsenal kala masih diperkuat Patrick Vieira-Thierry Henry, atau Chelsea bersama John Terry dan Frank Lampard, mampu mengalahkan Man City dengan konsistensi super yang mereka miliki musim ini.

Guardiola, punya reputasi jago mengukuhkan dominasi di kancah domestik jika tim yang diasuhnya sudah nyetel dengan filosofi sepak bola yang dimilikinya. Dia telah membuktikannya bersama Barcelona (2008-2012) dan Bayern Munchen (2013-2016). Hanya dua kali dia gagal meraih titel liga.

Pep Guardiola di Bayern Munchen

Premier League memang liga terbaik dunia dengan ketatnya persaingan di antara 20 klub yang ada. Kendati demikian, Guardiola sudah membuktikan filosofi sepak bolanya mampu menaklukkan ketatnya rimba persaingan Premier League.

Siapa pun lawan yang dihadapi Man City selalu dipaksa bermain bertahan dan acapkali kebobolan lebih dari satu gol. Terlebih, Guardiola tidak keberatan jika timnya hanya menang tipis 1-0 di kala mereka bermain buruk atau biasa dikenal dengan istilah winning ugly.

Situasi itu jelas menjadi kekhawatiran bagi pecinta sepak bola Inggris. Selayaknya Alexander The Great yang menaklukkan satu wilayah ke wilayah berikutnya, Guardiola sudah meninggalkan warisannya di Spanyol, Jerman, dan kini di Inggris.

Dinasti Baru

Man City sedianya sudah mulai membangun dinasti sejak tahun 2008 kala konsorsium asal Timur Tengah datang membeli saham besar klub. Publik masih belum menganggap mereka sebagai kekuatan kala itu.

Malah, City dicibir karena membeli pemain-pemain bintang, namun tak punya mentalitas juara, baik itu di Inggris atau Eropa. Manajemen tidak menyerah dan terus jor-joran merekrut pemain-pemain top Eropa sampai akhirnya titel Premier League datang di musim 2011-12.

City mengoleksi poin yang sama dengan United, 89 poin, dan unggul selisih gol. Itu titel Premier League pertama sejak tahun 1968. Roberto Mancini membuka jalan bagi City untuk terus melanjutkan pondasi yang mereka sudah bangun di era Sheikh Mansour.

Manajer silih berganti datang. Pada akhirnya dari era Mark Hughes, Mancini, Manuel Pellegrini, hingga Pep Guardiola, City menemukan kestabilan yang seyogyanya peringatan bagi rival-rival lainnya. Pesan itu jelas: dominasi City akan berlangsung lama selama masih ditangani Guardiola.

Pep Guardiola dan Sheikh Mansour

Tanpa trofi di musim pertama melatih City, Guardiola langsung menyabet dua titel Premier League beruntun, dua Piala Liga, satu Community Shield, dan berpotensi meraih Piala FA musim ini. Dinasti baru sedang dibangun Guardiola.

Ibarat Aladdin yang meminta Genie (jin), semua permintaan Guardiola dikabulkan pemilik klub. 200 juta poundsterling lebih habis untuk memperkuat sektor belakang, lini tengah dipadati gelandang-gelandang kreatif, dan di depan mereka punya sang legenda, Sergio Aguero.

Mentalitas juara sudah dimiliki pasukan Guardiola. Jika dahulu kala dominasi itu dimiliki rival sekota mereka, Man United, kini peta persaingan bergeser ke pusat Kota Manchester. Noel Gallagher akan dengan senang hati melihat Guardiola terus menangani City.

Guardiola dan anak-anak asuhnya bak Cersei Lannister yang terus menguasai King’s Landing, duduk nyaman di Kursi Kerajaan dalam film serial “Game of Thrones” ketika kubu-kubu lainnya ingin merebut singgasana tersebut.

Memang, tidak ada yang kekal atau abadi dalam kisah tersebut, tapi Guardiola saat ini baru memulai dinastinya dan ia sudah mengirim pesan kepada lawan-lawan yang ingin merebut singgasana puncak klasemen Premier League.

Pep Guardiola ketagihan raih titel Premier League

“Menang (meraih titel) sangat adiktif. Pasca melakukan persiapan dengan baik, musim depan kami akan kembali lebih kuat lagi karena Liverpool akan menjaga kekuatan mereka dan tim-tim lainnya akan membaik,” tutur Guardiola pasca memenangi trofi Premier League.

“Saya pikir United harus kembali (ke persaingan), Chelsea semusim lagi dengan (Maurizio) Sarri akan membaik, Tottenham seperti yang kita lihat ke final Liga Champions dan Arsenal, ketika mereka membenahi beberapa hal, juga akan membaik.”

“Kami tahu itu, tapi kami menerima tantangannya dan saya menjanjikan Anda (fans) kami akan kembali dan saya punya perasaan kami jauh lebih kuat musim depan,” tegas Guardiola.

Sudah sewajarnya ucapan Guardiola itu dianggap sebagai peringatan. City sekarang punya koleksi enam titel Premier League, masih jauh dari Liverpool (18) dan Man United (20), tapi, jika kedua tim itu lengah karena merasa unggul jauh, City bisa sewaktu-waktu mendekatinya tanpa disadari.

Dua titel Premier League beruntun. Tak pelak musim depan ke-19 tim rival Man City akan memiliki satu misi (mungkin membentuk koalisi) untuk memerangi dinasti The Citizens.

Bagikan

Baca Original Artikel