Ragam Feature

Penalti dari Tengah Lapangan, Asyiknya Sepak Bola Ketika Mengabaikan FIFA

Johan Kristiandi - Minggu, 18 Agustus 2019

BolaSkor.com - Babak adu tendangan penalti adalah cara terakhir untuk mencari pemenang dalam sebuah pertandingan sepak bola. Pada saat itu, ketegangan, harapan, dan rasa khawatir melebur jadi satu.

Babak tos-tosan pertama kali diajukan oleh wasit asal Israel, Yosef Dagan. Ia kecewa setelah melihat tim nasional Israel kalah pada babak perempat final Olimpiade 1968.

FIFA baru mengesahkan aturan tersebut dua tahun berselang. Pada akhirnya, semua kompetisi yang berada dalam naungan FIFA menerapkan babak adu tendangan penalti ketika tidak ada pemenang dalam 120 menit.

Baca juga:

3 Pelatih yang Kesulitan pada Debutnya, namun Berhasil Meraih Kesuksesan

5 Klub Eropa yang Kehilangan Banyak Pemain Andalan di Bursa Transfer Musim Panas 2019

Penalti di MLS

Pakemnya, tedangan penalti dilakukan dengan jarak 12 yard atau 11 meter. Ketika itu, kemampuan kiper dan ketenangan sang algojo menjadi kunci.

Namun, kompetisi sepak bola di Amerika Serikat, Major League Soccer (MLS), punya cara berbeda. Liga yang mulai bergulir sejak 1996 tersebut menerapkan metode yang berbeda pada babak tos-tosan.

Caranya, penendang akan berada dalam jarak 32 meter dari gawang. Setelah itu, mereka punya waktu lima detik untuk mencetak gol ke gawang lawan.

Para penendang bebas melakukan apa pun, termasuk mendekati gawang sebelum melakukan tembakan. Biasanya, pada algojo akan menggiring bola dan mencari celah untuk melepaskan tembakan. Sementara itu, kiper cenderung maju ke depan untuk menutup ruang tembak.

Penalti versi MLS tersebut berlangsung selama empat musim awal. Intensitas penalti tersebut pun cukup tinggi. Sebab, MLS tidak mengenal hasil imbang dalam sebuah pertandingan. Intinya, harus ada tim yang keluar sebagai pemenang.

Penalti di MLS

Penyelenggara MLS mengambil keputusan tersebut bukan tanpa sebab. Ketika itu, Amerika Serikat sedang dalam misi memperkenalkan sepak bola, olahraga yang belum populer.

Ketika ada pertandingan yang berlangsung imbang, MLS khawatir akan mengurangi minat penonton untuk menyaksikan laga berikutnya. Untuk itu, dibuat drama menegangkan melalui adu tendangan penalti ketika kedua tim tidak bisa menang dalam waktu normal.

Hasilnya, sepak bola mulai dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat. Meskipun, hingga saat ini masih belum bisa menggeser basket sebagai olahraga paling digemari.

Satu yang bisa membuat tendangan penalti di MLS bisa berbeda adalah keputusan mengabaikan aturan FIFA. MLS mengambil risiko kompetisinya tidak diakui oleh FIFA demi tujuan mulia memperkenalkan sepak bola.

Penalti tersebut pun banyak mendapatkan kritik. Sebagian besar menilai, penalti itu menghilangkan esensi dari sebuah pertandingan sepak bola.

Namun, direktur teknis FIFA, Marco van Basten, justru membuka peluang penalti ala MLS diterapkan secara global. Nantinya, jarak antara kiper dan penendang hanya 25 meter. Sedangkan, batas memegang bola adalah delapan detik.

"Mungkin pemain harus memulainya pada jarak 25 meter dari gawang. Kemudian, Anda bisa menggiring bola ke gawang atau menembak lebih awal," ungkap Van Basten seperti dilaporkan MLSsoccer.

Menurut Van Basten, penalti itu bisa mengurangi faktor keberuntungan. "Akan tetapi, Anda harus mencetak gol dalam delapan detik. Itu lebih banyak menggunakan kemampuan daripada keberuntungan," imbuh legenda AC Milan itu.

"Hal tersebut akan sedikit lebih spektakuler. Itu akan membuat hal lebih untuk sepak bola, namun masih sulit diterima pemain," katanya.

Meski nantinya tak akan menjadi peraturan baku milik FIFA, penalti gaya MLS adalah sebuah terobosan yang layak diapresiasi. Penalti tersebut akan memacu adrenalin lebih lama daripada penalti konvensional.

Satu yang disayangkan, peraturan tersebut sudah punah sebelum eksodus pemain-pemain elite Eropa seperti David Beckham, Andrea Pirlo, hingga Zlatan Ibrahimovic. Tentu asyik rasanya melihat pemain-pemain tersebut bisa menjebol gawang lawan dengan cara tak biasa.

Bagikan

Baca Original Artikel