Internasional Berita

Nostalgia - Vittorio Pozzo, Pelatih Terhebat Timnas Italia yang Belajar dari Manchester United

Budi Prasetyo Harsono - Senin, 18 November 2019

BolaSkor.com - Menangani sebuah timnas bukanlah perkara mudah. Apalagi tanpa pengalaman membela negara sebagai pemain dan karier sebagai pesepak bola yang pendek.

Akan tetapi, berbagai kendala yang bisa mengadang itu terasa bukan masalah untuk Vittorio Pozzo. Pria yang hanya enam tahun berkarier sebagai pesepak bola.

Lahir di Turin pada 2 Maret 1886, Vittorio Pozzo berasal dari keluarga imigran asal Ponderano. Masa mudanya dihabiskan untuk belajar ilmu bahasa di Liceo Cavour, Turin.

Setelah itu, Vittorio Pozzo lebih banyak mengembara sebelum pergantian abad. Pozzo melanglang buana ke Prancis, Swiss, dan Inggris sampai akhirnya menetap di Kota Manchester.

Baca Juga:

Nostalgia - Mengingat Debut Gianluigi Buffon di Timnas Italia dan Perjalanan Menuju Keabadian

Kalahkan Liechtenstein, Roberto Mancini Samai Torehan Pelatih Legendaris Timnas Italia

Timnas Italia

Di Kota Manchester, tujuan utama Vittorio Pozzo adalah menimba ilmu. Sepak bola hanyalah menjadi pengusir jenuh pada waktu luangnya sekaligus cara mencari teman.

Di kota yang sama pula Vittorio Pozzo mengenal Charlie Roberts. Kala itu, Roberts dianggap pahlawan oleh masyarakat sekitar karena membela klub lokal, Manchester United.

Dari Charlie Roberts jugalah Vittorio Pozzo mulai belajar mengenai sepak bola modern. Berbagai taktik termasuk skema WM yang tengah populer dipelajari oleh Pozzo.

Berkat pertemuan dengan Charlie Roberts, tujuan Vittorio Pozzo di Kota Manchester mulai beralih dari belajar menjadi sepak bola. Ditambah, pemuda asal Italia itu juga berteman dengan penggawa Derby County, Steve Bloomer.

Vittorio Pozzo pun memutuskan terjun ke dunia sepak bola profesional. Klub Swiss, Grasshopper Zurich, menjadi pilihannya untuk berkarier selama satu musim pada 1905-1906.

Kemudian Vittorio Pozzo melanjutkan karier di tanah kelahirannya, Turin. Di kota yang sama, Pozzo membantu berdirinya klub baru, Torino FC, dan memperkuat kesebelasan itu hingga 1911.

Karier Vittorio Pozzo membawanya sebagai Direktur Teknik Torino sekaligus menjadi pelatih pertama timnas Italia. Sempat terseok-seok pada awal kariernya, Pozzo mulai diperhitungkan sejak Piala Dunia 1930.

Timnas Italia

Puncaknya pada Piala Dunia 1934, ketika timnas Italia menjadi juara di rumah sendiri. Didorong ancaman Diktator Benito Mussolini, Vittorio Pozzo memimpin Gli Azzurri menjadi juara.

Dua tahun kemudian, Vittorio Pozzo kembali mempersembahkan gelar pada Olimpiade 1936. Prestasi yang sama diulangi Pozzo saat memimpin timnas Italia pada Piala Dunia 1938.

Menilik permainan timnas Italia semasa ditangani Vittorio Pozzo, sedikitnya ada dua kunci sukses. Pertama adalah sistem metodo yang dianggap modern, lalu penggunaan Oriundi (pemain asing).

Pada 1930an, formasi yang kerap digunakan dalam sepak bola adalah pyramid of Cambridge (2-3-5) yang diperkenalkan oleh Blackburn. Selain itu, variasi WM gubahan manajer Arsenal, Herbert Chapman.

Tidak puas dengan dua skema tersebut, Vittorio Pozzo memberlakukan posisi bek sayap yang terinspirasi dari yang dia pelajari selama di Kota Manchester. Posisi keduanya berada sedikit di depan dua bek tengah.

Hasilnya, terdapat dua posisi baru saat ini, bek sayap dan gelandang bertahan. Skema metodo Vittorio Pozzo ini lah yang nantinya menjadi cikal bakal formasi 4-3-3 modern.

Lalu, penggunaan Oriundi tadinya sempat ditentang oleh publik Italia. Mereka menganggap Vittorio Pozzo tidak nasionalis saat memanggil gelandang kelahiran Argentina, Luis Monti.

Timnas Italia

Meski demikian, Vittorio Pozzo membandingkan pemanggilan Oriundi ke timnas Italia dengan adanya mereka di militer. Pozzo menganggap, kalau Oriundi wajib masuk militer, mereka boleh saja membela Gli Azzurri.

Bukan hanya Luis Monti, sejumlah Oriundi lain dipanggil ke timnas Italia oleh Vittorio Pozzo. Sebut saja Raimundo Orsi asal Argentina atau gelandang Uruguay, Michele Andreolo.

Vittorio Pozzo juga menjadi pelopor pemusatan latihan sebelum turnamen berlangsung. Hasilnya, timnas Italia arahan Pozzo sukses meraih sembilan kemenangan beruntun.

Catatan tersebut merupakan rekor timnas Italia yang bertahan selama hampir satu abad. Sebelum akhirnya dipecahkan oleh pelatih Gli Azzurri saat ini, Roberto Mancini.

Setelah mundur sebagai pelatih timnas Italia pada 1948, Vittorio Pozzo alih profesi. Memanfaatkan pendidikannya di bidang bahasa, Pozzo memulai karier sebagai jurnalis di La Stampa.

Vitorrio Pozzo meninggal dunia pada 1968. Timnas Italia memberikan kenangan manis untuk Pozzo karena beberapa bulan sebelum meninggal memenangi Piala Eropa 1968 di kandang sendiri.

Bagikan

Baca Original Artikel