Sosok Feature Internasional

Nostalgia - Lima Tahun yang Mengubah Hidup Diego Maradona

Yusuf Abdillah - Kamis, 26 November 2020

BolaSkor.com - Diego Armando Maradona mendapatkan sambutan spesial saat menyaksikan bekas timnya, Newells Old Boy, bertanding melawan tim asuhannya Gimnasia y Esgrima La Plata. Sambutan bak pahlawan diberikan untuk merayakan ulang tahun ke-59 sang legenda pada 30 Oktober.

Menilik perjalanan karier Maradona, ada periode yang menjadi awal segalanya. Bukan saat bersama Napoli, bukan pula Boca Juniors yang selalu identik dengan sang legenda. Periode tersebut adalah ketika Maradona memperkuat Argentinos Juniors, klub profesional pertamanya.

Baca Juga:

Nostalgia - Mengingat Debut Gianluigi Buffon di Timnas Italia dan Perjalanan Menuju Keabadian

Nostalgia - Ketika Pele Menjadi Pencari Bakat Fulham

Nostalgia - Arthur Wharton, Sang Pionir Pembuka Pintu Pemain Kulit Hitam

Tanpa gemblengan di Argentinos Juniors selama lima tahun (1976–1981), bukan tidak mungkin dunia bisa mengenal seorang El Pibe de Oro.

Argentinos Juniors telah lama dikenal di Argentina sebagai tempat lahirnya bintang-bintang. Sebuah tempat di mana beberapa bintang besar lahir dan menjadi legenda. Beberapa peman terbaik Argentina lahir dari akademi Los Bichos Colorados, termasuk Juan Roman Riquelme, Claudio Borghi, Sergio Batista, Fernando Redondo, dan Esteban Cambiasso.

Tetapi ada satu nama yang ada di atas semua. Nama yang diabadikan menjadi stadion mereka di La Paternal, tidak jauh dari pusat kota Buenos Aires, Estadio Diego Armando Maradona. Stadion yang di pintu masuk utamanya tertulis "Pemain terbaik sepanjang masa membuat debut kariernya di stadion ini pada 20 Oktober 1976."

"Argentinos Juniors adalah rumah saya. Setiap kali mendengar nama stadion, saya menggigil," kata sang legenda.

Kiprah Maradona di Argentinos Juniors dimulai ketika berusia delapan tahun. Salah seorang teman masa kecilnya, Goyo Carrizo, sudah terlebih dulu berlatih bersama Argentinos. Ketika pelatih, Francis Cornejo, sedang mencari darah baru, Carrizo, menyebut nama temannya itu.

Beberapa hari kemudian, Maradona tiba di Las Malvinas, tempat latihan Argentinos Juniors. Di sinilah bakat Maradona bersinar. "Orang-orang mengatakan menyaksikan setidaknya satu mukjizat dalam hidup mereka, tetapi kebanyakan tidak menyadarinya. Saya tentu saja menyadarinya," tulis tulis Cornejo dalam bukunya, 'Cebollita Maradona'.

"Mukjizat saya terjadi pada hari Sabtu saat hujan pada tahun 1969, ketika seorang anak berusia delapan tahun, usia yang tidak dapat saya percayai, melakukan sesuatu dengan bola yang tidak pernah saya lihat dalam hidup."

Meski tidak ada yang meragukan talentanya, Maradona sempat dikira berusia lebih muda dari delapan tahun. Hal ini tak lepas dari perawakan mungilnya. Para pelatih curiga bahwa dia lebih muda dari delapan dan khawatir terlalu muda untuk dimasukkan ke dalam sistem pemain muda mereka.

"Mereka memberi saya percobaan. Mereka berpikir saya berbohong tentang umur. Mereka membuat saya harus membawa surat-surat (akta kelahiran) keesokan harinya,” kenang Maradona.

Seiring jalannya waktu, Maradona berkembang di tiap tingkatan. Para suporter pertama kali mengenal Maradona ketika dia bertugas sebagai anak gawang pada sebuah laga Argentinos. Saat jeda babak pertama, Maradona diberikan bola dan diminta untuk menunjukkan kemampuannya di tengah lapangan untuk menghibur penonton.

Maradona mulai memantulkannya dari punggung kaki ke paha, kepala, bahu, dan terus berulang. Saat itulah publik pertama kali melihat talenta seorang Diego. Bahkan pada laga lainnya, saat menjamu Boca Juniors, penonton meminta Maradona terus melakukan aksinya meski para pemain sudah masuk ke lapangan untuk memulai babak kedua. Kepiawaiannya mengolah bola juga membawa Maradona tampil di televisi nasional, di mana dia menampilkan trik menggunakan bola dan jeruk.

Pamor Maradona di Argentinos Juniors melejit sangat cepat. Dalam kurun waktu beberapa tahun dia bisa naik ke tim senior. Pada 1974, pada usia 14, Maradona membawa tim muda menjadi juara. Selepas itu karier Maradona terus menanjak hingga bisa tampil bersama tim utama.

Pada 20 Oktober 1976, masih berusia 15 tahun, Diego Maradona melakukan debutnya untuk tim pertama Argentinos Juniors melawan Tallares de Cordoba. Selama latihan sepekan sebelum laga, pelatih Juan Carlos Montes, memberi tahu Maradona bahwa dia akan berada di bangku cadangan. Montes juga mengatakan kepada Diego muda untuk bersiap-siap jika waktu masuk ke lapangan tiba.

Dan waktu yang dimaksud itupun tiba, di awal babak kedua, dengan Argentinos tertinggal 0-1. "Montes menatap saya, seolah-olah dia bertanya kepada, 'Apakah kamu berani?' Saya memandang balik kepadanya dan itulah jawaban saya," ujar Maradona menggambarkan momen itu dalam otobiografinya, El Diego.

Maradona muda berlari ke dalam lapangan menggunakan jersey ikonik berwarna merah bernomor punggung 16. Melihat anak asuhnya terlihat siap, Montes hanya bisa berkata, "Ayo Diego, bermainlah seperti yang kamu tahu bagaimana. Jika bisa, kamu kolongi (nutmeg) lawan."

Maradona melakukan apa yang diperintahkan. Dia mengelabui dan dengan mudahnya mengolongi lawan yang mengawalnya, Juan Domingo Cabrera. Penonton sontak berteriak "Ole!". "Hari itu saya merasa tangan ini memegang langit," kenang Maradona.

Argentinos Juniors memang kalah pada pertandingan tersebut. Akan tetapi bagi Maradona itu adalah awal dari segalanya. "Saya telah memulai sejarah panjang dan indah bersama Argentinos Juniors. Sebuah sejarah yang tak terlupakan."

Gagal Tampil di Piala Dunia 1978

Gagal Tampil di Piala Dunia 1978

Maradona menghabiskan lima tahun di Argentinos Juniors. Dia mencetak 115 gol dalam 167 penampilan, hampir semua gol itu dicetaknya saat remaja. Perjalanan karier Maradona di Argentinos Juniors berjalan cepat. Bahkan dalam otobiografinya, ia menggambarkannya "terlalu cepat". Maradona menilai cepatnya dia mengenal ketenaran itulah yang membuatnya bermasalah di akhir kariernya.

Musim pertamanya bersama tim utama, Maradona 11 kali tampil. Dia mencetak dua gol saat melawan San Lorenzo hanya dua pekan setelah ulang tahunnya yang ke-16. Maradona melakoni debut dengan tim nasional di awal 1977. Pencapaian luar biasa mengingat dia baru bermain 11 kali bersama Argentinos Juniors.

Sejalan dengan meroketnya kariernya, Maradona merasakan kekecewaan besar pertamanya saat tidak masuk skuat timnas untuk Piala Dunia 1978 yang digelar di Argentina. Tetapi kekecewaan itu kemudian dipakainya menjadi alat motivasi. Dia menyadari bahwa kemarahan adalah bahan bakar buatnya.

Maradona melampiaskan kekecewaanya dengan tampil luar biasa bersama Argentinos. Beberapa hari setelah memgetahui dirinya tidak masuk skuat timnas, Maradona menjadi bintang saat Argentino Juniors menang telak 5-0 atas Chacarita. Pada laga itu Maradona mencetak dua gol dan dua assist.

Dengan Maradona yang didorong amarah, performa Argentino meningkat dan mampu melesat ke urutan kelima di Metropolitano pada 1978. Maradona juga menjadi pencetak gol terbanyak dengan 22 gol. Pencapaian yang membuat Maradona dilirik pelatih timnas junior, Cesar Luis Menotti, yang sedang mempersiapkan tim untuk Kejuaraan Dunia Junior 1979. Tim yang kemudian menjadi fondasi timnas Piala Dunia 1982, turnamen yang membuat mata dunia mengenal Maradona.

Sesaat sebelum tampil di Piala Dunia 1982, Argentinos Juniors menegaskan Maradona tidak akan pernah dilepas kepada klub manapun di dunia. Namun pernyataan ini justru memunculkan pertanyaan, bagaimana sebuah klub kemampuan terbatas bisa membayar Maradona untuk bertahan. Apalagi mengingat tawaran secara teratur mengalir datang.

Pada saat itulah Austral, sebuah maskapai penerbangan domestik masuk untuk menjadi sponsor Argentinos. Hal ini meningkatkan pemasukan yang cukup untuk menjaga Maradona, setidaknya untuk jangka pendek. Tanpa adanya Astral, kisah Argentinos Juniors dan Maradona akan menjadi jauh lebih pendek.

Di kompetisi 1979, Maradona mencetak 22 gol dan kembali menjadi pencetak gol terbanyak. Argentinos sendiri menempati posisi kedua bersama Velez Sarsfield. Mereka harus memainkan playoff untuk menentukan peringkat. Namun pada laga menentukan itu Maradona hanya bisa menyaksikan timnya kalah 0-4 dari bangku penonton karena harus menjalani hukuman.

Setahun kemudian Argentinos finis di peringkat kedua. Bagi klub seperti mereka bisa berada di urutan kedua dalam kejuaraan nasional adalah prestasi luar biasa dan semua itu berkat superstar remaja mereka. Pada 1980, Maradona sudah mencetak 100 gol, ketika ia masih berusia 19 tahun.

Awal 1981, petualangan Maradona di Argentinos Juniors hampir berakhir. River Plate sudah membuat tawaran yang menggiurkan. Tidak hanya itu godaan bisa bermain bersama bintang timnas Argentina seperti Ubaldo Fillol, Daniel Passarella, dan Americo Gallego membuat peluang River mendapatkan Maradona makin besar. Jika Maradona bergabung, River akan menjadi sebuah klub superior yang mendominasi kancah domestik.

Selain River ada Boca Juniors, klub yang ada dalam kesulitan keuangan dan performa buruk. Maradona sendiri mulai dikenal sebagai sosok yang menyukai tantangan. Dia menyukai melawan ketidakseimbangan, kesulitan justru membuatnya gemilang. Karena itu juga mengapa di beberapa tahun berikut Maradona lebih suka bermain di Napoli daripada Barcelona.

Proses kepergian Maradona dari Argentinos terbilang panas. Hal ini karena sebelumnya sudah tersiar kabar bahwa Maradona akan bergabung dengan Boca. Dalam otobiografinya, Maradona menerangkan kabar itu disebarkan oleh agennya sendiri agar Boca bergerak cepat. Tidak heran saat laga Argentinos melawan River, Maradona, yang dinilai sudah menolak River, mendapat sambutan panas, publik menghujani Maradona dengan hinaan dan cacian.

Bagi Argentinos Juniors, ditinggal pemain seperti Maradona tentu saja kehilangan besar. Jadi wajar jika akan muncul perasaaan benci dari suporter kepada sang pemain di masa depan. Namun klub yang berjasa membesarkan rela melepaskan sang bintang pergi. Mereka menilai Maradona sudah terlalu besar bagi klub seperti Argentinos. Bagaimanapun Maradona sudah mengangkat pamor klub.

Satu hal yang pasti, dunia mengetahui di Argentinos Juniorslah Maradona mengawali segalanya. Lima tahun di klub ini yang membuat Maradona menjadi legenda seperti saat ini. Lima tahun yang mengubah hidup seorang Maradona.

Bagikan

Baca Original Artikel