Mulai Diego Maradona hingga Moise Kean, Pelecehan Rasial Bukan Hal Baru di Italia
BolaSkor.com - Selama 90 menit, ejekan meniru suara monyet terdengar di Sardegna Arena setiap kali seorang pemuda menyentuh bola. Kesal, pasti itu yang dirasakan oleh pemuda dengan kulit berwarna tersebut.
Bukan tanpa alasan, pemuda itu merupakan warga negara Italia dan telah membela serta mencetak gol untuk Gli Azzurri. Tentunya, dia ingin dihargai juga di tempatnya tumbuh dewasa.
Ketika laga menyisakan lima menit, gelandang Juventus, Rodrigo Bentancur, mengirimkan umpan dari sisi kiri pertahanan tuan rumah, Cagliari. Pemuda itu tidak menyiakan peluang untuk mencetak gol.
Baca Juga:
Pesepak Bola Eropa Ramai-ramai Menyerang Bonucci Terkait Isu Rasisme Moise Kean
Bocah Italia Pemecah Rekor Itu Bernama Moise Kean

Setelah itu, pemuda tersebut, yang bernama Moise Kean, berlari ke samping gawang Cagliari. Kean seolah menghadapi ejekan dari publik Sardegna Arena dengan membuktikan kualitasnya.
Ketika pertandingan berakhir, Presiden Cagliari memberikan pernyataan yang menyudutkan Moise Kean. Menurutnya, publik Sardegna Arena mengejek Kean karena selebrasi golnya.
Parahnya, Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, juga justru menyalahkan reaksi Moise Kean. Bisa dimaklumi, Allegri sempat lama menjadi pelatih Cagliari.
Selain itu, Leonardo Bonucci juga mengeluarkan pernyataan yang tidak kalah kontroversial. Menurut bek timnas Italia itu, kesalahan juga ada dari Moise Kean dari cara merayakan golnya.
Kasus Moise Kean bukanlah pertama kalinya terjadi di Italia. Justru, kisah yang menimpa Kean hanyalah contoh kecil dari betapa parahnya pelecehan rasial di Italia.

Sejatinya, perang terhadap para pelaku pelecehan rasial mulai dilakukan Serie A sejak 1992. Akibat hinaan yang diterima Ruud Gullit hingga Aron Winter, sebelum pertandingan slogan No al Razzimo (katakan tidak pada rasisme) diperkenalkan.
Sayangnya, kampanye itu seolah hanya omong kosong belaka. Mulai dari Paul Ince, hingga bintang kulit berwarna pertama asal Italia, Mario Balotelli, masih sering dilecehkan.
Sudah banyak kasus seperti ini terjadi, lantas, apa yang membuat insiden serupa masih berjalan? Apabila ditilik lebih lanjut, pihak berwenang seolah menutup mata atas insiden yang dialami para pesepak bola tersebut.
Ambil contoh dari kasus Moise Kean yang terjadi di Cagliari. Itu merupakan kota yang terkenal paling sulit menerima perbedaan warna kulit. Dalam satu dekade terakhir, hinaan terhadap pesepak bola dengan kulit berwarna sering terjadi di Sardegna Arena.

Mulai dari Sulley Muntari, Blaise Matuidi, hingga kasus Moise Kean, pelecehan warna kulit terjadi di Sardegna Arena. Anehnya, kasus itu seolah dibiarkan.
Tidak ada efek jera yang diberikan oleh operator Serie A untuk para pelaku pelecehan rasial. Ambil contoh di Inggris, mereka melacak pelaku pelecehan rasial dan memberikan hukuman larangan datang ke stadion.
Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, mengaku sering dilecehkan ketika masih membela Napoli di Serie A. Maradona kerap dihina karena bukan warga negara Italia dan berasal dari Amerika Latin.

Kembali ke Moise Kean, setelah kasus yang menimpanya, operator Serie A seolah bungkam. Mereka tidak memberikan pernyataan resmi apa pun tentang insiden tersebut.
Sementara itu, baik Juventus maupun Cagliari juga belum mengomentari masalah yang terjadi pada pertandingan tersebut. Hanya ada sejumlah pemain I Bianconeri yang mengomentari kasus tersebut.
Sebut saja kapten Juventus, Giorgio Chiellini, yang menyebut Moise Kean merupakan harta karun timnas Italia. Chiellini meminta orang-orang di Italia untuk lebih menghargai Kean.
Hal yang sama disampaikan oleh gelandang Miralem Pjanic. Menurut Pjanic, musim lalu Juventus mengalami hal yang sama, ketika Blaise Matuidi menjadi korban pelecehan rasial di Cagliari.
Pertandingan tersebut memang dimenangi oleh Juventus dengan skor 2-0. Ironisnya, dua gol La Vecchia Signora dicetak oleh Leonardo Bonucci dan Moise Kean.

Juventus sendiri meraih tiga poin dari kemenangan tersebut. Akan tetapi, rasanya kemenangan dari perang melawan para peleceh warna kulit di Italia masih jauh dari kata usai.
Kini, tinggal menunggu kesadaran dari klub dan para pengurus Serie A untuk melakukan perubahan. Andai seperti ini terus, pemain bintang dengan kulit berwarna bakal ogah merapat ke Italia.
Akan tetapi, rasanya tidak usah berharap terlalu banyak. Toh, ini adalah Italia, tempat di mana pelecehan rasial bukan hal baru dan tidak dianggap sebagai priortitas.