Moyes Bukan Kambing Hitam

BolaSkor - Kamis, 10 April 2014

>Jakarta – Meski mencetak gol pembuka lawan Bayern Muenchen baik kandang maupun tandang, Manchester United tetap tersingkir di perempat final Liga Champions musim 2013-14, atau pantas disebut musim terburuk Red Devils dalam dua dasawarsa terakhir.

>Menjadi juara adalah satu-satunya cara bagi MU untuk berpartisipasi di Liga Champions musim depan, karena di kompetisi domestik terpaku di posisi tujuh dengan selisih tujuh poin dari peringkat empat saat tersisa lima pertandingan. Meski secara matematis Iblis Merah masih mungkin finis di zona big four namun manajer David Moyes mencoba realistis dengan mengisyaratkan peluang timnya tampil di kompetisi tertinggi antar klub Eropa musim depan sudah tertutup. Setelah semua ini, 2014-15 agaknya bakal jadi musim pertama MU tidak berpartisipasi di Liga Champions sejak tahun 1996.

>Musim ini klub penghuni Old Trafford dianggap benar-benar celaka dan orang ramai-ramai mengasosiasikannya dengan sosok David Moyes. Ya, kambing hitamnya Moyes, begitulah opini publik yang terbentuk.

>Realistisnya, Moyes beda kelas dengan Manuel Pellegrini, Jose Mourinho, Arsene Wenger atau juga Brendan Rodgers. Kenyataan ini ditambah dengan terpecahnya skuat ‘ajaib’ warisan Sir Alex. Lawan-lawan MU menganggap ini adalah skuat yang sama dengan ketika Red Devils memenangkan gelar musim lalu sehingga masalahnya pasti ada di Moyes. Bukan itu yang terjadi.

>Terdapat dua hal yang berperan penting dalam sukses MU musim lalu, tidak stabilnya performa tim-tim papan atas lain serta besarnya respek terhadap seorang Fergie, bukan hanya di internal klub tapi juga seluruh Premier League.

>Partai Liverpool di Old Trafford jadi contoh yang paling menggambarkan bagaimana banyak hal telah berubah. Mereka yang familiar dengan sepak bola Inggris pasti tahu betul, tim yang main di Theather of Dream hampir tidak pernah mendapat hadiah penalti. Namun The Reds mendapatkannya tiga kali, sesuatu yang sulit dibayangkan jika Sir Alex ada di bench. Bukan salah Moyes karena tidak ‘sesakti’ Ferguson.

>Minimnya pemain kelas dunia di skuat MU juga tak bisa dibebankan pada Moyes. Adalah Sir Alex yang (kecuali Shinji Kagawa dan Robin van Persie) membuat kebijakan tak membeli pemain matang dalam tiga musim terakhir. Hanya Rooney, Van Persie, Juan Mata serta mungkin David De Gea dan Patrice Evra, pemain yang pantas masuk kategori kelas dunia dalam skuat utama MU saat ini, mengingat performa Nemanja Vidic mulai menurun seiring dengan bertambahnya usia, sama halnya dengan Rio Ferdinand. Bandingkan dengan yang dimiliki Chelsea atau Manchester City. Kondisi ini lantas berbanding lurus dengan peringkat MU di klasemen.

>Bicara filosofi tim, sebelum musim 2013-14 ada satu hal yang selalu terlihat dari Setan Merah yaitu berjuang keras hingga pluit panjang berbunyi, tercermin dari jumlah gol yang mereka buat di periode akhir pertandingan. Terdapat sebuah keyakinan pada diri tiap pemain bahwa mereka tak bisa dikalahkan dan nilai-nilai ini menghasilkan sukses besar. Unsur ini jelas sudah terkikis, tapi Sir Alex juga telah hilang bersama dengan pemain-pemain luar biasa yang menginspirasi tim untuk menang.

>Jelas skuat saat ini tak mampu hidup dalam filosofi MU yang sebenarnya atau lebih tepat yang selama ini ditanamkan. Bukan salah Moyes tak membawa nilai-nilai yang pernah ditularkan Sir Alex karena Moyes datang dengan filosofinya sendiri dan harus memulainya dengan skuat peninggalan manajer sebelumnya, yang durasi kerjanya hampir menyentuh tiga dasawarsa.

>Jika musim depan tidak ada peningkatan berarti maka Moyes bisa terdepak dari kursi panasnya. Sampai saat itu terjadi, opini publik tadi bisa saja terus beredar. Poor Moyes, meski ungkapan tak ada api tak ada asap selalu berlaku. Celoteh berbunyi, satu-satunya kesalah Sir Alex selama 27 tahun melatih MU adalah menunjuk Moyes, mungkin benar adanya.

Bagikan

Baca Original Artikel