Analisis Feature Liga Champions Eropa Berita

Modal Nekat Manchester United di Parc des Princes

Arief Hadi - Rabu, 06 Maret 2019

BolaSkor.com - PSG (Paris Saint-Germain) akan menjamu Manchester United dalam lanjutan leg dua 16 besar Liga Champions di Parc des Princes, Kamis (7/3) pukul 03.00 dini hari WIB. Tuan rumah unggul agresivitas gol tandang 2-0.

Bermodalkan keangkeran Parc des Princes kepada tamu yang datang, melalui rekor 32 kemenangan dan 16 kali imbang (hanya dua kali kalah) di 50 laga kandang di Eropa, PSG hanya perlu menghindari tragedi saat melawan Man United.

PSG tidak perlu muluk-muluk menargetkan kemenangan dengan skor telak, cukup 1-0 atau bermain imbang, bahkan, kekalahan tidak lebih dari 0-1 sudah cukup untuk membawa mereka ke delapan besar Liga Champions.

Tanpa Neymar yang masih cedera atau Edinson Cavani yang belum sepenunya fit bermain, PSG seyogyanya melaju ke fase berikutnya sesuai prediksi publik. Hanya keajaiban yang bisa membawa Red Devils ke fase berikutnya dengan membalikkan agregat gol.

Baca Juga:

Prediksi PSG Vs Man United: Rekor Tandang Setan Merah Menguji Keangkeran Parc des Princes

Man United Tertinggal Agregat Dua Gol dari PSG, Solskjaer Pantang Kibarkan Bendera Putih

Manchester United Hanya Menargetkan Kemenangan di Markas PSG

Sesi latihan Manchester United

Ibarat penyerbuan suatu pasukan ke benteng musuh, Man United juga demikian. Bedanya, pasukan bernama Manchester United datang dalam kondisi: perisai sudah terkoyak, baju tempur tidak dalam kondisi bagus, senjata setengah amunisi, dan banyak tentara yang tumbang.

Singkat kata: Manchester United menyerbu Parc des Princes hanya dengan modal nekat, dengan skuat seadanya yang dimiliki Ole Gunnar Solskjaer saat ini. Bagaimana tidak, 10 pemain utama Man United tidak dapat bermain di laga nanti.

Antonio Valencia, Matteo Darmian, Juan Mata, Ander Herrera, Jesse Lingard, Alexis Sanchez, Nemanja Matic, dan Anthony Martial cedera. Phil Jones diragukan tampil dan Paul Pogba terkena sanksi akumulasi kartu.

Logikanya, jika PSG bisa menang 2-0 di Old Trafford ketika Man United memiliki beberapa pemain andalannya itu, termasuk Pogba, maka mereka seharusnya bisa tampil lebih baik melawan tim United terkini.

Solskjaer boleh saja dengan lantang dan optimis berkata timnya belum menyerah, mengingatkan publik akan comeback gemilang yang pernah terjadi di Liga Champions, atau final Liga Champions 1999, kala dia jadi pahlawan kemenangan Red Devils.

Ole Gunnar Solskjaer

"Kami tak bisa menyerah di laga ini, kami sejauh ini bermain fantastis jauh dari rumah. Kami tidak akan menyerah tanpa bertarung terlebih dahulu. Kami akan bermain di sana dan menikmati pertandingan," terang Solskjaer, dikutip dari Goal.

"Kami tahu ini tempat yang sulit untuk didatangi dan mereka bermain dengan sangat baik di Old Trafford, jadi ini tantangan besar untuk pemain kami, untuk bermain di sana dan menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan."

"Kami lebih baik menang 4-2 ketimbang coba memikirkan menang 2-0. Kami harus lebih baik sampai jeda babak pertama dari saat ini. Jika Anda bisa unggul 1-0 di paruh pertama, maka segalanya dapat terjadi di babak kedua," terang Solskjaer.

Tapi pada akhirnya semua ditentukan dengan pasukan yang berjuang di lapangan pertandingan. Solskjaer, seharusnya menjadikan laga melawan PSG sebagai pembelajaran dalam mengais pengalaman melatih, lalu belajar dari koleganya yang lebih berpengalaman, Thomas Tuchel.

Ole Gunnar Solksjaer vs Thomas Tuchel

Thomas Tuchel dan Ole Gunnar Solskjaer

Ketika Solskjaer banyak dibicarakan karena statusnya sebagai supersub di masa lalu, legenda Man United pada medio 1996-2007, publik sedikit lupa jika Solskjaer belum kaya pengalaman melatih.

Kekalahan 0-2 dari PSG di Old Trafford baru menyadarkan bahwa Solskjaer masih 'hijau' dalam dunia kepelatihan. Kala Pogba dimatikan Marquinhos dan Marco Verratti, Man United tidak punya rencana B dalam permainan mereka.

Bahkan di saat Solskjaer mengutarakan pendapatnya dengan keyakinan tinggi akan comeback Man United, Tuchel sudah menganalisis taktik dan permainan seperti apa yang akan dimainkan United.

"Normalnya, Manchester United bermain dengan 4-4-2 formasi berlian dan dua penyerang yang bermain melebar. Untuknya, kami harus menemukan solusi," terang Tuchel.

"Kami jelas ingin mengontrol tempo laga, mengatasi serangan balik dengan sangat cepat di awal laga. Baik (Romelu) Lukaku dan (Marcus) Rashford pemain-pemain yang cepat dan kuat, jadi kami harus waspada."

"Bersama Leo (Leandro) Paredes, Marquinhos (dan Marco Verratti), kami punya tiga gelandang dan saya sangat senang dengan ketiganya," tegas Tuchel.

Pelatih asal Jerman berusia 45 tahun tidak asal bicara. Mantan pelatih Augsburg, Mainz, dan Borussia Dortmund, langsung mengembalikan euforia berlebihan fans Man United ke 'bumi' saat bermain di Old Trafford.

PSG bermain rapih, terorganisir, dengan penguasaan bola 56 berbanding 44 persen tuan rumah. 10 percobaan tendangan dilakukan tuan rumah dan hanya ada satu yang tepat sasaran ke gawang PSG, yang dijaga Gianluigi Buffon, peluang itu juga tidak berbahaya.

Statistik PSG dan Manchester United dari leg pertama

Sementara PSG punya 12 percobaan tendangan, lima sepakan tepat sasaran (dua berbuah gol), dengan akurasi operan sebesar 87 persen. Tingkat konversi gol PSG juga mencapai 16 persen hanya di satu laga.

Tuchel, secara tidak langsung, mengajarkan kepada Solskjaer bagaimana cara bermain efisien dengan memaksimalkan talenta yang dimiliki.

Man United memang kemungkinan besar bertarung di laga nanti, tidak menyerah mencetak gol. Namun, PSG akan meladeninya dengan tenang dan akan coba mencetak gol untuk melebarkan agregat gol.

Bagikan

Baca Original Artikel