Analisis Feature Inggris Berita

Mengulas 3 Kekuatan Utama Norwich City, Tim Promosi Premier League 2019-20

Arief Hadi - Minggu, 28 April 2019

BolaSkor.com - Norwich City hanya menghabiskan waktu tiga tahun di Championship dan kembali lagi bermain di Premier League. Ya, The Canaries - julukan Norwich - dipastikan menjadi tim promosi pertama Premier League 2019-20 setelah menang 2-1 atas Blackburn Rovers.

Memainkan pekan 45 Championship di Carrow Road, Norwich menang 2-1 melalui gol yang dicetak Marco Stiepermann (13') dan Mario Vrancic (21') yang diperkecil gol Lewis Travis di menit 23. Norwich meraih 91 poin, duduk di peringkat pertama, dan sudah berada di posisi yang aman meski masih menyisakan satu laga lagi.

Norwich terakhir bermain di Premier League pada musim 2015-16 dan degradasi pada urutan 19 klasemen. Kini, tim asuhan Daniel Farke promosi ke Premier League untuk keempat kalinya. Norwich lolos dengan catatan menarik: paling banyak mencetak gol, hanya kalah enam kali, dan memiliki perolehan poin terbaik.

Baca Juga:

Leicester 3-0 Arsenal: Kalah Tiga Kali Beruntun, The Gunners Kian Sulit Masuk Empat Besar

Tottenham Hotspur 0-1 West Ham United: Perebutan Tiket Liga Champions Masih Terbuka Lebar

"Ini momen penuh kebahagiaan dan kebanggaan. Perasaan ini sangat hebat. Bagi saya Championship liga tersulit di dunia. Tiap laganya sangat ketat, jadi, promosi di dua besar Anda pantas mendapatkannya," tutur Farke.

"Saya banyak berpikir seberapa banyak kami tumbuh sepanjang musim - kami memiliki begitu banyak tekanan finansial untuk klub dan kami harus menjual beberapa pemain terbaik kami, jadi kami harus kreatif dengan rekrutmen pemain."

Kiprah Norwich musim ini tidak segemilang Wolverhampton Wanderers ketika promosi akhir musim lalu. Kendati demikian, ada tiga kekuatan utama yang melandasi kesuksesan Norwich meraih tiket promosi. Apa saja?

1. Striker Kualitas Top Eropa

Teemu Pukki

Pemerhati sepak bola Inggris banyak mengerutkan dahi ketika tahu Norwich mendatangkan Teemu Pukki, striker asal Finlandia berusia 29 tahun, dari Brondby. Pukki tidak pernah jadi pemain yang spesial kala bermain untuk Sevilla, HJK, Schalke, Celtic, dan Brondby.

Akan tapi, melalui kerja keras dan kejeniusan Farke memaksimalkan potensinya, Pukki berkembang pesat. Produk akademi KTP menorehkan 28 gol dan memenangi penghargaan Pemain Terbaik Championship. Pukki menjadi pemain Norwich pertama yang mencetak kurang lebihnya 25 gol dalam semusim sejak Chris Sutton melakukannya pada 1993-94.

"Saya berkata 'Oh Tuhan, mengapa mereka (Norwich) mendatangkan Pukki?' Dia menjalani masa-masa buruk di Skotlandia. Saya banyak melihatnya di Celtic dan segalanya sulit baginya. Saya sendiri pernah mengalami masa naik turun - tapi dia memperlihatkan peningkatan," papar Sutton.

"Di Celtic dia tidak bermain sebagai penyerang murni. Di Norwich, mereka menggunakannya dengan cara yang benar dan menjadi titik serang di depan, dia begitu efektif. Saya salut kepada Teemu Pukki dan saya salah menilainya."

2. Evolusi Dalam Mengorbitkan Pemuda Akademi

Norwich City

Max Aarons, Jamal Lewis, Ben Godfrey, dan Todd Cantwell, merupakan empat nama yang dipromosikan Farke ke tim utama dari akademi klub. Mereka dimasukkan untuk mengisi kepergian Alex Pritchard, Josh Murphy, dan James Maddison yang hengkang dengan total banderol 40 juta poundsterling.

Aarons dan Lewis patut dikedepankan sebagai pemimpin generasi dari akademi Norwich. Keduanya berposisi sebagai bek kiri dan kanan (full-back) yang konsisten bermain dan menghidupkan sisi sayap permainan Norwich.

Max Aarons, 19 tahun, bahkan terpilih sebagai Pemain Muda Terbaik Championship. Keduanya merepresentasikan permainan yang enerjik, berkualitas, bertahan dengan solid, dan aktif ketika membangun serangan. Evolusi ini menjadi salah satu kekuatan utama Norwich.

"Saya harap Norwich tetap berpegang dengan, pada dasarnya, apa yang mereka punya dan ada kesabaran yang diperlihatkan suporter. Fakta bahwa Aarons dan Lewis datang dari akademi - Godfred, pemain yang berkembang dan juga Cantwell, saya harap Norwich tetap bertahan dengan filosofinya," terang Sutton.

3. Kejeniusan Daniel Farke

Daniel Farke

Kerja keras manajer asal Jerman dalam 10 tahun karier kepelatihannya berbuah manis di Norwich. Para pemain menerapkan instruksi dan gaya main yang diinginkannya di lapangan pertandingan. Norwich jadi tim yang menghibur dengan gaya main mereka.

Dikutip dari Whoscored, gaya main Norwich identik dengan penguasaan bola, permainan bola pendek yang dikombinasikan umpan terobosan, dan banyak membangun serangan dari sisi kiri yang biasanya ditempati Lewis, Moritz Leitner, dan Onel Hernandez.

Emiliano Buendia, gelandang serang asal Argentina, menjadi pengatur serangan Norwich dengan sentuhan bola, visi, dan operannya yang akurat. Buendia menggantikan tugas Maddison, yang pindah ke Leicester City, dengan baik.

"Awal musim sulit bagi Norwich, tapi Daniel Farke terus berpegang teguh dengan cara timnya bermain dan memiliki keyakinan dengan pemain-pemain yang didatangkannya," tutur Sutton.

"Permainan mereka penuh style (gaya). Championship liga yang sulit - saya normalnya menilai tim-tim promosi dari Championship memiliki tekat kuat dan keyakinan bermain. Bermain direct. Tapi Norwich sebaliknya, mereka memainkan sepak bola yang bagus."

Menarik untuk dinanti, apakah Norwich bisa mengulang kegemilangan bermain mereka musim depan di Premier League. Terpenting bagi Farke dan manajemen adalah: menjaga pemain-pemain terbaik dan mendatangkan pemain-pemain sesuai kebutuhan tim.

"Kita semua sudah melihat apa yang terjadi kepada Fulham musim ini, belanja besar-besaran, dan Anda tidak bisa berkata tim tidak didukung pemilik klub - mereka sangat didukung," imbuh Sutton.

"Dewasa ini, Anda membeli pemain pada level standar pada harga 25 juta poundsterling, itulah kenyataannya - jadi saya akan tertarik melihat Stuart Webber (Direktur Olahraga Norwich) dan Daniel Farke bekerja di bursa transfer," pungkasnya.

Bagikan

Baca Original Artikel