Ragam Feature Spanyol Berita

Menguak Kebenaran Derby Madrid adalah Perang Si Kaya Melawan Si Miskin

Johan Kristiandi - Sabtu, 12 Desember 2020

BolaSkor.com - Derby Madrid sering dianalogikan sebagai pertarungan si kaya melawan si miskin. Namun, pada kenyataannya, laga yang mempertemukan Real Madrid melawan Atletico Madrid itu tak seperti yang dilabelkan.

Pandangan Atletico Madrid merupakan klub miskin dari kelas pekerja, sedangkan Madrid berasal dari klub kaya raya milik penguasa terus bergulir dalam waktu yang lama. Hal itu dilanggengkan dengan fakta jika para pemain Atletico menerima upah lebih rendah dari pengawa Los Blancos.

Masalahnya, pandangan tersebut didasari sejumlah kepalsuan dan setengah kebenaran yang terus disebarluaskan. Kisah derby Madrid sangat jauh dari narasi kelas penguasa versus proletariat yang memerangi fasis. Dalam banyak hal, justru sebaliknya.

Atletico Madrid lahir pada 1903 ketika tiga siswa Basque yang tinggal di Madrid membentuk klub. Nama Atletico Madrid dan jersey terinspirasi oleh klub Atletic Bilbao. Wajar, sebelumnya Bilbao sudah memiliki basis yang besar di Basque.

Kemudian, para awal 1920-an, mereka memutuskan hubungan dengan para pendiri dan mengubah diri menjadi entitas independen yang sukses dengan tiga gelar Campeonato del Centro. Setelah itu, Atletico berlaga di LaLiga pada 1928.

Berdasarkan laporan Four Four Two, perang saudara di Spanyol pada 1936 hingga 1939 membawa perubahan mendasar untuk Atletico. Mereka bergabung dengan klub yang didirikan angkatan udara Spanyol, Athletic Aviacion de Madrid. Tim tersebut terdiri dari banyak pahlawan perang yang berada di bawah komando Jenderal Francisco Franco.

Baca Juga:

Nostalgia – Atletico Madrid Awali Kisah Hebat Pangeran Bernabeu, Raul Gonzalez

Jan Oblak Melawan Pendahulunya di Atletico Madrid, Thibaut Courtois

Kisah Cinta James Rodriguez dan Atletico Madrid yang Tidak Pernah Terjadi

Ketika berada di bawah ketiak Franco, Atletico mendapatkan banyak perlakuan spesial. Bahkan, gelar pada 1940 dan 1941 disinyalir syarat dengan konspirasi. Dengan begitu, salah jika menyebut Franco membenci Atletico.

Beberapa tahun berselang, sikap politik Franco berubah 180 derajat. Ia jadi melekatkan diri dengan Real Madrid.

Nama Franco biasanya dikaitkan dengan hal yang berbau negatif untuk Real Madrid. Namun, hal itu mencerminkan perlindungan kerajaan yang diberikan Raja Alfonso XIII pada 1920 atau 18 tahun setelah klub tersebut didirikan sebagai Madrid FC.

Real Madrid sering dianggap sebagai hewan peliharaan Franco. Sang diktator memiliki agenda bersama Madrid untuk melanggengkan kekuasaan.

Prestasi yang diraih Madrid bersama Alfredo Di Stefano membuat Franco semakin semringah. Madrid memenangi kompetisi domestik dan Eropa, temasuk lima titel pertama Piala Eropa.

Bagi Franco, Real Madrid melambangkan sentralisme, kebesaran Spanyol, dan posisi vital negara di dunia. Sulit untuk melawan rezim Franco ketika El Real menaklukkan Eropa dengan sepak bola.

Salah kaprah juga sering terjadi ketika menilik kedua suporter. Pada kenyataannya, suporter Real Madrid tidak beraliran sayap kanan.

Justru pendukung Atletico yang memegang ideologi tersebut. Sebagian besar suporter Atletico menganut nasionalisme yang kuat dan cenderung fasis. Ideologi tersebut juga dijalankan oleh ultras Atletico, Frente Atletico.

Di markas suporter Atletico di sekitar Vicente Calderon banyak simbol-simbo fasisme dalam bentuk gambar. Bahkan, kebencian ultras Atletico kepada suporter Basque dan Catalunya lebih mengakar ketimbang pendukung Madrid.

Kelas atas Vs kelas pekerja

Ada unsur kebenaran soal Real Madrid yang dianggap sebagai klub kelas atas yang aspirtif. Santiago Bernabeu terletak di distrik Chamartin di Madrid Utara yang indah. Selain itu, banyak pendukung muda Madrid yang berasal dari kelas "Pijo" atau mewah.

Namun demikian, hal itu tidak bisa menjadi dasar menganggap Madrid layak mendapatkan predikat klub kaya. Setelah diadakan jejak pendapat, suporter Madrid memberi penjelasan jika sebagian besar elemen berasal dari lapisan yang berbeda di masyarakat.

Madrid menarik hati penggemar bukan karena lekat dengan kemakmuran dan kekuasaan, tetapi karena kesuksesan sebagai klub sepak bola.

Sementara itu, para pendukung Atletico merupakan penganut fasis, falangis, dan francoists yang kuat. Sama seperti Madrid, Atletico juga didukung kaum borjuis. Los Rojiblancos bukanlah klub yang berasal dari kelas pekerja yang selama ini didengungkan.

Fakta jika sejatinya Madrid dan Atletico berasal dari kaum yang sama terus tereduksi oleh kekuatan finansial dan prestasi kedua tim dalam beberapa tahun terakhir. Madrid memperkuat diri dengan pemain bintang, pada sisi lain Atletico membangun tim dengan semangat juang yang tinggi layaknya para kelas pekerja.

Namun, pada kenyataannya, Madrid dan Atletico memiliki banyak kemiripan dari sisi sejarah, ideologi, dan suporter. Jadi, ingat sekali lagi, derby Madrid bukanlah soal si kaya melawan si miskin.

Bagikan

Baca Original Artikel