Analisis Feature Piala Dunia

Menang di Laga Pertama Piala Dunia 2018, Prancis Masih Belum Meyakinkan

Yusuf Abdillah - Minggu, 17 Juni 2018

BolaSkor.com - Prancis sukses memetik kemenangan pada laga pembuka mereka di Piala Dunia 2018. Untuk kedua kalinya sejak menjadi juara pada 1998 Prancis membuka kiprah di Piala Dunia dengan kemenangan.

Namun, kemenangan Prancis harus didapat lewat kerja keras dan sedikit keberuntungan. Penampilan tim asuhan Didier Deschamps jauh dari kata memuaskan, apalagi meyakinkan. Bahkan tim yang notabene memiliki stok pemain jauh lebih baik ketimbang Australia itu bisa saja menuai hasil yang lebih buruk.

Iya, Prancis tidak hanya harus berjuang untuk memang melawan tim yang ada di bawah Arab Saudi pada kualifikasi Piala Dunia Asia, tetapi kedua gol mereka kental dengan aroma keberuntungan.

Gol pertama lahir dari titik penalti yang bisa diperdebatkan meski sudah dibantu dengan bantuan VAR. Sedangkan gol kedua terjadi lewat bola defleksi yang membuat kiper Australia, Mat Ryan mati langkah.

Sepanjang pertandingan, Prancis tampil sangat kaku. Aliran bola kerap terhambat. Prancis sama sekali tak menampilkan permainan yang mengalir, yang sejatinya bisa dilakukan dengan pemain yang mereka miliki.

Wajar jika muncul pertanyaan mengenai karakter tim dan pemain Prancis. Tak adanya pemain yang menjadi leader amat terasa sepanjang laga. Masalah mentalitas memang acap menjadi sorotan di tubuh timnas Prancis belakangan ini.

Apa yang terlihat di atas lapangan pada laga kontra Australia makin menguatkan kekhawatiran akan kekuatan mental Les Bleus. Mungkin saja kondisi ini bisa dimaklumi mengingat banyaknya pemain muda yang baru pertama kali tampil di panggung Piala Dunia. Skuat Prancis saat ini memang yang termuda sejak Piala Dunia 1939.

Yang menjadi masalah, mentalitas hanyalah bagian dari problema Prancis pada laga kontra Australia. Urusan teknik menjadi masalah lainnya yang amat kentara. Dan itu merupakan tugas dari pelatih, Deschamps.

Saat melawan Australia, masalah terlihat muncul di semua lini permainan. Itu semua tak lepas dari pemilihan pemain yang dipilih Deschamps.

Di lini belakang, keputusan untuk memainkan Benjamin Pavard di bek kanan menjadi pertanyaan. Sepanjang laga Pavard seperti membatasi potensi serangan tim di sisi itu. Pavard di klubnya, Stuttgart lebih sering beroperasi sebagai bek tengah. Memang, sebabagi emain serbabisa Pavard mampu bermain di sisi kanan, namun dia tidak terlihat nyaman saat membantu penyerangan.

Di sisi lain, Lucas Hernandez juga lebih sering beroperasi di sentral pertahanan. Ini artinya Deschamps menurunkan empat bek tengah menghadapi lawan yang di atas kertas di bawah mereka.

Sejatinya, menghadapi lawan sepertiAustralia, Prancis bermain untuk membuat lapangan menjadi besar untuk untuk menciptakan ruang bagi pemain depan. Namun, dengan pemilihan pemain seperti ini tidak mendukungnya.

Di lini tengah, Deschamps memilih memainkan Corentin Tolisso bersama N'Golo Kante. Ini mencerminkan kewaspadaan berlebih dari Deschamps. Meski lini tengah ibaratnya seperti benteng, Prancis gagal dalam urusan menciptakan peluang dan membangun serangan. barisan serang yang dihuni para pelari cepat pun menjadi mubazir karena minimnya umpan-umpan daerah yang bisa menjadi santapan Kylian Mbappe, Ousmane Dembele, dan Antoine Griezmann di depan.

Patut dipertanyakan latar belakang Deschamps memilih starting XI. Mengapa dia tak memainkan Benjamin Mendy dan Djibril Sidibe yang bisa menawarkan ancaman menyerang yang lebih besar di posisi full-back. Begitu juga dengan Blaise Matuidi yang bisa melakukan penetrasi dari lini tengah.

Apakah Deschamps akan kembali mengambil keputusan yang patut diipertanyakan ini saat Prancis melawan Peru dan Denmark? Patut dinantikan.

Sebenarnya, masalah yang terjadi pada laga melawan Australia sudah terlihat pada babak kualifikasi. Prancis mencetak 18 gol dalam 10 pertandingan kualifikasi. Mereka hanya mampu membuat dua gol dalam dua laga melawan Belarusia, tim yang berakhir di dasar klasemen. Ini bisa menjadi cermin jika Prancis memang acap kesulitan saat melawan oposisi yang jauh lebih lemah.

Boleh jadi Deschamps berharap formasi ini bisa menuai hasil saat mereka mengalahkan Italia 3-1 baru-baru ini. Saat itu, Deschamps juga memasang Pavard dan Hernandez di posisi full-back. Namun Italia merupakan tim yang bertipe memburu bola. Kontribusi Pavard dan Hernandez pun lebih banyak dalam situasi bertahan. Sedangkan untuk menyerang Prancis mengandalkan serangan balik lewat Mbappe dan Dembele. Situasi ini tak terjadi saat menghadapi Australia yang menunggu bola.

Prancis harus bisa membangun serangan, tak melulu serangan balik frontal yang mengandalkan pelari cepat mereka di lini depan. Mereka harus memperbanyak sumber suplai bola dengan menaruh full-back yang punya kemampuan menyerang.

Apa yang ditampilkan armada Deschamps pada laga pertama seakan memberi sinyal kepada lawan-lawan lain bahwa Prancis belum membentuk tim yang cair. Untuk saat ini Prancis masih bisa lolos lewat kemenangan tipis. Untuk laga lain, bisa saja mereka tak akan seberuntung ini.

Bagikan

Baca Original Artikel