Membedah Gizi Masakan Lebaran yang Harus Dihindari Pesepak Bola Indonesia
BolaSkor.com - Opor ayam merupakan masakan khas yang sering muncul saat perayaan Idulfitri. Ayam rebus dengan kuah santan plus tambahan berbagai bumbu seperti serai dan kencur membuat masakan ini sangat menarik untuk disantap.
Bahkan bagi pesepak bola Tanah Air, makanan ini sangat sulit untuk diabaikan. Padahal sudah jamak diketahui, bila pesepak bola seharusnya menghindari makanan-makanan yang bersantan dan berminyak.
Mantan pelatih Timnas Indonesia Luis Milla rupanya pernah mengeluhkan asupan nutrisi anak asuhnya. Bersama dokter Timnas Indonesia dr. Syarif Alwi, pelatih asal Spanyol secara drastis mengubah konsumsi pemain saat menjalani pemusatan latihan (TC).
"Perbedaan antara seorang pemain besar dan pemain kecil adalah soal kedisiplinan. Pesepakbola selain mesti memiliki teknik yang baik di lapangan, juga harus bisa mengendalikan hidupnya," ungkapnya kala itu.
Baca Juga:
Nostalgia - Dua Kiper Indonesia Cetak Gol Mirip Alisson Becker
Komite Medis Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menyebutkan, pada level elite seorang pemain sepak bola bisa berlari rata-rata sejauh 10-13 kilometer disertai dengan lari cepat ("sprint") sejauh 600 meter sampai 2,4 kilometer dalam satu laga.
Denyut jantung mereka juga bisa mencapai 85 persen lebih tinggi dari batas normal dan kebutuhan oksigen mereka 70 persen dari limit maksimal. Artinya, setiap atlet lapangan hijau yang berat badannya sekitar 75 kilogram, membutuhkan energi sebesar 1.800 kilokalori.
Demi mendapatkan stamina yang cukup, pesepak bola mesti mengonsumsi makanan berkabohidrat yang menjadi bahan bakar tubuh, tepat sebelum bertanding. Lalu apa hubungannya dengan opor ayam?
Santan memang tidak mengandung kolesterol, tetapi memiliki kandungan kalori dan lemak jenuh yang cukup tinggi. Apalagi ketika dimakan dengan ketupat, yang lagi-lagi mengandung banyak kalori.
Konsumsi kalori berlebih dalam satu waktu tentu menimbulkan efek buruk bagi kesehatan. Beberapa dampak yang ditimbulkan yang biasanya muncul yakni: selalu merasa lapar, cepat lesu dan lelah, obesitas bahkan memicu penurunan kinerja otak.
Semua hal tersebut tentu akan sangat memengaruhi kondisi fisik pemain. Padahal saat bertanding, pesepakbola kerap tak hanya berlari dan berjalan, mereka juga diharuskan melompat menendang sembari berkonsentrasi selama paling sedikit 90 menit.
Asupan gizi dari makanan memang penting bagi semua atlet dan itu bakal memengaruhi banyak aspek terkait performanya. Mulai dari daya tahan cedera hingga kemampuan fisik mempertahankan performa hingga usia yang tak lagi muda.
Di Indonesia sendiri, aturan soal memakan masakan lebaran masih merupakan himbauan dari pihak klub kepada para pemain. Seperti yang dikatakan Milla, pesepak bola Indonesia harus bisa mengendalikan sendiri hidupnya termasuk soal batasan makanan apa saja yang bisa dan tidak boleh dikonsumsi jika ingin memiliki karier panjang di sepak bola. (Laporan kontributor Arjuna Pratama/Madura)