Timnas Indonesia

Medali Emas Timnas Itu Bernama Luis Milla

Tengku Sufiyanto - Minggu, 26 Agustus 2018

BolaSkor.com - Tanggal 20 Januari 2017, menjadi hari penting bagi sepak bola Indonesia. Federasi Sepak Bola Indonesia, PSSI, akhirnya menetapkan Luis Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia Senior dan U-23.

Pemilihan Luis Milla melahirkan banyak alasan. Satu di antaranya adalah menularkan filosofi sepak bola Spanyol ke dalam tubuh Indonesia. Maklum, rata-rata pesepak bola Spanyol memiliki rataan tinggi badan yang sama dengan para pemain Indonesia. Itu salah satu alasan terkuat.

Luis Milla mengalahkan Luis Fernandez dalam perebutan kursi nomor satu di Timnas Indonesia. Saat dipilih, Luis Milla merupakan pelatih yang mempunyai pengalaman mentereng, dan sejumlah kegagalan.

Salah satu pengalaman menterengnya adalah membawa timnas Spanyol U-21 menjadi juara Piala Eropa U-21 tahun 2011. Sejumlah nama beken yang kini bersinar di sepak bola dunia, seperti David De Gea, Juan Mata, Thiago Alcantara, hingga Javi Martinez, adalah hasil polesannya.

"Keadaan badan atau tubuh pemain kita mirip dengan Spanyol sehingga lebih dekat ke sana," kata Edy di sela Kongres Tahunan PSSI di Hotel Aryaduta, Bandung, Minggu (08/01/17) lalu.

Luis Milla pun mempersiapkan Timnas Indonesia U-23 pada tanggal 8 Februari. Pemusatan latihan digelar untuk melihat potensi pemain muda Indonesia, guna terjun di ajang SEA Games 2017 Malaysia.

Warisan Luis Milla (1)

Warisan Luis Milla (1)

Banyak pencinta sepak bola Indonesia yang mempertanyakan kualitas Luis Milla. Hal ini tidak terlepas dari kekalahan Timnas U-23 dari Myanmar 1-3, pada laga uji coba perdana Luis Milla di Stadion Pakansari, Maret lalu.

Mantan pemain Barcelona-Real Madrid itu pun melakukan evaluasi untuk membentuk skuat solid dan permainan yang cantik ala Spanyol. Permainan sentuhan satu-dua dengan formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3. Sebelumnya, Timnas identik dengan permainan 4-5-1 atau 4-4-2 dengan mengandalkan umpan panjang serta serangan balik.

Formasi 4-2-3-1 ala Luis Milla mengandalkan penyerang tengah yang bisa bertugas sebagai pemantul dan predator tajam di pertahanan lawan. Tentu saja, permainan sisi sayap menunjang itu semua. Formasi 4-2-3-1 bisa berubah menjadi 4-3-3 yang mengandalkan sisi sayap menusuk ke dalam, dan crossing ke penyerang tengah.

Luis Milla beserta jajaran staf kepelatihan Timnas Indonesia. (BolaSkor.com/Istimewa)

Gelandang box to box seperti Evan Dimas diperankan untuk menjaga kedalaman lini tengah dan pengalir ritme bola. Muhammad Hargianto yang kala itu masih dipercaya sebagai starter, bertugas sebagai pemotong aliran bola lamwan.

Febri Hariyadi dan Osvaldo Haay kala itu menjadi sosok pemain sayap yang bertugas untuk menusuk lini pertahanan lawan, dan crossing ke penyerang tengah. Tentu saja dibantu Rezaldi Hehanussa dan I Putu Gede Juni Antara.

Dalam perkembangannya, Timnas U-23 yang dipersiapkan menuju SEA Games 2017 Malaysia hanya mampu menang dari tim lokal seperti Persita Tangerang. Pergi ke Malaysia pun, masih banyak yang meragukan kinerja Timnas U-23 di bawah asuhan Luis Milla. Meski dada membusung tetap mendukung Skuat Garuda Muda.

Target emas yang diusung akhirnya sirna, Timnas U-23 hanya mampu meraih medali perunggu setelah kalah dari tuan rumah Malaysia, dengan skor 0-1 pada babak semifinal. Di perebutan medali perunggu, Timnas U-23 berhasil mengalahkan Myanmar dengan skor 3-1.

Warisan Luis Milla (2)

Warisan Luis Milla (2)

Persiapan pun kembali dilakukan Luis Milla menyongsong Asian Games 2018. Tidak banyak perubahan dalam komposisi pemain. Luis Milla rata-rata masih menggunakan pemain yang berlaga di SEA Games 2017.

Tipikal Luis Milla memang suka memakai pemain muda. Hal ini juga dilakukan Luis Milla saat Timnas Indonesia Senior melakukan laga uji coba melawan Fiji (0-0), Kamboja (3-1), Suriah (2-3), Guyana (2-1), dan Islandia (1-4). Alumni SEA Games 2017 menghuni Skuat Garuda dengan komposisi hampir 70 persen.

Timnas U-23 alumni SEA Games 2017 semakin matang di bawah arahan Luis Milla. Namun, pekerjaan rumah Luis Milla adalah mencari sosok striker yang mampu bertindak sebagai pemantul dan predator. Nama-nama seperti Lerby Eliandry, Ilija Spasojevic, hingga Beto Goncalves dicoba dalam beberapa kali pertandingan uji coba.

Tak hanya itu, nama-nama seperti Riko Simanjuntak, Fachruddin Aryanto, hingga Victor Igbonefo silih-berganti masuk ke dalam skuat Timnas U-23 maupun senior. Maklum, Luis Milla mencari 3 sosok pemain senior untuk masuk ke dalam Timnas U-23, sesuai regulasi.

Hal itu sebagai evaluasi dalam turnamen PSSI Anniversary Cup 2018, di mana Timnas Indonesia tidak mampu mencetak satu gol pun. Skuat Garuda harus menelan kekalahan 0-1 dari Bahrain, dan bermain imbang tanpa gol kontra Korea Utara serta Uzbekistan.

"Kami akan melihat siapa pemain yang bisa membantu kami memecahkan masalah ini (tak bisa mencetak gol). Saya suka striker yang bisa cetak gol dan cepat adaptasi. Nanti kita lihat lagi di Liga, dan pada bulan Juni kami harapkan ada pertandingan lagi untuk mencoba pemain yang kami panggil. Mudah-mudahan ada dua uji coba di bulan Juni," kata Luis Milla, pada bulan Mei lalu.

Di balik bongkar-pasang pemain, Timnas sudah menemukan ritme permainan yang diinginkan ketika kedatangan Luis Milla. Bermain atraktif mengandalkan penguasaan bola sentuhan satu-dua, dan permainan sayap yang cepat.

Starter Timnas Indonesia U-23 saat berdoa jelang lawan Hong Kong U-23, pada laga terakhir Grup A cabang olahraga sepak bola Asian Games 2018 di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Senin (20/8) malam WIB. (BolaSkor.com/Rizki Fitrianto)

Hingga pada akhirnya, Timnas U-23 untuk Asian Games 2018 pun terbentuk. Tiga pemain senior yang menghuni skuat adalah Andritany Ardhiyasa (kiper), Stefano Lilipaly (gelandang), dan Beto Goncalves (striker).

Permainan Timnas U-23 pun makin atraktif. Formasi 4-2-3-1 yang biasanya berubah menjadi 4-3-3 mengalami tranformasi. Strategi false nine bisa diterapkan Luis Milla di Asian Games 2018. Lilipaly didorong ke depan untuk menjadi striker bayangan.

Crossing, umpan terobosan, hingga permainan menusuk dari sisi sayap bisa gunakan Timnas U-23. Segala sisi bisa digunakan Timnas U-23 untuk menyerang lawan.

Permainan identik Timnas dalam satu dekade terakhir seperti umpan-umpan panjang dan serangan balik sudah tidak ada lagi. Permainan itu dikubur dalam-dalam. Luis Milla menerapkan sepak bola menghibur dan atraktif.

Para pemain Timnas Indonesia U-23 merayakan gol yang dicetak Irfan Jaya ke gawang Hong Kong U-23, pada laga terakhir Grup A cabang olahraga sepak bola Asian Games 2018 di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Senin (20/8) malam WIB. (BolaSkor.com/Rizki Fitrianto)

Zulfiandi menjadi aktor yang ditemukan Luis Milla sebagai penyeimbang lapangan tengah dan pemotong aliran serangan lawan. Evan Dimas masih menjadi gelandang box to box yang lebih leluasa membangun serangan.

Febri Hariyadi dan Irfan Jaya mengandalkan kecepatan menusuk sisi sayap dan memberikan umpan crossing yang bisa dimaksimalkan Beto Goncalves, sebagai penyerang tengah. Lilipaly bertindak sebagai second striker atau false nine, jika Beto ditarik keluar.

Pertahanan digalang Hansamu Yama-Ricky Fajrin sebagai duet bek tengah. Ditopang Rezaldi Hehanussa dan I Putu Gede Juni Antara. Posisi kiper ada Andritany Ardhiyasa.

Singkat cerita Luis Milla telah menularkan sepak bola Indonesia dengan permainan menyerang penguasaan bola. Formasi 4-5-1 (saat bertahan), 4-2-3-1 (saat menyerang), dan 4-3-3 (saat menyerang). Tidak lagi menggunakan umpan-umpan panjang dari lini tengah langsung ke depan. Permainan sabar dengan atraktif penguasaan bola diperagakan Timnas.

Meski pada akhirnya, keberuntungan tidak berpihak. Timnas U-23 gugur di fase 16 besar Asian Games 2018 usai kalah adu penalti 3-4 (2-2) dari Uni Emirat Arab. Namun, setidaknya Luis Milla sudah menularkan dan mewarisi jati diri pemainan Timnas yang modern.

Warisan Luis Milla (3)

Warisan Luis Milla (3)

Tak hanya membuat jati diri permainan Timnas yang sangat atraktif menyerang dengan penguasaan bola, Luis Milla juga membantu menerapkan sebuah filosofi sepak bola Indonesia (Filanesia).

Filanesia adalah pondasi permainan sepak bola Indonesia. Filanesia diterapkan untuk membentuk karakter permainan sepak bola Indonesia . Satu visi dan misi yang diterapkan dari jenjang amatir hingga profesional.

Sekolah Sepak Bola (SSB), pelatih, hingga pemain akan menerapkan filanesia untuk membangun karakter permainan sepak bola Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke menerapkan filanesia untuk membentuk jati diri permainan sepak bola Indonesia.

Luis Milla membantu menuangkan ide dalam merumuskan maha karya sepak bola Indonesia tersebut. Di bawah komando Direktur Teknik PSSI Danurwindo.

Jejang dari sporting (pengembangan usia muda) menjadi sasaran utama. Di mana umur 6-9 tahun masuk ke dalam fase pengenalanan sepak bola. Umur 10-13 tahun masuk ke dalam fase pembelajaran skill dan teknik. Umur 17 tahun sudah masuk ke dalam fase permainan.

Pelatih Timnas Indonesia U-23, Luis Milla (depan). (PSSI)

Medali Emas Timnas Itu Bernama Luis Milla

Kini, Luis Milla masih menunggu apakah kontraknya diperpanjang oleh PSSI atau tidak, usai Asian Games 2018. Pasalnya, target empat besar meleset, kontraknya pun telah berakhir pada akhir Agustus ini.

Namun, jika melihat apa yang sudah ditularkan Luis Milla, seharusnya PSSI mempertahankan pelatih asal Spanyol itu. Tidak mudah mengubah permainan sepak bola Indonesia lebih maju dalam waktu 1,5 tahun.

Sepak bola Indonesia itu butuh proses. Infrastuktur, penerapan filaneseia, hingga permainan Timnas yang berunjung ke prestasi. Luis Milla sudah memberikan yang terbaik untuk sepak bola Indonesia.

Jadi wajar, medali emas yang diraih Timnas U-23 kali ini bukan berbentuk bulat lapisan emas. Medali emas Timnas U-23 itu bernama Luis Milla.

"Saya melihat setelah 1,5 tahun, kami sudah mendekat ke negara-negara yang level sebelumnya jauh dari kita," kata Luis Milla.

Gracias Luis Milla !

Bagikan

Baca Original Artikel