Marc Marquez, Kutukan 68 Tahun, dan Waktu yang Tak Bersahabat
BolaSkor.com - Ketika menyaksikan seri pembuka MotoGP 2020 di Sirkuit Jerez, tentu penampilan Marc Marquez menjadi satu di antara yang mencuri perhatian. Bagaimana tidak, Marquez seolah memang pamer di sana.
Pembalap Repsol Honda itu hanya memulai balapan dari posisi ketiga pada MotoGP Spanyol. Marquez berada di belakang duet Yamaha, Fabio Quartararo dan Maverick Vinales.
Akan tetapi, Marquez langsung menyerobot begitu start dimulai. Dia memacu Honda RC213V miliknya melawan Vinales yang mengendarai Yamaha YZR-M1.
Masalah mulai muncul ketika Marquez salah mengambil posisi menikung sehingga harus keluar dari balapan. Akhirnya, The Baby Alien memulai kembali dari posisi ke-16.
Teriknya Sirkuit Jerez rupanya tidak menjadi penghalang baginya. Julukan The Baby Alien bukan isapan jempol semata. Satu per satu pembalap dilewatinya.
Baca Juga:
Eks MotoGP Jagokan Fabio Quartararo Akhiri Dominasi Marc Marquez
Mengasuh Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi Sulit Sekaligus menyenangkan

Sayang, balapan menyisakan lima lap dan Marquez terlalu bernafsu. Pemuda 27 tahun tersebut memaksa untuk merebut posisi kedua dari Vinales dan malah terjatuh.
Apes sudah nasib Marquez. Bagai jatuh lalu tertimpa tangga. Sudah dirinya gagal mendapatkan poin, cedera pula dia dapatkan karena insiden tersebut.
Pasca balapan, Marquez langsung menjalani operasi. Sayang, pria asal Catalunya tersebut akhirnya gagal tampil di MotoGP Andalusia di sirkuit yang sama pekan selanjutnya.
Kini Marquez dihadapkan dengan kesulitan akibat nafsunya di seri pembuka MotoGP. Bukan tanpa alasan, Marquez gagal meraih poin dan tertinggal 50 poin dari Quartararo di klasemen sementara MotoGP.
Sejarah mencatat, tidak ada pembalap pada era MotoGP modern yang mampu keluar sebagai juara setelah gagal meraih poin dalam dua seri pembuka.
Apabila dirunut lebih jauh lagi, bahkan sudah 68 tahun sejak kali terakhir ada pembalap yang mengikuti seri ketiga MotoGP dengan membawa nol poin dan keluar sebagai juara di akhir musim.
Bahkan, total hanya ada dua kali sepanjang sejarah MotoGP seri yang dimenangi pembalap yang gagal meraih poin dalam dua balapan pertama. Yaitu pada musim 1951 dan 1952.
Pada 1951, Geoff Duke asal Inggris Raya keluar sebagai juara dunia setelah absen dalam dua balapan awal. Saat itu, Duke mengumpulkan total 35 poin.
Menariknya, runner up pada edisi tersebut, Alfredo Milani, lebih hebat lagi. Milani tidak mendapat poin dalam tiga seri perdana dan masih menjadi runner up.
Sementara tahun berikutnya, giliran Umberto Masetti yang mengikuti jejak Duke. Tak hanya dalam dua balapan perdana, total Masetti empat kali tidak mendapatkan poin balapan.
Torehan tersebut tentu kabar buruk untuk Marquez, apalagi karena seri saat itu tidak memberikan poin yang banyak seperti MotoGP modern. Alhasil, jarak pun tidak terlalu masif.
Sementara itu, kini Marquez sudah tertinggal 50 poin. Memang ada beberapa pembalap yang gagal meraih poin pada seri perdana dan menjadi juara seperti Mick Doohan (1998) dan Wayne Rainey (1992).
Namun patut dicatat, baik Doohan maupun Rainey sudah meraih poin penuh pada seri kedua musim tersebut. Doohan langsung menjadi juara, sementara Rainey finish runner up.
Pada era modern, hasil maksimal mungkin yang dilakukan oleh Valentino Rossi pada musim perdananya di MotoGP. Saat itu Rossi gagal menyelesaikan dua balapan perdana.
Sialnya, Rossi hanya finish di peringkat ke-11 pada seri ketiga. Meski setelah itu mulai unjuk kemampuan, pembalap berjuluk The Doctor itu harus puas menjadi runner up.
Marquez pun tidak bisa bersantai andai ingin mempertahankan gelar MotoGP nya. Apalagi, kini waktu tidak bersahabat kepada kakak Alex Marquez tersebut.
Apabila biasanya MotoGP memiliki 20 balapan, edisi 2020 hanya punya 13 seri. Pandemi virus corona membuat ajang tersebut mengurangi jumlah balapan mereka.
Dengan sudah kehilangan poin dari dua balapan perdana musim 2020, artinya waktu Marquez cukup mepet. Baby Alien hanya memiliki 11 seri untuk mengejar raihan poin Quartararo.
Pertanyaannya, apakah Marquez mampu meraih hasil maksimal dalam 11 balapan tersisa? Atau justru nafsunya untuk mengejar poin Quartararo malah bisa menjadi blunder?