Ragam Analisis Feature Inggris Berita

Leicester City, Semangat Khun Vichai, dan Kuda Hitam Perburuan Titel Premier League 2019-20

Arief Hadi - Minggu, 27 Oktober 2019

BolaSkor.com - Dua tim diprediksi kuat akan saling bersaing dalam kuda pacu persaingan titel Premier League 2019-20, yakni Manchester City, juara bertahan dua kali beruntun, dan Liverpool (runner-up musim lalu). Tapi publik lupa ada satu klub lagi yang bertarung di dalamnya: Leicester City.

Ya, betul, The Foxes - julukan Leicester - memperlihatkan perkembangan signifikan setelah dilatih Brendan Rodgers, eks manajer Liverpool yang datang dari Celtic pada Februari 2019. Leicester menjadi tim ofensif yang dipadukan dengan enerji dan intensitas bermain.

Seolah bergerak di balik bayangan, ketika publik lebih memerhatikan fokus persaingan kepada Liverpool dan Man City, Leicester terus menyodok ke tiga besar dan saat ini hanya terpaut lima poin dari pemuncak klasemen Premier League, Liverpool - The Reds baru memainkan sembilan laga dan Leicester 10 laga.

Keseriusan Leicester dengan status sebagai kuda hitam semakin terlihat kuat dari kemenangan teranyar dengan skor mencolok: 9-0 atas Southampton di pekan 10 Premier League, Sabtu (26/10) dini hari WIB.

Baca Juga:

Fantastis, Leicester City Pesta Sembilan Gol ke Gawang Southampton

Nostlagia - Ketika Kematian Vichai Srivaddhanaprabha Mengubah Hidup Anggota Pemadam Kebakaran

Southampton 0-9 Leicester, Sederet Fakta Menarik dan Nama Ikonik Keluarga Schmeichel

Leicester City memburu Titel Premier League 2019
Southampton 0-9 Leicester City

Pencetak golnya adalah: Ben Chilwell (10'), Youri Tielemans (17'), hat-trick gol Ayoze Perez (19', 39', dan 57') dan Jamie Vardy (45', 58', dan 90+4'), serta satu gol James Maddison di menit 85.

Sejumlah rekor pecah selepas laga itu. Beberapa di antaranya seperti rekor Kasper Schmeichel, kiper Leicester City, yang menorehkan catatan yang sama dengan sang ayah, peter Schmeichel, eks kiper Manchester United.

Catatan itu berupa kemenangan dengan catatan skor yang sama 9-0 dan juga clean sheets. Peter melakukannya pada 1994 kontra Ipswich Town, sementara Kasper melawan Southampton pada 2019.

Selain nama keluarga Schmeichel, Ayoze Perez dan Jamie Vardy juga menorehkan rekor pencetak hat-trick gol, dari dua pemain, di satu laga yang sama. Ini pernah terjadi kepada Arsenal kala Jermaine Pennant dan Robert Pires menorehkan hat-trick gol.

"Saya berpikir semua orang pasti mengakui fakta bahwa Liverpool dan Manchester City adalah dua tim papan atas yang bagus (dalam perburuan titel Premier League)," tutur Rodgers

"Kami sudah menuntaskan setidaknya sembilan pertandingan. Kami telah membuat awal yang sangat baik dan karena kami telah bekerja sama dengan baik juga pada bulan Februari dan para pemain telah mengumpulkan banyak poin dengan sangat baik."

"Kami berada di awal musim di mana kami ingin melaju terus di musim yang masih sangat panjang ini," sambung Rodgers sebelum laga melawan Southampton.

Soal kans meraih titel Premier League, perjalanan Leicester masih jauh di musim 2019-20. Tapi, mentalitas juara sudah ada dalam skuat tim yang didirikan pada 1884 itu.

Mental Juara

Leicester City Premier League 2015
Leicester City juara Premier League 2015-16

Pada musim 2015-16 Leicester City mengukir kisah cinderella kala menjadi juara Premier League, menyingkirkan nama-nama tim top lainnya. Leicester menjadi juara Premier League atau divisi teratas sepak bola Inggris untuk kali pertama dalam sejarah, baik itu klub atau sepak bola di Inggris.

Era Claudio Ranieri. Nama ikonik asal Italia ini tidak akan lekang oleh waktu. Ranieri, eks manajer Chelsea, menciptakan sejarah baru setelah Blackburn Rovers juara di tahun 1995.

"Dilly Ding Dilly Dong." Begitulah kalimat terkenal dari Ranieri ketika timnya sudah 'mencium' aroma titel Premier League - melihat adanya kans menjadi juara. Dengan modal taktik 4-4-2, Leicester bermain efisien dengan pertahanan kuat dan serangan balik cepat.

Riyad Mahrez, Jamie Vardy, N'Golo Kante, Danny Drinkwater, Wes Morgan, Robert Huth, Shinji Okazaki, dan Kasper Schmeichel, menjadi bagian sejarah tim juara Leicester (pemain-pemain andalan).

Vardy menjadi top skor tim, Mahrez menjadi penyerang sayap andalan, kunci permainan, Drinkwater dan Kante dominan di lini tengah, dan Huth-Morgan membentuk tembok kokoh di lini belakang.

Leicester bukan tim besar yang selalu ditargetkan meraih trofi tiap tahunnya seperti Liverpool, Manchester United, Manchester City, Arsenal, dan Chelsea. Tapi, Ranieri telah menanamkan mental juara kepada Leicester.

Tiga tahun berlalu. Beberapa pemain telah hengkang dari King Power Stadium, namun, mentalitas itu tetap ada karena masih ada Vardy, Schmeichel, Morgan, Christian Fuchs, dan Marc Albrighton, sebagai pemain-pemain senior dari tim juara 2016.

Menurun kah kekuatan Leicester? Tidak. Manajemen mengambil keputusan tepat mengontrak Rodgers, eks manajer Liverpool yang nyaris membawa The Reds juara Premier League 2013-14, lalu merekrut pemain-pemain yang meningkatkan kemampuan tim.

Leicester City memburu Titel Premier League 2019
Leicester City, mental tetap sama meski dihuni banyak wajah baru

James Maddison, Youri Tielemans, Jonny Evans, Ayoze Perez, Wilfred Ndidi, Caglar Soyuncu, dan kemunculan pemain muda bertalenta seperti Ben Chilwell, melengkapi skuat Leicester yang sudah memiliki mentalitas juara.

Rodgers meramu taktik Leicester dengan kombinasi pemain yang bagus dan juga menanamkan filosofi sepak bola ofensif. Alhasil, Leicester punya perpaduan kolektivitas dan kemampuan individu pemain yang bagus.

"Saya pikir itu dapat dilihat dari apa yang dia capai di Liverpool dan kemudian Celtic dan sekarang apa yang dia lakukan di Leicester," ucap pemerhati sepak bola Inggris, Gary Neville.

"kita selalu berbicara tentang pelatih internasional yang memiliki filosofi dan nilai-nilai, tetapi dia meningkatkan tim dan memainkan sepak bola yang hebat."

"Dia cukup inovatif dan dia tampaknya menjadi pelatih hebat, para pemain senang bekerja dengannya, dan mengapa dia tidak dilihat sebagai pelatih salah satu klub besar?" lanjut Neville.

Semangat Khun Vichai Srivaddhanaprabha

Leicester City memburu Titel Premier League 2019
Fans berikan penghargaan untuk mengenang Khun Vichai Srivaddhanaprabha

27 Oktober, tanggal yang akan terus dikenang fans dan Leicester City sebagai hari tragis meninggalnya pemilik klub asal Thailand, Khun Vichai Srivaddhanaprabha, akibat kecelakaan helikopter yang terjadi di area King Power Stadium.

Tepat setahun setelah meninggalnya Khun Vichai, Leicester menang 9-0 atas Southampton dan kembali menjadi kuda hitam dalam perburuan titel Premier League. Ya, fisik Khun Vichai tak lagi dapat dilihat di King Power Stadium, namun semangat dan nilai-nilai yang ditanamkannya masih ada.

"Hal utama yang diinginkan Khun Vichai dari kami adalah bertarung dan menang. Saya kira Anda semua telah melihat hal itu dari para pemain malam ini. Kredit kepada para pemain dan semoga bos melihat dari atas sana," tutur Vardy mengenang Khun Vichai, dikutip dari Leicester Mercury.

Khun Vichai mulai mengambilalih Leicester pada 2010. Dalam kurun waktu delapan tahun, dengan kesabaran dan kerja keras dalam membangun skuat, Khun Vichai mengubah mentalitas Leicester.

"Kami perlu menjadikan momen emosional ini (satu tahun meninggalnya Khun Vichai) sebagai motivasi dan saya tidak melihat itu pada babak pertama. Sama sekali tidak ada semangat juang dan agresivitas dalam bermain," tutur Rodgers usai melawan Burnley.

“Ketika istirahat babak pertama, ada beberapa hal yang disampaikan dan baru terlihat daya juangnya. Itu yang sejak awal selalu ditekankan oleh Vichai, yakni untuk selalu berjuang, untuk memenangkan pertandingan, Anda harus berjuang keras,” tegasnya.

Ucapan Rodgers tidak salah. Sama seperti di musim 2015-16, Leicester saat ini tengah berjuang di antara dominasi Liverpool dan Man City dalam perburuan titel Premier League. Dibanding keduanya, Leicester diunggulkan dari segi kebugaran pemain karena tak bermain di Eropa.

Bagikan

Baca Original Artikel