Entah Apa yang Merasukimu, Arsenal
BolaSkor.com - Arsenal belum keluar dari periode minor dan kembali ke laju kemenangan. The Gunners - julukan Arsenal - menelan kekalahan di pekan 15 Premier League dari Brighton & Hove Albion dan sekarang tanpa kemenangan di sembilan laga beruntun di seluruh kompetisi.
Bek kanan Arsenal berusia 24 tahun, Hector Bellerin, sampai tak tahu lagi harus berkata apa-apa. Pemain yang sudah berada di Arsenal sejak 2011 itu bingung dengan kesulitan timnya meraih kemenangan, meski telah memberikan segalanya.
"Saya tidak tahu harus berkata apa. Pasalnya apa yang kami lakukan selalu berakhir dengan tidak benar," ujar Bellerin, sebagaimana dilansir dari Standard Sports.
"Kami selalu memberikan segalanya, membuat peluang, bertahan dengan baik. Tetapi musuh selalu sukses mencetak gol dalam satu peluang, jujur saya bingung harus bilang apa," terangnya.
Baca Juga:
Kalah dari Brighton di Emirates Stadium, Arsenal Ulangi Periode Minor 42 Tahun Silam
Sederet Catatan dari Kekalahan Arsenal, Brighton Jadikan Emirates bak Laga Kandang
Arsenal dan Manchester United, Dinasti yang Tak Sama Lagi Tanpa Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson
Ya, entah apa yang merasukimu, Arsenal.
Arsenal secara mengejutkan kalah 1-2 dari Brighton melalui dua gol Adam Webster (36') dan Neal Maupay (80') yang diperkecil gol Alexandre Lacazette di menit 50. Klub menjalani periode buruk tanpa kemenangan terparah sejak Maret 1977 atau tepatnya 42 tahun lalu.
Perubahan yang dilakukan petinggi Arsenal dengan memecat Unai Emery, lalu menunjuk Freddie Ljungberg sebagai manajer interim, belum memberikan perubahan signifikan. Malah, Arsenal kian memburuk.
Ketika kalah 1-2 dari Brighton, tim yang baru promosi ke Premier League dua tahun lalu (2017), Arsenal kalah penguasaan bola, 49 persen, berbanding 51 persen Brighton.
Arsenal melepaskan 12 tendangan dan lima di antaranya tepat sasaran, sementara Brighton asuhan Graham Potter melepaskan 20 tendangan - sembilan di antaranya tepat sasaran.
"Arsenal telah menderita 52 tendangan tepat sasaran di delapan laga kandang di liga musim ini - lebih dari yang mereka lakukan di Highbury di sepanjang musim ketika menjadi juara di musim 2003-04," tutur Opta di @OptaJoe.
Tuan rumah, kalah penguasaan bola dari - tanpa bermaksud mengurangi rasa respek - tim papan tengah seperti Brighton, dan skuat mereka jauh lebih mewah dari tim tamu. Jelas ada yang salah dengan Arsenal saat ini.
Masalah utama Arsenal lebih rumit dari apa yang terlihat. Ljungberg melihat anak-anak asuhnya kehilangan kepercayaan diri.
"Tentu ini mengecewakan, tapi kami harus jalan terus. Kepercayaan diri pemain rendah, saya kira Anda bisa melihatnya. Ada sedikit reaksi di babak kedua, tapi Anda harus harusnya memulai pertandingan seperti itu," kata Ljungberg di BBC Sport.
"Kami dalam situasi yang sulit, kami kalah di banyak pertandingan dan kepercayaan diri menurun. Kami memulai laga dengan datar tanpa energi. Tugas saya untuk membuat mereka agresif dan bermain dengan energi," terangnya.
Ibarat mobil bagus yang dikendarai pengemudi yang tidak ahli, begitulah situasi Arsenal saat ini. Skuat mereka mewah, bahkan Mesut Ozil digaji sebesar 18 juta poundsterling atau sekira Rp 333 miliar per tahunnya.
Revolusi Mental
"Jika ingin itu (kebangkitan Arsenal) terjadi, ini tidak bergantung kepadanya (manajer) - dibutuhkan perubahan mentalitas dari pemain-pemain Arsenal."
"Dengan itu - dan saya jelas berbicara sebagai mantan bek di sini, maksud saya adalah kesadaran pemain mengenai apa yang dibutuhkan ketika tidak menguasai bola, serta keinginan untuk melakukannya (pengorbanan dan kerja keras)."
Kutipan itu diambil dari komentar Martin Keown, legenda Arsenal kepada BBC Sport. Keown menilai mentalitas pemain Arsenal menjadi satu titik utama yang harus segera dibenahi.
Selain menginginkan kesadaran dari pemain-pemain skuat, Arsenal juga harus mencari sosok pemimpin, visioner, dan memiliki karisma untuk jadi manajer permanen berikutnya setelah Unai Emery.
"Saya ingin seseorang (manajer) dengan karisma. Komunikator yang handal dan seorang motivator, yang dapat memberikan keseimbangan bagus dalam gaya bermain. Arsenal juga butuh seorang pemenang, seseorang dengan visi panjang untuk klub," tambah Keown.
Kesadaran Petinggi Arsenal
Mentalitas dan manajer berkarisma. Dua hal itu bisa terjadi di Arsenal jika para petinggi klub menyadari keperluan tim saat ini di tengah periode sulit. Salah satu caranya datang di bursa transfer pemain.
Ketika klub lebih memilih memecahkan rekor transfer sebesar 72 juta poundsterling, untuk merekrut Nicolas Pepe, ketimbang membenahi pertahanan - yang jelas jadi kelemahan Arsenal dalam beberapa tahun terakhir, maka itu sudah menjadi bukti kurangnya koordinasi antara manajer, direktur teknik, dan petinggi klub.
"Pertahanan jelas jadi salah satu hal yang jelas memburuk dan uang yang mereka habiskan di musim panas jelas tidak meningkatkannya. Nicolas Pepe kesulitan bermain di tim yang membayarnya 72 juta poundsterling," imbuh legenda Arsenal lainnya, Charlie Nicholas.
Arsenal telah berusaha membenahi pertahanan dengan mendatangkan Kieran Tierney dan David Luiz. Tierney bertalenta dan punya prospek jadi bek kiri terbaik dunia kelak. Akan tapi, mendatangkan Luiz tidak menjadi solusi bagi kerapuhan lini belakang arsenal.
Sekedar informasi, Luiz mencari klub baru jelang deadline bursa transfer musim panas 2019 karena Frank Lampard tidak menggunakannya di Chelsea. Lalu Arsenal tengah butuh bek tengah anyar setelah ditinggal Laurent Koscielny.
Alhasil, dengan waktu yang sangat singkat, Arsenal merekrut David Luiz dan sang pemain ingin ke klub karena sama-sama saling membutuhkan. Tidak ada penilaian lebih dari Arsenal mengenai performa Luiz atau alasannya ia tak lagi masuk rencana bermain Lampard.
"Mereka (Arsenal) tidak memperkuat di area yang tepat. Ketika (Arsene) Wenger pergi, Anda berharap mereka akan membeli dua bek tengah yang kuat dan tak tergantikan sejak Keown, (Steve) Bould, dan (Tony) Adams," tutur pemerhati sepak bola Inggris, Noel Whelan, di Football Insider.
"Anda bisa bertanya mantan pemain mana pun, kelemahan di Arsenal adalah kebobolan gol dan bertahan. Sekarang Anda punya David Luiz, saya tidak bercanda, itu tidak menjadi solusi di masalah pertahanan karena dia sangat tak bisa diandalkan."
"Frank Lampard tahu apa yang dilakukannya, dia sama sekali tak menyesal melepasnya pergi. Performanya tidak cukup bagus," tambah dia.
Bak benteng dengan meriam yang bagus, banyak amunisi, benteng itu tak punya tembok pertahanan yang kuat dan mudah ditembus. Arsenal, tim berjuluk Meriam London, juga demikian.