Chelsea Vs Arsenal: Filosofi Sarriball Menantang Raja Liga Europa
BolaSkor.com - Chelsea akan menantang rival sekota, Arsenal, pada final Liga Europa 2018-19 di Stadion Olympic Baku, Azerbaijan, Kamis (30/5) pukul 02.00 dini hari WIB. Maurizio Sarri, manajer Chelsea, akan beradu taktik dengan Unai Emery, manajer Chelsea.
Sarri dengan taktik andalan 4-3-3 dan filosofi bermain bernama "Sarriball" yang diciptakan media dan fans. Serta Emery yang sedang 'hobi' memainkan formasi tiga bek dalam varian 3-4-1-2 atau 3-4-2-1.
Pada dasarnya sistem bermain kedua pelatih sama: ofensif dan coba menghibur penonton. Tapi dalam penerapannya di lapangan pertandingan berbeda. Chelsea masih berupaya menyerap filosofi bermain dari Sarri, sementara Arsenal sudah mulai memahami sistem bermain Emery.
Emery sedianya lebih fleksibel menerapkan taktik di Arsenal dengan berdasarkan skuat yang dimiliki, pemain yang tersedia dengan kualitas individu mereka, dan tanpa satu filosofi khusus yang dipaksakan untuk dijalankan pemain-pemain Arsenal.
Baca Juga:
Amarah Sarri Lihat Higuain dan Luiz Bertikai saat Latihan
9 Statistik Menarik Warnai Jelang Laga Final Liga Europa 2018-19
Unai Emery Beberkan Siasat untuk Menghentikan Chelsea di Final Liga Europa
Perubahan Arsenal di era Emery, dibanding Arsene Wenger, adalah kengototan untuk melakukan tekanan kepada lawan kala mereka menguasai bola. Arsenal juga lebih sering memenangi duel perebutan bola di lini tengah permainan.
Kondisi itu tidak dialami di Chelsea. Sarri terbilang lebih ngotot menerapkan filosofi sepak bola, yang sudah ditanamkannya tiga tahun sebelumnya di Napoli, di Chelsea. Kedatangan Jorginho dan Gonzalo Higuain menjadi bukti jika Sarri belum beranjak (move on) dari Napoli.
Jorginho diakomodasikan sebagai metronom lini tengah dan jangkar permainan, sementara N'Golo Kante, gelandang bertahan terbaik dunia, diinstruksikan untuk bermain lebih ofensif. Sarri lupa jika Jorginho belum siap meladeni pertempuran fisik di Premier League.
Alhasil, efek Sarriball belum sepenuhnya terintegrasi dengan permainan Chelsea. Permainan mereka mudah dimentahkan lawan: cukup redam tekanan pemain Chelsea, rebut bola, lancarkan serangan balik cepat.
Pada dasarnya, Sarriball seharusnya dimainkan dengan cara operan bola-bola pendek yang mengalir cepat, tim dominan dengan penguasaan bola, serangan dari kedua sisi sayap, dan tim sering melakukan tekanan kala lawan mendominasi penguasaan bola.

"Beri saya waktu dua musim lagi, saya yakin Chelsea bisa bersaing dengan Manchester City dan Liverpool di puncak klasemen. Bahkan, bisa saja kami lebih baik dari mereka," ucap Sarri terkait kesulitannya di musim pertama Chelsea.
"Ambil contoh ketika saya tiba di Napoli. Pada musim sebelumnya, mereka tertinggal 24 poin dari Juventus di klasemen akhir Serie A. Pada musim pertama saya, jarak berkurang menjadi sembilan poin."
"Pada musim kedua saya, jarak berkurang menjadi lima poin dan empat poin pada musim terakhir. Sulit bagi Napoli melewati Juventus, tetapi saya bisa mengurangi jarak," terangnya.
Andai sepak bola masih seperti dahulu kala, Sarri bisa saja diberikan kepercayaan untuk menyempurnakan filosofi bermainnya di Chelsea. Tapi, akan sulit bagi manajemen mempertahankannya jika Sarri tidak meraih trofi.
Makna Titel Liga Europa
Berbicara soal trofi, titel Liga Europa, meski disebut titel kasta kedua setelah Liga Champions, tetaplah penting maknanya bagi kedua Sarri dan juga Emery. Khususnya untuk Arsenal.
The Gunners butuh trofi itu untuk bermain di Liga Champions musim depan setelah absen dua musim beruntun. Arsenal gagal meraihnya via jalur Premier League (karena finish di luar empat besar) dan menyisakan Liga Europa sebagai satu-satunya cara ke Liga Champions.
"Kemungkinan kami memenangi titel dan bermain di Liga Champions musim depan. Sekarang saya dapat mengatakan hal yang sama kala ketika kami memulai. Ini akan sulit," ucap Emery dalam konferensi pers jelang laga dimulai.
Arsenal juga membutuhkan trofi Eropa setelah terakhir meraihnya pada 1994 di ajang Piala Winner Eropa. Bagi fans dan Emery: sudah saatnya Arsenal mengakhiri sirkulasi tanpa trofi Eropa dan mulai rajin bertarung merebutkan trofi.
Liga Europa juga menjadi turnamennya Emery karena ia sudah meraih tiga titel Liga Europa bersama Sevilla dari 2014-2017. Pada 2015 Sevilla-nya Emery mengalahkan Liverpool asuhan Jurgen Klopp.
Terlebih musim ini, Arsenal melewati hadangan dua tim top di Eropa, Valencia dan Napoli di fase gugur Liga Europa. Emery seolah tahu bagaimana cara memimpin timnya untuk bermain di Liga Europa dan menjuarainya.
Berbalik 180 derajat dengan koleganya, Sarri malah belum pernah meraih satu pun trofi sepanjang karier kepelatihannya yang dimulai dari tahun 1990. Sarriball akan menantang raja Liga Europa di laga nanti.
Chelsea memang telah berhasil mengamankan tiket Liga Champions via jalur Premier League, namun, mereka sedianya juga lebih membutuhkan trofi Liga Europa ketimbang Arsenal. Khususnya untuk Sarri.
Pelatih asal Italia berusia 60 tahun mendapatkan tekanan tinggi sepanjang musim 2018-19 meski berhasil membawa Chelsea ke final Piala Liga - sebelum kalah dari Manchester City, mencapai empat besar Premier League, dan ke final Liga Europa.
Musim Sarri dilalui dengan ketidaksukaan fans melihat taktiknya yang cenderung monoton, pergantian pemain yang sama (Matteo Kovacic diganti Ross Barkley dan sebaliknya), hingga kekesalan melihat Chelsea kalah 0-10 saat melawan Bournemouth (0-4) dan Man City (0-6).
Belum lagi penentangan dari Kepa Arrizabalaga yang tidak mau digantikan oleh Willy Caballero di final Piala Liga. Kengototan pelatih perokok berat itu berlanjut dengan jarangnya memberikan kesempatan bermain untuk Callum Hudson-Odoi.
Sarri lebih tertekan dari Emery. Belum lagi dengan rumor yang mengaitkannya kembali ke Italia untuk melatih Juventus, Roma, atau AC Milan. Jadi, titel Liga Europa bisa jadi bukti darinya kepada jajaran direksi, bahwa ia masih layak menangani Chelsea musim depan.