Analisis Feature Inggris Berita

Arsenal dan Manchester United, Dinasti yang Tak Sama Lagi Tanpa Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson

Arief Hadi - Senin, 02 Desember 2019

BolaSkor.com – “Tidak ada dinasti yang bertahan selamanya, tidak ada dinasti yang terus berlanjut tanpa pernah rusak. Suatu hari nanti, Anda dan saya akan menjadi legenda. Segala yang penting adalah apa yang kita lakukan di dalam hidup yang diberikan ini.”

Kutipan mutiara itu diucapkan oleh Krishna Udayasankar, penulis buku kelahiran India berpaspor Singapura yang terkenal dengan karyanya dalam serial novel “Aryavarta Chronicles”. Krisna tidak relevan dengan dunia sepak bola, namun, kutipannya itu relevan dengan nasib Arsenal dan Manchester United saat ini.

Dua klub bersejarah dan prestisius di Inggris, bertempur selama bertahun-tahun di masa lalu, kini sama-sama merasakan kesulitan setelah dinasti mereka runtuh. Di momen ketika Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger meninggalkan jabatan ‘raja’ mereka, Arsenal dan Man United tak lagi sama.

Baca Juga:

Norwich City 2-2 Arsenal: Aubameyang Selamatkan Debut Ljungberg

Arsene Wenger Dapat Pekerjaan Baru, Bukan Latih Bayern

Skuat Terkini Manchester United Seharusnya Belajar dari Legenda Treble Winners

Sir Alex Ferguson telah terlebih dahulu meninggalkan singgasana itu di tahun 2013 setelah 26 tahun menebar rasa takut kepada lawan-lawannya di Eropa, khususnya di Inggris.

Bukti itu bisa dilihat melalui raihan 13 titel Premier League, dua Liga Champions, dan lima Piala FA. Sampai saat ini Manchester United masih jadi tim dengan jumlah trofi Premier League terbanyak (20 trofi).

Sir Alex Ferguson
Sir Alex Ferguson

Selepas Ferguson pensiun dengan titel Premier League 2012-13, cerita selanjutnya menjadi sejarah keruntuhan dinasti tim legendaris Man United-nya Ferguson. Masa transisi dilalui kesulitan tingkat tinggi dan dibayar dengan hilangnya faktor X berupa rasa takut dari lawan.

Berita-berita negatif tidak lagi menjadi hal yang tabu di Manchester United sejak Ferguson pensiun. Manajer silih berganti datang dari David Moyes, Ryan Giggs (interim), Louis van Gaal, Jose Mourinho, dan kini dengan Ole Gunnar Solskjaer.

Nama yang disebut terakhir merupakan legenda klub yang memiliki DNA Man United. Tapi apakah itu jaminan klub langsung kembali ke masa kejayaannya? Tidak. Faktanya United masih kesulitan untuk menemukan permainan dengan konsistensi yang bagus.

Era Ferguson tidak akan terulangi lagi. Ferguson adalah Ferguson. Man United sekarang ini tengah mencari jati diri baru di bawah asuhan Solskjaer. Tentu saja dengan asumsi Solskjaer terus dipercaya melatih klub dan petinggi Man United bersabar dengannya.

Tanpa mengurangi rasa respek kepada Chelsea, Man United memang telah menjadi ‘Chelsea’ dari sisi manajerial dengan silih bergantinya manajer klub dalam enam tahun terakhir. Sekedar informasi, pergantian manajer Chelsea di era Roman Abramovic bukan lagi hal yang baru didengar.

Tak ayal papan tengah klasemen dan kesemenjanaan sudah akrab dilihat pada Manchester United pasca era Ferguson. Jangankan menjadi juara Premier League, bersaing masuk empat besar (zona Liga Champions) sulit mereka lakukan dengan konsisten tiap musimnya.

Man United dan fans mereka telah terlebih dahulu merasakan masa sulit dalam transisi era yang terus berlanjut sampai saat ini. Kini, Arsenal, sang rival bebuyutan United di masa lalu, mulai menapaki jejak tersebut.

Pemecatan Unai Emery

Pemecatan Unai Emery
Unai Emery

Semusim melatih Arsenal dan memasuki musim keduanya menangani klub, Unai Emery sudah merasakan palu pemecatan. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya selama 22 tahun Arsenal ditangani Arsene Wenger.

Petinggi klub sudah cukup melihat kinerja Emery setelah ia gagal membangkitkan tim yang melalui tujuh laga beruntun tanpa pernah menang di seluruh kompetisi.

"Seperti halnya seluruh fans kami dan suporter di seluruh dunia, kami khawatir mengenai performa kami belakangan ini. Kami ingin mendukung Unai dan stafnya hingga kami memutuskan ini waktunya berubah," terang Josh Kroenke, Direktur Arsenal, di AS.

"Sayangnya, kami mencapai keputusan itu (memecat Emery) dari diskusi selama beberapa pekan terakhir di grup dengan saya, Raul (Sanllehi, Kepala Sepak Bola), Vinai (Venkatesham, Ketua Komersil), dan Edu (Direktur Teknik)."

"Paling pertama, Unai pria yang baik, seseorang yang sangat kami hargai. Etos kerjanya setiap hari di antaranya dan staf kepelatihan sangat fantastis."

"Sayangnya, kami mulai menjauh dari beberapa target yang dicanangkan. Kami masih merasa dapat mencapai target-target itu musim ini, itulah mengapa kami memutuskan untuk melakukan perubahan sekarang," tutur Kroenke.

Klub kemudian menunjuk Freddie Ljungberg sebagai manajer interim. Sama seperti Solskjaer, Ljungberg dianggap punya DNA klub, berstatus legenda, dan ada kans ia diangkat jadi manajer permanen jika kinerjanya bagus.

Dari situ saja sudah bisa dilihat Arsenal menapaki jejak Man United. Pemecatan Emery bisa jadi awal dari Arsenal menjadi klub seperti Man United dan Chelsea: hobi gonta-ganti pelatih.

Sama seperti Man United, di momen Arsenal berpisah dengan Wenger pada 2018, maka di saat itu juga dinasti pelatih asal Prancis itu perlahan runtuh. Pondasi dan filosofi yang ditanamkannya tetap ada, tapi jangan berharap Arsenal akan sama lagi seperti di masa lalu.

Arsene Wenger
Arsene Wenger

Sulit melihat Arsenal memiliki pemain-pemain sekaliber Thierry Henry, Patrick Vieira, Ashley Cole, Robert Pires, Ljungberg, dan Denis Bergkamp. Kepergian Wenger sekaligus mengakhiri sirkulasi manajer atau pelatih yang dapat bertahan lama di era modern ini di satu klub yang sama.

“20 tahun di satu klub? Saya pikir itu tak mungkin terjadi. Hidup modern, teknologi baru, media sosial – saya pikir segalanya punya pengaruh, bahkan mentalitas orang-orang, hubungan lebih cepat, mudah lelah, begitu banyak hal yang berubah,” tutur Jose Mourinho, manajer Tottenham Hotspur.

Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson
Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson menutup era manajer atau pelatih bertahan lama di satu klub

“Tidak (hanya) sepak bola, tapi (hal-hal ini) mengubah dunia dan persepsi akan sesuatu, bahwa saya berpikir Wenger merupakan ‘orang atau satu’ yang terakhir. Ini hal buruk bagi kami.”

“Kami harus beradaptasi dan kami harus coba membuktikan bahwa kami adalah sosok yang pantas untuk pekerjaan itu (manajer). Kami harus bertarung untuk pekerjan kami setiap harinya,” lanjut Mourinho.

Dunia berubah. Begitu pula Manchester United dan Arsenal. Fans, entah mereka yang sudah lama mengikuti tim atau belum lama, harus bisa menerima realitas sulit dan bersabar di masa transisi yang entah sampai kapan berakhir (tidak ada yang tahu masa depan).

Bagikan

Baca Original Artikel