Ragam Feature Liga Indonesia Indonesia Berita

88 Tahun Persib Bandung: Salawasna hingga Budaya Jawa Barat

Tengku Sufiyanto - Minggu, 14 Maret 2021

BolaSkor.com - Persib Bandung memperingati hari jadinya yang ke-88. Banyak prestasi yang pernah ditorehkan tim berjuluk Maung Bandung tersebut.

Tercatat, Persib menjadi pemegang rekor gelar terbanyak kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air. Persib menjadi juara Perserikatan sebanyak lima kali (1939, 1961, 1986, 1989/1990, 1993/1994), juara Liga Indonesia 1994/1995, dan juara Indonesia Super League (ISL) 2014.

Namun, perjuangan Persib meraih prestasi tidak seperti membalikan telapak tangan. Butuh perjuangan yang harus dilakukan tim Pangeran Biru untuk mencapai prestasi gemilang.

Sepak Bola zaman Hindia Belanda di alun-alun Kota Bandung. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

Sejarah Persib Bandung

Jauh sebelum Persib terbentuk, sepak bola sudah menjadi hiburan rakyat di Kota Bandung. Namun, sepak bola di kota kembang awalnya dikuasai oleh Hindia Belanda.

Sepak bola Kota Bandung sudah ada sejak abad ke-19, seperti dikutip dari buku Persib Juara karangan Endan Suhendra. Banyak klub Hindia Belanda yang menjamur di Kota Bandung dan wilayah Indonesia ketika itu.

Menurut catatan sejarah, Bandoeng Voetbal Club (BVC) menjadi bond (tim sepak bola) pertama di Kota Bandung yang berdiri pada tahun 1900. Kemudian, muncul Bandoengsche Sport Vereniging Uitspanning Na Inspanning (POR UNI) dan Sport in de Open Lucht is Gezond (SIDOLIG) pada tahun 1903.

Setelah itu, bond-bond lain macam Laat U Niet Overwinnen (Luno) dan perkumpulan sepakbola militer seperti Velocitas (Cimahi), Sparta, Luchtvaart Afdeeling (LA), Saats Spoor (SS), Yong Men's Combination (YMC, Tionghoa), Opleidingschool voor Inlandsche Ambetenaren (OSVIA, pribumi) mewarnai sepak bola Kota Bandung di abad ke-19.

Seluruh bond tersebut bekompetisi di bawah naungan klub Hindia Belanda Kota Bandung bernama Bandoengsche Voetbal Bond (BVB) pada tahun 1914. Semua pertandingan dimainkan di alun-alun Kota Bandung. Rata-rata para pemain dari bond-bond tersebut merupakan orang-orang Hindia Belanda dan kaum bangsawan.

Baca Juga:

5 Pemain Lokal Terbaik Persib Sepanjang Sejarah

Nostalgia - Kisah Stadion Siliwangi yang Jadi Bagian Sejarah Persib Bandung

Saat para bond menjamur dan menguasai sepak bola Kota Bandung di zaman Hindia Belanda, kaum nasionalis atau pribumi baru memulai kiprahnya di dunia bal-balan kota kembang. Mereka pun membentuk Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada tahun 1923. BIVB dalam benang merah sejarah menjadi cikal bakal Persib.

BIVB yang didirikan kaum pergerakan nasionalis dipimpin oleh MR Syamsudin. Kemudian wewenangnya diserahkan ke putra pejuang wanita Republik Indonesia, Dewi Sartika, R. Atot. Sebab, Syamsudin menuntut ilmu di Rechts Hooge School (RHS) Batavia.

Dua tokoh tersebut yang mewakili BIVB dalam membidani lahirnya Persatuan Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) yang kemudian berganti nama dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta.

BIVB tak sendirian dalam mendirikan PSSI, ada Voetbalbond Indonesische Jacatra (Persija Jakarta, Sjamsoedin), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Persib Bandung, Gatot), Persatuan Sepakraga Mataram (PSIM Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo), Vorstenlandsche Voetbal Bond (Persis Solo, Soekarno), Madioensche Voetbal Bond (PSM Madiun, Kartodarmoedjo), Indonesische Voetbal Bond Magelang (PPSM Magelang, E.A Mangindaan), dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Persebaya Surabaya, Pamoedji).

Lapangan Ciroyom dan Tegallega di pinggiran Kota Bandung saat itu menjadi arena aktifitas sepak bola BIVB. Sama halnya dengan BVB, BIVB mempunyai klub anggota yang berkompetisi. Namun, kompetisi BIVB baru terjadi pada musim 1931/32 seiring keluarnya RAN sebagai juara sesuai keterangan dari data RSSSF.

BIVB mulai mengikuti kompetisi Perserikatan pertama pada tahun 1931. Namun, BIVB gagal menjadi juara karena kalah bersaing dengan VVB Solo dan lain-lain. VIJ Jakarta keluar sebagai juara pertama Perserikatan.

Sebagai informasi tambahan, Perserikatan merupakan kompetisi yang dimainkan para klub atau perkumpulan PSSI setiap dua tahun sekali. Sedangkan bond anggota setiap klub memainkan kompetisi selama satu tahun sekali. Nantinya, pemain terbaik di kompetisi bond anggota ditarik ke klub Perserikatan naungannya.

Seiring berjalannya waktu, BIVB hilang bak ditelan bumi. Disinyalir mengalami perpecahan hingga muncul dua klub bernama National Voetbal Bond (NVB) Persatuan Sepakbola Bandung (PSIB). Keduanya melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan Persib Bandung pada tanggal 14 Maret 1933.

"Tanggal 14 Maret 1933 memang diambil sebagai lahirnya Persib Bandung," tegas mantan pemain Persib Bandung era 1960-an Max Timisela kepada BolaSkor.com, yang diceritakan para leluhur Persib.

Skuat Persib Bandung saat hadapi Persis Solo di Perserikatan 1932. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

Sepak Bola Hindia Belanda Runyam dan Persib Mulai Merajai Kota Bandung

Di sisi lain, pertikaian terjadi di BVB, hingga melahirkan dualisme dengan terbentuknya Bandoengsche Voetbal Unie (BVU) pada tahun 1934. Namun keduanya sepakat menghentikan pertikaian dengan membentuk Bandoeng Voetbal Bond yang kemudian berganti nama menjadi Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken (VBBO) pada tanggal 15 Desember 1935.

Pada tahun 1936, Persib sudah mulai bersaing dengan VBBO untuk memperebutkan kekuasaan Kota Bandung lewat sepak bola. Kompetisi para bond naungan tetap berjalan.

Persib mempunyai klub anggota seperti SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, Malta, dan Merapi. Kompetisi per tahun di jalankan dengan menggunakan lapangan Tegallega dan Ciroyom, yang merupakan warisan BIVB.

Sementara itu, VBBO mempunyai kompetisi klub anggota yang dihuni UNI, SIDOLIG, Jong Ambon, Sparta, dan masih banyak lagi. Semua klub anggota VVBO juga masih menjalankan kompetisi warisan BVB.

"Di awal berdirinya, Persib cuma 11 anggota. UNI dan SIDOLIG masih masuk Belanda. Para anggota Persib bermain di Tegallega dan Ciroyom. Belanda main di alun-alun. Dulu 11 anggota mempunyai tiga tim. Divisi Utama, satu, dan dua. Tidak berdasarkan umur dan hanya kelas," kata Wartawan Senior Bandung, Endan Suhendra.

"Mereka berkompetisi. Bond itu tidak punya pemain. Persib dan VBBO mencari pemain dari klub-klub anggotanya. Dulu klub anggota Persib iuran untuk membiayai tim. Di awal-awal berdiri begitu," lanjut Endan.

Memasuki era penjajahan Jepang, bond-bond di daerah Indonesia mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Olah Raga Indonesia (PORI).

"Tahun 1942 kegiatan olahraga seizin Jepang. Sebenernya sepak bola masih ada. Namun, atas penguasaan Jepang. Sesudah kemerdekaan, baru di tahun 1948, sepak bola ada lagi, Persib ada laga melawan Persija ketika itu," ungkap Endan.

Persib pun baru bisa menjuarai Perserikatan pada tahun 1937. Persib kala itu mengalakan Persis Solo dengan skor 2-1 di Stadion Sriwedari, Mei 1937. Persib kala itu diperkuat jasin, Arifin, Koetjid, Edang, Ibrahim Iskandar, Saban, Soegondo, Dimjati, Adang, Ana, dan Djadja.

Sementara itu, VBBO mampu menjadi runner-up NIVU (Federasi Sepakbola Kolonial Belanda) pada tahun 1938 dan 1939. "Persaingan lebih nasionalis, saya pribumi dan setara dengan mereka. Walaupun sempat terpinggirkan mainnya," kata Endan yang juga merupakan pengepul arsip sejarah Persib.

Kemerdekaan Republik Indonesia turut berpengaruh dalam dunia persepak bolaan Tanah Air. Seluruh klub pribumi mulai mendapat perhatian dominan, termasuk Persib.

"Sepak bola Belanda yang tergabung dalam VBBO mulai kalah bersaing. Mula-mula kekurangan penonton yang 'karena alasan politis' memilih nonton di pinggiran (Persib)," kata Alm Rachmatullah Ading Affandie (RAF) dalam buku Lintasan Sejarah Persib karangan R. Risnandar Soendoro.

Namun, sepak bola Belanda hidup kembali seiring dengan adanya Agresi Militer pertama dan kedua yang dimulai pada tahun 1947-1948. Hal itu ditandai dengan lahirnya PSBS (Persatuan Sepak Bola Bandung dan Sekitarnya). Belanda sengaja memberi nama PSBS untuk mengelabuhi masyarakat bahwa ini merupakan klub sepak bola pribumi.

Akan tetapi, taktik itu tidak berhasil. PSBS perlahan hilang karena Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto dan de jure. Selanjutnya, para bond di bawah naungan PSBS (dahulu bernama VBBO) bergabung ke keanggotaan Persib.

"Sepak bola Sinyoh (Belanda) telah hidup kembali dengan lapangan elite, UNI, SIDOLIG, dan Sparta," kata Alm RAF dalam buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.

"Kemudian para pemainnya tergabung dengan Persib. Sampai akhirnya bertekuk lutut mengajak fusi dengan PSSI," ujar Alm RAF dalam buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.

"Ada perbedaan antara kota-kota dalam proses fusi dengan perkumpulan Belanda. Kalau di Jakarta, Medan, Surabaya, fusi terasa benar hingga Persija, Persebaya, Medan, pemain dan pengurusnya 90 persen berasal dari tim Belanda. Tapi di Bandung, tidak ada fusi. VBBO praktis membubarkan diri dan perkumpulan-perkumpulannya mendaftarkan diri ke Persib. Dalam tim Persib sedikit sekali pemain yang berasal dari VBBO. barangkali pada permulaannya hanya Freddy, Wagiman, Ong Boen Jin, Lepel. Yang lainnya pemain asli Persib, sehingga orang-orang lapangan Cilentah, tegallega, atau Cibuntu tidak pangling," tambahnya.

Para Bond Persib Bandung saat bertanding. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

Alhasil, Persib mampu menggunakan lapangan SIDOLIG dan alun-alun yang sebelumnya dikuasai para bond Hindia Belanda.

"Dahulu memang setelah pasca kemerdekaan ada keharusan satu kota hanya punya satu bond sepak bola. Maka dari itu namanya Perserikatan," ujar Endan.

"Mereka gabung ke Persib. Ada Uni, Sidolig, Jong Ambon, dan yang lainnya bubar. Pemainnya masih campuran, Persib main di Kerjurnas 1950 masih ada Belanda. Persib masih bermain di Tegalega dan Ciroyom. Setelah UNI dan Sidolig gabung, ada andilnya Persib main di kota. Itu dua klub besar di dua kompetisi Belanda. Persib menang persaingan dengan klub Belanda," kata Endan.

Persib pun mulai dikenal banyak orang. Tak hanya dari Bandung, orang-orang di Jawa Barat datang ke Bandung untuk melihat Persib bertanding. Persib pun mulai menjelma sebagai klub kebanggaan Kota Bandung.

"Kita dari UNI dulu melalui kompetisi, baru masuk Persib dari 1962-79. UNI lahirnya 1903, waktu itu masih Belanda, kita akhirnya masuk Persib," kata Max Timisela.

"Saya mainnya di alun-alun. Suasana ramai, di alun-alun pusat kota jadi banyak yang nonton. Fanatisme daerah besar sekali. Sudah mulai terasa fanatisme kebanggaan Persib sebagai klub kebanggan Jawa Barat masyarakat datang dari daerah-daerah," tambah Max.

Selanjutnya, Persib menggunakan Stadion Siliwangi (lapangan Sparta dahulunya). Penggunaan Stadion Siliwangi tidak terlepas dari kepengurusan Persib yang dihuni beberapa anggota Kodam Siliwangi ketika itu.

"Kalau Siliwangi baru tahun 1960-an. Banyak pengurus dari Kodam Siliwangi. Termasuk bapaknya Risnandar, veteran tentara (R. Soendoro), pernah jadi ketua umum Persib," kata Endan.

Persib akhirnya menjadi juara Perserikatan pada musim 1959/1961, setelah 24 tahun puasa gelar. Tim Maung Bandung berhasil menyingkirkan para klub Perserikatan macam Persija Jakarta, PSM Makassar, Persis Solo, dan PSMS Medan. PSM Makssar menjadi runner-up di bawah Persib dengan sistem grup.

Persib Bandung saat juara Perserikatan 1990. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

Era Keemasan Persib

Selanjutnya, Persib kehilangan taji di Perserikatan, meski sempat masuk final Perserikatan 1966 dan 1967. Persib terlempar ke Divisi I pada musim 1978/1979, setelah PSSI memberlakukan pembagian Divisi.

Persib baru bisa naik ke Divisi Utama Perserikatan pada tahun 1983. Perlahan Persib mulai bersaing dengan eksistensi Persija Jakarta, PSMS Medan, dan Persebaya Surabaya yang merajai Perserikatan sebelumnya.

Persib pun akhirnya mulai menapaki jejak untuk membentuk skuat terbaik, yang nantinya bisa mengembalikan kejayaan tim Maung Bandung.

Hal itu bermula ketika Ateng Wahyudi menggantikan Solihin GP menjadi Ketua Umum Persib. Ateng Wahyudi mempersiapkan tim untuk menghadapi kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1986.

Pelatih Persib tetap dipercayakan kepada Nandar Iskandar. Max Timisela membantu sebagai asisten pelatih bersama Indra Thohir sebagai pelatih fisik.

Robby Darwis, Adeng Hudaya, Djadjang Nurdjaman, ditambah Adjat Sudradjat merupakan beberapa pemain yang masuk ke dalam skuat Persib di kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1986. Alhasil, Persib berhasil menjadi juara kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1986, usai mengalahkan Perseman Manokwari 1-0. Puasa gelar selama 25 tahun pun terbayarkan.

Skuat Persib Bandung era Perserikatan 1986. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

Selanjutnya, Persib memulai visi dan misi baru untuk mengembalikan kejayaan di kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1989/1990.

Persib berhasil mengalahkan PSMS Medan 3-2, setelah sebelumnya menahan imbang PSDS 1-1. Di putaran kedua, Persib meraih kemenangan atas Persita (2-0), PS Bengkulu (2-0), dan PSDS (3-0). Persib hanya meraih hasil imbang kontra Persija Jakarta (2-2) dan dan PSMS Medan (0-0).

Pada babak 6 Besar Grup II, Persib Bandung berhasil mengalahkan Persebaya Surabaya 2-0 melalui gol yang dicetak Sutiono Lamso 64 dan 74. Lalu Persib menahan imbang PSMS Medan 0-0.

Di semifinal, Persib berhasil mengalahkan PSM Makassar 3-0 melalui gol dari Adjat Sudradjat, Robby Darwis, dan Dede Rosadi. Persib pun menjadi juara usai mengalahkan Persebaya 2-0 melalui gol Subangkit dan Dede Rosadi.

Skuat Persib Bandung Perserikatan 1990. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

Persib Kembali Juara Liga Indonesia 1994 dan ISL 2014

Benang merah era keemasan Persib 1986 dan 1990 berlanjut. Persib berhasil menjadi juara Liga Indonesia pertama 1994. Saat itu, Persib dilatih Indra Thohir dengan asisten pelatih Djadjang Nurdjaman. Dua nama yang sebelumnya ikut andil membawa Persib juara kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1986 dan 1990.

Setelah itu, Persib kembali puasa gelar lama. Selama 20 tahun lamanya. Persib baru bisa mencicipi gelar juara kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air pada tahun 2014 melalui tajuk ISL.

Djadjang Nurdjaman menjadi orang terakhir era keemasan Persib tahun 1986 dan 1990. Saat Persib menjadi juara ISL 2014, Djadjang Nurdjaman merupakan pelatih kepala.

Persib Budaya Jawa Barat

Persib telah menjadi budaya Jawa Barat (Jabar) bagi masyarakat Tanah Pasundan. Persib bukan sekedar klub untuk Kota Bandung, melainkan Jabar.

"Persib telah memberikan saya pikiran yang luas. Menonton Persib adalah anugerah buat saya. Persib harus kami jaga karena merupakan budaya di Jawa Barat, khususnya di Bandung," ungkap Pentolan Viking Persib Club, Yana Umar.

"Ulah ngaku bobotoh lamun acan pernah ngilur, Persib Salawasna" itulah ungkapan dahsyat ala Kang Yana yang berarti jangan pernah mengaku bobotoh kalau belum pernah menjelajah.

Bagikan

Baca Original Artikel