Analisis Feature

6 Pesepakbola Legendaris dan Perpisahannya yang Menyedihkan

Arief Hadi - Sabtu, 14 April 2018

BolaSkor.com - Cerita tersingkirnya Juventus dari delapan besar Liga Champions oleh Real Madrid masih dibahas sampai saat ini. Bukannya apa-apa, bagi fans netral, pertandingan di Santiago Bernabeu berlangsung seru sampai menjelang akhir laga, sebelum wasit asal Inggris, Michael Oliver, membuat satu keputusan kontroversial yang sangat krusial.

Dalam kondisi Juventus unggul 3-0 atas Madrid melalui dua gol Mario Mandzukic dan Blaise Matuidi, kedudukan agregat gol pun sama kuat 3-3. Laga tampaknya akan berlanjut sampai babak tambahan dan potensi drama adu penalti. Namun, Oliver melihat adanya pelanggaran yang dilakukan Medhi Benatia kepada Lucas Vazquez, hingga, hadiah penalti diberikan kepada Madrid yang sukses dieksekusi oleh Cristiano Ronaldo. Madrid lolos ke semifinal dengan keunggulan agregat gol 4-3.

Kala momen itu terjadi, kiper sekaligus kapten Juventus, Gianluigi Buffon, melakukan protes keras kepada Oliver hingga akhirnya ia menerima kartu merah. Ironisnya, itu kartu merah pertama Buffon dalam 117 laganya di Liga Champions. Pada usianya yang kini berumur 40 tahun, bisa jadi kartu merah itu menandai momen terakhir Buffon di Liga Champions.

Buffon memang belum menyatakan pensiun. Tapi jika benar demikian, perpisahan dengan Liga Champions akan sangat menyedihkan untuk kiper yang sudah bermain sejak tahun 1995 itu.

"Pada beberapa poin, ada waktunya untuk memutuskan (pensiun). Saya takkan menanggapi berlebihan apa yang telah terjadi. Karier Buffon tidak dinilai karena kartu merah atau karena dia tidak memenangi Liga Champions. Dia juara dunia dan kiper kelas dunia. Ini hal-hal yang dihitung," tutur eks kiper legendaris Jerman, Oliver Kahn.

Kapan pensiunnya Buffon hanya dirinya yang tahu. Tapi jika benar pensiun dengan kartu merah tersebut, maka momen itu akan dikenang sepanjang sejarah. Buffon bukan satu-satunya kalau begitu. Masih ada enam legenda sepak bola lainnya, yang "berpisah" dengan cara yang menyedihkan.

1. Iker Casillas

25 tahun membela Madrid, Iker Casillas seharusnya pergi -atau bahkan seharusnya tidak pergi- dengan perpisahan yang sewajarnya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. El Real dengan "kejam" membiarkan Casillas pergi tanpa perpisahan yang pantas, laga testimonial, atau hal semacam itu.

Casillas yang pernah dijuluki Saint Iker hanya melakukan perpisahan sendirian di dalam ruangan. Tanpa didampingi petinggi klub atau Florentino Perez, Presiden Madrid. Bahkan, rekan setimnya tengah bertolak ke Australia pada Juli 2015 untuk melakoni tur pramusim. Tangisan pun keluar dari matanya ketika ia mengeluarkan unek-unek kepada awak media. Dalam pikirannya, barangkali Casillas berpikir 'Beginikah sikap klub kepada saya selama 25 tahun mendedikasikan diri'.

Casillas pindah ke Porto kala itu dan masih di sana sampai saat ini. Menurunnya performa Casillas tidak lepas dari andil Jose Mourinho, ya, Mourinho. Di musim sebelumnya, The Special One banyak mencadangkannya dan memainkan Diego Lopez, mengubah kasih sayang fans menjadi publik yang menyiuli Casillas. Benar-benar cara yang menyedihkan bagi alumni Real Madrid Castilla, yang sukses menembus tim utama dan meraih tiga titel Liga Champions, diperlakukan seperti itu ketika berpisah.

2. Steven Gerrard

Steven Gerrard akan dikenang selamanya sebagai kapten terbaik sepanjang masa Liverpool. Namun, perpisahannya dengan klub yang dibelanya dari tahun 1998-2015 itu cukup menyedihkan. Bukan karena dia pergi tanpa gelar Premier League atau dibenci fans, melainkan kekalahan telak 1-6 dari Stoke City di laga terakhirnya.

Gerrard mencetak gol pada laga tersebut, tapi, ada dugaan bek Stoke sengaja membiarkannya mencetak gol sebagai tanda respek. Gerrard pun pergi ke Los Angeles (LA) Galaxy dengan perasaan yang pahit.

3. Paolo Maldini

Mendedikasikan diri selama 25 tahun hanya untuk satu klub, Paolo Maldini masih saja dimusuhi oleh beberapa fans garis keras AC Milan yang biasanya terlihat di curva sud San Siro. Semua berawal dari hubungan keduanya yang tidak baik dan terus berlanjut, sampai Maldini gantung sepatu di tahun 2009.

Sudah Milan kalah 2-3 dari Roma, Maldini yang diberi aplaus kala memutari lapangan sebagai bentuk penghormatan, tetap disindir beberapa fans Rossoneri, yang membentangkan spanduk dengan tulisan "Hanya ada satu kapten, (Franco) Baresi". Hubungan buruk Maldini dan fans itu sedikit mencoreng perpisahannya yang seharusnya berjalan mengharukan.

4. Zinedine Zidane

Banyak yang mengaitkan momen yang dialami Buffon bak karma atas kartu merah Zinedine Zidane di tahun 2006. Kala itu, di final Piala Dunia 2006 yang mempertemukan Timnas Italia dan Prancis, Zidane diusir wasit Horacia Elizondo karena menanduk dada bek Italia, Marco Materazzi, yang memprovokasinya.

Apa yang dilakukan Materazzi boleh jadi "rencana" Italia untuk menghilangan satu kekuatan utama Prancis. Pasalnya di waktu normal, laga berakhir 1-1 melalui gol penalti Zidane yang dibalas Materazzi. Prancis sangat diunggulkan kala itu, karena Zidane benar-benar memberikan segalanya di penghujung kariernya, sebelum kartu merah tersebut menandai momen terakhirnya dengan cara yang menyedihkan.

5. Gary Lineker

Apa jadinya jika hanya Anda bisa terdiam menyaksikan tim bertanding di laga krusial? Menyebalkan, bukan? Ya, hal itu dirasakan langsung Gary Lineker pada Euro 1992. Ia hanya bermain selama 62 menit, gagal mencetak gol, dan melihat Timnas Inggris kebobolan oleh gol pemain Swedia, Tomas Brolin. Swedia menang 2-1 atas Inggris dan lolos ke fase berikutnya. Sementara Inggris, gagal lolos fase grup.

Lineker sudah sangat kesal dengan Graham Taylor, manajer Timnas Inggris, yang menggantikannya di menit 62. Ia pun menjalani laga internasional terakhirnya dan gantung sepatu. Nama Lineker kini terkenal sebagai top skor ketiga terbanyak sepanjang masa Inggris, setelah Wayne Rooney dan Sir Bobby Charlton.

6 Ronaldo

Melihat perpisahan Ronaldo dengan dunia sepak bola sangat miris. Kendati bermain di kampung halamannya, Brasil, bersama Corinthians. Ronaldo tetap diejek oleh fans yang menjulukinya O Gordo (Si Gendut) karena bobotnya yang bertambah berat. Ronaldo pensiun di tahun 2011 setelah mengawali kariernya sebagai pesepakbola profesional di tahun 1993.

Perpisahan itu sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, dalam masa primanya, Ronaldo merupakan ancaman nyata bagi tiap lini belakang lawan dengan ketajaman dan kemampuan alamiahnya saat mendribel bola. Ia telah meraih dua Ballon d'Or, sukses di level klub bersama Real Madrid, Inter Milan, dan Barcelona, serta sukses meraih dua titel Piala Dunia bersama Timnas Brasil.

Bagikan

Baca Original Artikel