5 Kutukan Teraneh Sepak Bola Dunia yang Benar-benar Ada
BolaSkor.com - Kutukan dan sepak bola. Dua hal berbeda yang juga memiliki arti berbeda. Dilansir dari kbbi, kutukan artinya sumpah atau kesusahan yang menimpa seseorang disebabkan doa atau kata-kata yang diucapkan orang lain.
Sementara sepak bola adalah permainan beregu di lapangan, menggunakan bola dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas 11 pemain. Kendati demikian, sepak bola dan kutukan memiliki korelasi yang erat.
Percaya atau tidak, kutukan dalam sepak bola benar-benar ada dan bertahan sampai saat ini. Ingin bukti? Simak penjabaran di bawah ini:
Baca Juga:
3 Misteri Sepak Bola yang Belum Terpecahkan hingga Saat ini
Siklus Lima Tahun dan Kutukan Liverpool Puncaki Klasemen Premier League saat Natal
4 Kutukan dan Mitos Sepanjang Sejarah Piala Dunia
1. Kutukan Mengerikan Bela Guttmann

The Curse of Bela Guttmann atau Kutukan Bela Guttmann. Istilah itu sangat melegendaris dan jangan pernah Anda sesekali mengucapkannya di depan fans Benfica, sebab kutukan dari Guttmann benar dirasakan klub peraih 36 titel Liga Primeira.
Semua berawal dari tahun 1962. Kala itu Benfica menjadi juara Piala Champions (format lama sebelum Liga Champions) untuk kedua kalinya beruntun. Benfica menang atas Real Madrid dan pelatih Benfica kala itu adalah Bela Guttmann.
Berdasarkan prestasi tersebut, wajar saja jika pelatih yang berasal dari keluarga Yahudi itu meminta kepada Antonio Carlos Cabral Fezas Vital, Presiden Benfica, untuk kenaikan gaji. Sayang keinginannya itu bertepuk sebelah tangan.
Gaji urung dinaikkan dan Guttman mengeluarkan sumpah serapah. "Dalam 100 tahun dari sekarang, Benfica tidak akan pernah menjadi juara Eropa." Jika dirincikan dari tahun 1962, itu artinya Benfica tidak akan menjadi juara Eropa sampai tahun 2062.
Benar saja, The Eagles - julukan Benfica - sudah lima kali masuk final Piala Champions, tiga final Piala UEFA (Liga Europa), dan mereka selalu berakhir sebagai runner-up tanpa pernah mampu menjuarainya lagi.
Pemain Benfica dan juga fans lambat laun mulai memercayai kutukan itu benar adanya. Jose Carlos Soares, wartawan Portugal, pernah berkata seperti ini di CNN.
"Setiap tahun ketika Benfica tampil di Eropa, mereka berusaha menyingkirkan kutukan Guttmann. Bahkan, selalu ada yang meletakkan bunga di makamnya bila Benfica bermain di dekat kuburan Guttmann. Tapi, semua itu tidak berhasil."
2. Kutukan Juara Piala Dunia

Sirkulasi yang sama terus terulang di event besar empat tahunan sepak bola dunia itu. Semenjak Piala Dunia 2002, negara dengan status juara bertahan selalu tersingkir dengan penuh nestapa di fase grup.
Mari sekilas melihatnya dari Piala Dunia 2002. Datang sebagai juara bertahan Piala Dunia 1998, timnas Prancis tidak mampu lolos dari grup A yang berisikan Denmark, Senegal, dan Uruguay. Parahnya, Prancis menempati posisi buncit.
Usai kalah 0-1 dari Senegal, Prancis bermain imbang tanpa gol melawan Uruguay, dan kemudian kalah 0-2 dari Denmark. Prancis sama sekali tak bisa mencetak gol dan kebobolan tiga gol. Miris.
Pun demikian Italia di tahun 2010. Berada di grup F yang berisikan Paraguay, Slovakia, dan Selandia Baru, Gli Azzurri - julukan Italia - hanya ada di peringkat empat dengan raihan dua poin.
Italia imbang 1-1 melawan Paraguay dan Selandia Baru, lalu kalah 2-3 di laga dramatis melawan Slovakia.
Timnas Spanyol juga merasakan hal yang sama pada Piala Dunia 2014. Dengan status juara Euro 2008 dan 2012, serta Piala Dunia 2010, Spanyol diyakini bisa lolos setidaknya sampai ke final lagi.
Akan tapi faktanya, Spanyol dipecundangi Belanda dengan skor 1-5, lalu kalah 0-2 dari Chili, dan kemudian dibantai Australia dengan skor 0-3. Semua sepakat mengatakan: era tiki-taka telah berakhir.
Di tahun ini, sirkulasi kembali terjadi ketika Jerman tak berkutik untuk lolos dari grup F. Kalah 0-1 dari Meksiko, Jerman sempat memunculkan asa lolos ketika menang 2-1 atas Swedia. Tapi di laga terakhir, tim asuhan Joachim Low kalah 0-2 dari Korea Selatan (Korsel).
3. Kutukan Mantan Kapten Arsenal di Klub Baru

Semenjak Patrick Vieira, mantan kapten Arsenal, hengkang ke Juventus pada musim 2005-06, Fabio Capello, pelatih Juventus, hengkang ke klub lain (Real Madrid) setahun kemudian. Itu baru satu contoh dari kutukan 'baru'.
Tiga contoh lainnya adalah kepergian Thierry Henry, Cesc Fabregas, dan Robin van Persie ke klub lain. Kala Henry datang ke FC Barcelona di musim 2007-08, Frank Rijkaard pergi setahun kemudian.
Fabregas pun demikian. Gelandang asal Spanyol kembali ke kampung halamannya di musim 2011-12 dan Pep Guardiola hengkang di akhir musim.
Begitu juga dengan Van Persie. Usai mempersembahkan titel Premier League ke-20 untuk Manchester United di tahun 2013, sang manajer legendaris, Sir Alex Ferguson pensiun. Masih tidak percaya kalau itu bukan kutukan?
4. Kutukan Pengguna Nomor 7 Man United

Nomor punggung 7 di Manchester United adalah hal yang sakral. Itulah kenapa ada istilah seven heaven untuk menganalogikan kesucian nomor legendaris di Man United.
Tidak main-main, penggunanya yang tergolong sukses yakni: Johnny Berry, Bryan Robson, Steve Coppell, George Best, Eric Cantona, David Beckham, Cristiano Ronaldo. Nama yang disebut terakhir jadi nama ikonik terakhir yang sukses.
Pasca Ronaldo, kutukan nomor 7 itu dimulai. Michael Owen, Antonio Valencia (sampai kembali menggunakan nomor 25), Memphis Depay, hingga kini dikenakan Alexis Sanchez, tidak ada satupun di antara mereka yang memberikan kontribusi maksimal seperti pendahulunya.
Publik Teater Impian - sebutan untuk Old Trafford - masih mencari tuan sesungguhnya dari nomor punggung 7 di Man United.
5. Kutukan Tak Pernah Juara Timnas Inggris

Timnas Inggris disebut sebagai negara yang overrated (dinilai berlebihan) dengan gemerlap pemain-pemain top seperti Steven Gerrard, Frank Lampard, David Beckham, Rio Ferdinand, dan John Terry. Inggris disebut memiliki generasi emas kala mereka bermain di medio 2000-an.
Permasalahannya adalah, mereka yang tampil hebat bersama klub itu gagal menampilkan hal yang sama di level timnas. Semenjak Geoff Hurst mencetak hat-trick di Piala Dunia 1966 dan membawa Inggris menang 4-2 atas Jerman Barat, Inggris nyatanya tak pernah menjadi juara lagi.
Uniknya, kala itu Jerman Barat merasa dirugikan oleh keputusan wasit dan mengucap sumpah serapah bahwa Inggris tidak akan pernah lagi menjadi juara dunia.
Benar saja, meski Inggris asuhan Gareth Southgate menembus semifinal Piala Dunia 2018, mereka tetap tak mampu menjuarainya dan kalah oleh Kroasia. Di perebutan tempat ketiga pun mereka kalah dari Belgia.