4 Eks Pengungsi Perang Balkan di Panggung Piala Dunia 2018
BolaSkor.com - Sepak bola dan olahraga secara keseluruhan sejatinya tak mengenal perbedaan, entah itu ras ataupun etnis. Sepak bola bahkan acap menjadi alat pemersatu serta perdamaian.
Saat ini urusan pengungsi masih menjadi problematika di dunia. Masih banyak pengungsi, khususnya korban perang, yang harus hidup di tempat penampungan yang memprihatinkan.
Di satu sisi, kita lebih dekat dengan tontonan macam Piala Dunia 2018, di sisi lain, krisis pengungsi di seluruh dunia terus memburuk. Terkait dengan itu, berikut kisah dari beberapa pesepak bola yang pernah menghadapi dan mengatasi kesulitan sebagai pengungsi di masa lalu. Dari tempat pengungsi, kini mereka tampil di panggung Piala Dunia.
1. Valon Behrami (Swiss)
Valon Behrami lahir di Yugoslavia. Saat berusia lima tahun kedua orangtuanya kehilangan pekerjaan lantaran perang antar-etnis.
Keluarga Behrami akhirnya memutuskan pergi mengungsi ke sebuah desa di Swiss. Mereka pergi setelah mengetahui paman dan sepupunya tewas akibat perang.
Untuk menghibur diri, Behrami memilih menggeluti olahraga. Ya, olahraga menjadi cara Behrami untuk melarikan diri dari kesedihan. Pertama, Behrami mulai mencoba cabang atletik, karena dia memiliki lari yang cepat.
Belakangan, Behrami diperkenalkan temannya dengan sepak bola. Dan, seketika Behrami mencintai olahraga ini. Namun, kesenangan Behrami tak berlangsung lama. Pada 1996, keluarganya terancam dideportasi dari Swiss.
Pada saat sulit inilah, sepak bola menjadi penyelamat. Talenta Behrami rupanya mengudang perhatian penduduk setempat. Mereka pun mendukung keluarga Berhami untuk tidak dideportasi.
Selepas itu, sepak bola menjadi bagian hidup Behrami. Setelah menghabiskan beberapa tahun di klub lokal Swiss, Behrami hijrah ke Italia untuk bergabung dengan Lazio.
Meski sudah menjadi warganegara Swiss, Behrami masih cintan tanah kelahirannya. Kecintaannya itu disimbolkan dengan tato bendera Kosovo di lengannya.
2. Luca Modric (Kroasia)
Luka Modric yang lahir pada 1985, masa kecilnya di sebuah desa di pegunungan Velebit, Kroasia. Dalam Perang Balkan yang pecah pada 1990, kakeknya dibunuh oleh pasukan Serbia.
Rumah Modric dibakar. Modric dan keluarga pun melarikan diri ke kota pesisir Zadar. Di sini keluarga Modric tinggal di sebuah hotel. Setiap harinya dia merasakan getaran dan suara dari ledakan granat.
Selama sembilan tahun keluarga Modric tinggal di hotel. Di tempat parkir hotel inilah Modric mengisi waktu dengan bermain bola.
Kini, bocah yang mengungsi dari kampung halamannya itu menjelma menjadi seorang bintang, seorang pemain bola dunia yang ikut berandil membawa Real Madrid tiga kali juara Liga Champions beruntun.
Di timnas Kroasia, Modric sudah 106 kali tampil, yang menjadikannya sebagai pemain dengan penampilan terbanyak di timnas Kroasia.
Modric sudah dua kali tampil di Piala Dunia bersama Kroasia, 2006 dan 2014. Di Rusia Modric akan melakoni Piala Dunianya yangketiga.
3. Xherdan Shaqiri (Swiss)
Sama dengan Valon Behrami, Shaqiri juga lahir di Yugoslavia. Orang tuanya berasal dari Kosovo Albania. Selama perang Balkan di Kosovo, rumah pamannya dibakar sedangkan rumah keluarganya diruntuhkan. Semua harta kekayaan keluarga Shaqiri dirampas.
Situasi ini membuat keluarga Shaqiri memutuskan untuk mengungsi ke Swiss pada 1992. Di Swiss, Shaqiri tinggal tak jauh dari lapangan sepak bola klub SV Augst.
Shaqiri pun bermain untuk tim remaja SV Augst dan FC Basel. Shaqiri kemudian mendapat kontrak profesional dan memulai debutnya bersama FC Basel pada 2009.
Setelah dua musim, dia pindah ke klub raksasa Jerman, Bayern Munchen. Di klub ini dia merasakan gelar juara Liga Champions.
Di timnas Swiss, Shaqiri telah menjadi pemain reguler sejak 2009. Rusia 2018 merupakan Piala Dunia ketiganya.
Tak berbeda dengan Behrami, Shaqiri juga sangat bangga dengan tempat kelahirannya. Tiap kali bermain, Shaqiri selalu memakai sepatu dengan jahitan bendera Swiss, Kosovo, dan Albania.
4. Dejan Lovren (Kroasia)
Dilahirkan di Yugoslavia, Dejan Lovren sangat beruntung orang tuanya segera mengungsi ke Jerman. Jika tidak, bukan tak mungkin dia menjadi korban perang.
Pasalnya, hanya satu hari setelah Lovern dan keluarga berangkat ke Munchen, perang membunuh paman dan beberapa sahabat ayahnya.
Keluarga Lovren melarikan diri hanya membawa satu tas dan sempat menghabiskan malam di tempat perlindungan bom. Keluarga Lovren meninggalkan rumah, toko, dan harta mereka.
Sebagai pengungsi, kehidupan keluarga Lovren di Jerman juga sulit.Hal ini karena mereka tidak memiliki surat-surat yang diperlukan untuk mendapatkan tempat tinggal. Tertangkap dan dipulangkan selalu menghantui Lovren kala itu.
Lovren dan keluarga akhirnya kembali ke Kroasia saat perang usai. Namun, kondisi setelah perang membuat keluarga harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lovren mulai bermain sepak bola dan bergabung dengan klub kecil di Jerman. Kemudian dia mendapat tawaran dari Dynamo Zagreb pada 2004. Lovren mencatat debutnya sebagai pemain pada 2006.
Bersama timnas Kroasia sejak 2009, Lovren tampil di Piala Dunia 2014. Kini, di Rusia 2018, Lovren akan kembali mencicipi Piala Dunia.