3 Penyebab Melempemnya Persebaya Surabaya di Tiga Awal Laga Liga 1 2019
BolaSkor.com - Dalam tiga pertandingan awal Liga 1 musim 2019 ini Persebaya Surabaya bermain kurang baik. Saat ini Persebaya tengah rugi besar karena tak mampu memanfaatkan dua kali main kandang tanpa kemenangan. Tentu hasil ini menjadi tamparan buat mereka.
Persebaya masih kesulitan meraup kemenangan. Tiga pertandingan sudah dilalui dengan hasil kekalahan 1-2 atas Bali United di laga perdana, bermain imbang 1-1 dengan Kalteng Putra pada laga pertama di kandang sendiri, Stadion Gelora Bung Tomo. Terbaru, Persebaya masih tak bisa menang saat menjamu PSIS Semarang, kemarin malam (30/5). Kedua tim harus berbagi angka setelah bermain imbang 1-1.
Baca Juga:
Persebaya Alami Start Terburuk dalam Tiga Musim
Dua Menit yang Menjadi Mimpi Buruk Bagi Persebaya dan Djanur
Hasil laga membuat Persebaya turun ke posisi 13 karena baru punya 2 poin dari tiga pertandingan. Berikut BolaSkor.com mencoba merangkum sejumlah fakta menarik terkait terseok-seoknya Persebaya.
1. Badai Cedera Pemain Pilar
Persebaya memulai kampanye di Liga 1 musim 2019 dengan kondisi yang tidak mengenakkan. Mereka kehilangan gelandang jangkar Nelson Alom yang hampir satu tahun menepi setelah menderita cedera saat laga Persebaya menghadapi Persija Jakarta (26/6/2018). Sampai saat ini Nelson Alom baru melakoni tujuh laga bersama Green Force.
Kemudian ajang uji coba bertajuk Jogo Suroboyo Game melawan Persela Lamongan (11/5) lalu membawa korban. Persebaya kehilangan Otavio Dutra lantaran patah tulang hidung. Setelah itu berturut-turut kehilangan kiper Miswar Saputra, Misbakus Solikin, Amido Balde dan winger Oktafianus Fernando.
Belum lengkapnya pemain membuat pelatih Persebaya Djadjang Nurdjaman harus memeras otak. “Kami belum lengkap dari sisi pemain. Sebab ada pemain yang mengalami cedera. Belum kompletnya pemain membuat saya harus memutar otak untuk menampilkan tim terbaik,” sebutnya.

2. Tumpulnya Lini Depan
Persebaya baru menceploskan tiga gol ke gawang lawan. Artinya satu gol per laga. Tidak adanya sosok striker membuat Persebaya kesulitan mengembangkan permainan. Djanur, sapaan Djadjang Nurdjaman, bahkan selalu merubah komposisi penyerangnya. Dia sempat memainkan Manuchehr Jalilov sebagai ujung tombak.
Djanur juga belum mampu mengeluarkan kemampuan terbaik Osvaldo Haay sebagai false nine seperti musim lalu. “Kami menyoroti lini depan. Setiap menguasai pertandingan dan menciptakan selalu tidak bisa bikin gol. Itu pekerjaan rumah semua pemain yang belum menemukan ritmenya,” kelit pelatih berusia 60 tahun ini.
3. Konsentrasi dan Mental Tanding
Tiga laga empat kali kebobolan menjadi catatan Persebaya di awal musim ini. Parahnya, gawang mereka selalu kebobolan setelah mencetak gol. Para pemain Persebaya mudah kehilangan konsentrasi dan tidak fokus, setelah mendapat tekanan dari lawan.
“Mental pemain pasti down, dan memang kelihatan sekali di kamar ganti. Tetapi ini tugas tim pelatih, dan kami ada psikolog untuk mengangkat mental pemain,” dalih Djanur.
Mantan pelatih Persib Bandung itu mengaku sempat marah dan menyemprot pemainnya yang bermain terlalu individual. “Ada pemain yang saya tunjuk langsung karena berlebihan, terlalu individual dan ganggu ritme tim,” kata Djanur.
Persebaya harus bangkit. Sepertinya harus ada percepatan perbaikan, agar tim pujaan Bonek ini tetap dapat berkiprah di kasta tertinggi kompetisi sepakbola Indonesia. (Laporan Kontributor Kurniawan/Surabaya)