Sosok Analisis Feature Liga Indonesia Indonesia Berita

3 Fakta yang Buat Teco Sulit Dipilih PSSI Melatih Timnas Indonesia

Tengku Sufiyanto - Kamis, 08 Februari 2024

BolaSkor.com - Ada tiga fakta yang membuat Stefano Cugurra sulit dipilih PSSI untuk bisa melatih Timnas Indonesia. Strategi pelatih asal Brasil ini dianggap hanya cocok untuk meraih prestasi di Liga Indonesia.

Nama Teco, sapaan akrabnya, baru-baru ini mencuri perhatian nasional. Ia memberikan respons ketika ditanya tentang kemungkinan membesut Timnas Indonesia.

Teco menyebut segala kemungkinan bisa terjadi jika Shin Tae-yong benar-benar melirik tawaran baru yang datang kepadanya, seperti diungkapkan kepada media Korea Selatan belum lama ini.

Baca Juga:

Update Terbaru Naturalisasi Ragnar Oratmangoen dan Thom Haye

Video Anak Gawang: Dirayu Negara Lain, Lebih Baik STY Stay atau Out?

"Yang saya tahu sampai saat ini pelatih Timnas masih punya kontrak. Kita semua harus lihat dia benar mundur atau tidak?," kata Teco.

"Waktu dia tidak mundur, kita semua pasti tetap dukung Timnas untuk dia bisa beri prestasi. Saya juga masih menghargai kontrak bersama Bali United saat ini. Tetapi ketika dia benar keluar, kita siap kerja ketika Timnas butuh bantuan di sana," lanjut Teco.

Sejatinya Teco memang nyaris melatih Timnas Indonesia usai membawa Bali United jadi juara Liga 1 2019. Rumor yang berkembang saat itu, Teco batal dipilih karena lisensinya hanya setara A AFC, dari syarat yang dibutuhkan setara AFC Pro.

Namun, dengan situasi yang berkembang sekarang ini, ada tiga hal yang membuat kesempatan itu sulit datang lagi. BolaSkor.com melihat tiga fakta yang bisa mempengaruhi situasi Teco menuju Timnas Indonesia. Simak ulasannya!

1. Mentok di Indonesia

Keputusan Teco kembali ke sepak bola Indonesia pada 2017 sangat tepat. Teco selalu membawa tim yang dilatihnya masuk dalam pertarungan memperebutkan gelar.

Dari lima musim kompetisi yang diikutinya, Teco mendapatkan tiga gelar. Satu gelar bersama Persija Jakarta pada Liga 1 2018 serta dua gelar bersama Bali United di Liga 1 2019 dan 2021-2022.

Hanya saja, prestasi Teco mentok di Indonesia. Ketika membawa Persija Jakarta dan Bali United ke Piala AFC, Teco gagal membawa timnya menampilkan performa terbaik.

Persija hanya mencapai babak semifinal zona Asia Tenggara pada 2018 lalu. Sementara ketika bersama Bali United, Ilija Spasojevic dkk. selalu gagal melewati fase grup.

Situasi itu bahkan membuat suporter Bali United kerap menyuarakan pergantian pelatih. Pada musim ini, jumlah penonton laga kandang Bali United merosot tajam dibandingkan dengan 2019 lalu.

Stefano Cugurra. (BolaSkor.com/Putra Wijaya)

2. Pemilihan Pemain Senior

Salah satu hal yang jadi sorotan situasi Teco adalah hobi memilih pemain senior. Teco selalu menempatkan pemain senior, terutama di pos belakang untuk mendampingi pemain asing.

Ketika menangani Persija Jakarta, Teco memilih Maman Abdurrahman untuk berduet dengan Willian Pacheco pada 2017 dan Jaimerson Xavier pada 2018.

Lalu, ketika menangani Bali United, Teco memilih Leonard Tupamahu untuk mendampingi Pacheco pada 2019 dan 2021-2022. Teco juga mendatangkan pemain-pemain senior, seperti Ramdani Lestaluhu dan Hariono.

Tak ada yang salah jika tolok ukurnya adalah Liga 1. Maman dan Leonard terbukti menjadi kunci keberhasilan mengamankan tiga gelar Liga 1. Namun ketika bermain di level Asia, Persija dan Bali United tak bisa berbuat banyak.

Tim yang dibesut Teco juga terbilang memainkan strategi monoton. Persija dan Bali United dominan mendapatkan gol dari crossing serta bola mati. Dua kelebihan tim besutan Teco itu bisa dengan mudah dibaca tim-tim Asia.

Hobi Teco itu berbanding terbalik dengan Shin Tae-yong. Pelatih asal Korea Selatan ini pilih memainkan para pemain muda. Makanya, Pratama Arhan yang baru berusia 22 tahun sudah mencatatkan 42 caps bersama tim nasional senior.

Keputusan Shin Tae-yong terbukti tepat. Setelah berproses cukup lama, Indonesia membuat sejarah dengan lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023.

Indonesia tercatat menjadi tim termuda dengan rataan usia 23,88 tahun. Marselino Ferdinan menjadi pencetak gol termuda keempat dalam sejarah Piala Asia.

Pelatih Bali United, Stefano Cugurra Teco. (Bali United)

3. Kegagalan Simon McMenemy

Tak ada yang meragukan kualitas tim yang dipegang Simon McMenemy. Sama seperti Teco, Simon juga pernah merasakan gelar Liga 1 bersama Bhayangkara FC pada 2017 lalu.

Simon pun kemudian dipilih PSSI untuk menukangi Timnas Indonesia pada 2019. Ia dianggap lebih paham pemain dan budaya dari sepak bola Indonesia.

Namun, tak ada satupun suporter yang berharap situasi Timnas era Simon McMenemy terulang lagi. Era Simon dianggap sebagai sebuah kegagalan besar.

Dari tujuh pertandingan yang dia pimpin dari 1 Januari 2019 hingga 14 November 2019, Timnas Indonesia hanya menang dua kali. Dua kemenangan itu hanya diraih atas Filipina 2-0 dan Vanuatu 6-0.

Sementara lima laga lain berakhir dengan kekalahan memalukan. Indonesia kalah dari Malaysia 2-3, kalah 0-3 dari Thailand dan kalah 1-3 dari Vietnam. Dalam dua laga tandang, Indonesia dihajar Uni Emirat Arab 0-5 dan kalah dari Yordania 1-4.

Simon McMenemy dianggap terlalu memenuhi permintaan netizen soal pemilihan pemain. Dia memilih pemain yang menonjol di Liga 1 meski dari usia banyak yang tak lagi muda.

Kegagalan Simon menjadi salah satu bukti bahwa Liga 1 tak bisa dijadikan tolok ukur bersaing di Asia. Maka, Shin Tae-yong pun kini tak memilih pemain yang bersinar di Liga 1, salah satunya Stefano Lilipaly. (Laporan Kontributor Putra Wijaya)

Bagikan

Baca Original Artikel