Dalam menyanyikan sebuah lagu, ultras biasanya punya beberapa cara. Pertama dan paling sering dilakukan adalah mengikuti apa yang dinyanyikan capo. Pada cara tersebut, Capo terlebih dahulu menyanyikan sepenggal lirik lagu, kemudian para ultras mengikuti. Atau, cara lainnya adalah dengan saling berbalasan.

Biasanya, para ultras akan membagi diri menjadi dua bagian dan saling bersaut-sautan dalam bernyanyi. Dalam dunia musik, hal itu dikenal sebagai cresendo. Sekali lagi, cara-cara tersebut kembali mengaitkan ultras dengan orkestra.

Satu hal yang penting untuk dicontoh adalah soal koordinasi. Pada kultur ultras ada paham hierarki yang berjalan. Seluruh anggota dilarang membantah perintah dari pemimpin. Jika sudah seperti itu, tidak akan ada lagi anggota yang bertindak sesuka hati yang pada akhirnya merugikan diri sendiri atau tim.

Ultras Lazio

Memang benar, ultras juga punya beberapa budaya yang tidak layak untuk dicontoh. Misalnya open fight atau pertarungan dengan suporter lain. Open fight biasanya dilakukan antar dua kelompok suporter dengan jumlah yang sama dan tanpa menggunakan senjata apa pun.

Perkelahian tersebut mirip dengan olahraga bela diri mixed martial art. Itu artinya, lawan dinyatakan kalah bila sudah terjatuh dan tak mampu melakukan pertarungan. Penting untuk diingat, open fight masih punya batasan yaitu jangan sampai menghilangkan nyawa.

Dengan narasi tentang ultras yang ada di atas, kita harusnya sadar bahwa mendukung tim kesayangan bisa dilakukan dengan banyak cara tanpa merugikan siapa pun. Sebab, tidak ada kemenangan yang sepadan dengan nyawa.