Layaknya Kartini, Tania menembus batas dengan menekuni dua profesi sekaligus. Anggapan bahwa atlet hanya jago di lapangan adalah hal yang ingin didobrak Tania.

"Pada dasarnya, atlet itu mudah dibentuk. Seperti saya atau yang lainnya tentu sudah tahu bagaimana menjaga kedisiplinan dan membagi waktu. Kesempatan yang diberikan perusahaan juga membuat masa depan atlet menjadi lebih terjamin," tutur alumni SMA Negeri 70 tersebut.

Kartini mungkin tidak pernah berharap menjadi pahlawan nasional. Perjuangannya bahkan masih dianggap sepele jika dibandingkan dengan sosok lain macam Cut Nyak Dien.

Namun, satu yang perlu diingat, berjuang tak melulu soal berada di medan tempur dan angkat senjata. Berjuang juga bisa dengan duduk, menuangkan buah pikir, dan menyalakan api semangat yang tak akan pernah padam.*