Kesulitan Produksi Pemain

Melihat catatan buruk ini, muncul perbincangan soal apa yang menjadi penyebab. Salah satunya aturan 50+1.

Aturan 50+1 sendiri terkait dengan kepemilikan sebuah klub. Aturan ini dibuat untuk mencegah investor besar mengambil alih klub. Tidak sedikit yang menilai aturan ini membuat klub Bundesliga sulit mendatangkan investor kaya dari luar negeri. Yang dampaknya tentu dalam pesaingan mendapatkan pemain mahal.

Hal lain yang disebut menjadi penyebab adalah sulitnya mendapatkan talenta muda berbakat. Ini tentu mengejutkan jika melihat selama ini Jerman menjadi contoh dalam hal pembinaan pemain muda.

Tren pemain muda Inggris yang digaet klub-klub Bundesliga disebut menjadi bukti menurunnya standar produk akademi sepak bola Jerman.

"Ada masanya saat klub Inggris ngebet mendapatkan pemain muda Jerman. Tapi saat ini perkembangan pemain muda di akademi-akademi Inggris lebih bagus," ujar Michael Zorc, direktur olahraga Dortmund.

"Kami sebenarnya ingin menghasilkan pemain masa depan Jerman. Namun, untuk talenta yang benar-benar top, sulit mendapatkannya di Jerman," lanjut Zorc.

Tak Perlu Cemas

Muncul tanda tanya soal prinsip yang menjadi fondasi sepak bola Jerman. Fondasi yang selama ini menuai banyak pujian. Fondasi yang membawa Bayern Munchen dan Borussia Dortmund tampil di final Liga Champions 2013 dan menjadikan timnas Jerman kampiun di Piala Dunia 2014.

Baca Juga:

Jadon Sancho Berpotensi Jadi Pemain Termahal Inggris

Jadon Sancho Ungkap Alasan Tinggalkan Manchester City

Serge Gnabry
Serge Gnabry (@ChampionsLeague)

Saat itu, generasi baru pelatih di Bundesliga membuat kompetisi menjadi lebih menarik. Permainan menjadi lebih cepat, kuat, dan agresif. Semua itu didapat dengan kepemilikan klub ada di tangan suporter dan member.

Selang lima tahun kemudian, masuknya uang ke klub-klub Premier League mulai berdampak. Talenta-talenta Jerman diangkut ke Inggris. Tiga di antaranya berperan langsung pada terdepaknya klub-klub Jerman.

Yang pertama adalah Jurgen Klopp, pelatih produk Bundesliga menjadi otak tersingkirnya Bayern. Sedangkan dua talenta lain adalah Leroy Sane dan Ilkay Gundogan yang bersama Man City menghantam Schalke.

Jika dilihat lebih dalam, sepak bola Jerman sejatinya tidak perlu panik. Bisa dikatakan catatan buruk ini adalah rintangan sementara. Pasalnya, jika diperhatikan, klub-klub Jerman saat ini tengah berada di masa transisi.

Ya, Bundesliga saat ini sedang membangun kembali dengan generasi baru. Di Bayern misalnya, musim depan mereka dipastikan akan merombak skuat dengan yang lebih segar. Era Arjen Robben dan Franck Ribery sudah berakhir. Kini Bayern akan membangun tim yang dimotori Joshua Kimmich, Niklas Sule, Serge Gnabry, dan Leon Goretzka.

Hal serupa terjadi di Dortmund dan klub-klub Bundesliga lainnya. Bahkan Dortmund hingga saat ini masih dalam tahap awal proses transisi. Ya, menjadi juara Bundesliga atau berbicara banyak di Liga Champions sejatinya bukanlah target utama Dortmund musim ini.

Jika di awal masa transisi saja mereka sudah cukup menakutkan, bisa dibayangkan bagaimana saat proses sudah selesai.

Tidak dimungkiri, setahun terakhir sepak bola Jerman ada di titik bawah. Namun, dengan perencanaan yang apik tidak ada yang perlu dicemaskan.