Steven pantang membuat Inter Milan jatuh ke dalam dosa yang sama seperti pada era Moratti. Rasa sayang yang begitu besar kepada Inter justru menjadi bumerang. Belum lagi, cita-cita memiliki stadion pribadi yang masih sebatas mimpi.
Setiap langkah yang diambil harus dalam perhitungan yang akurat agar tak tergelincir pada ujungnya. Apalagi, saat ini Inter sedang dalam fase menanjak setelah beberapa tahun jalan di tempat.
Mauro Icardi dan kawan-kawan kembali unjuk gigi di Liga Champions usai menempati posisi keempat klasemen musim lalu. Sejauh ini, lajunya pun cukup baik. Inter menduduki peringat kedua klasemen Grup B dan berpeluang menemani Barcelona ke fase gugur.
Sementara itu, di Serie A, meski masih tertinggal beberapa langkah dari Juventus, Inter mulai tampil konsisten. Tujuh pertandingan dilibas dengan kemenangan. Walhasil, Milan Skriniar dan kolega nangkring pada posisi kedua klasemen sementara.
Mulai sekarang, hari-hari Steven Zhang sudah berubah, ia bukan lagi bocah ingusan yang menikmati hidup mewah. Steven menjadi nakhoda yang menjadi penentu arah berlayar kapal yang bernama Inter Milan.
Moratti pernah berkata seseorang akan dengan cepat mencintai klub jika ditunjuk menjadi presiden. Dengan untaian kalimat yang keluar dari mulut Steven pada bagian atas tulisan ini tentu hal itu sudah tercermin.
Kini, Steven perlu menjiplak cinta sejati Donald Bebek untuk Inter Milan yang sudah bertahan lebih dari 80 tahun. Sebab, cinta sejati adalah bukan dari kapan itu dimulai, tetapi sampai kapan itu berakhir.
Selamat bertugas Steven Zhang!