6. Srdjan Lopicic

Srdjan Lopicic saat diperkenalkan Arema Februari 2016. (Twitter Arema)

Karier Srdjan Lopicic selama membela Arema sama halnya dengan Goran Gancev. Nyaris double winner pada dua turnamen selama 2016, tak membuatnya aman dari pencoretan.

Kebijakan setiap klub merekrut Marquee Player menjadi alasan Arema mendepak gelandang agresif berpaspor Montenegro tersebut. Aji Santoso lebih memilih Juan Pablo Pino, eks Galatasaray dan AS Monaco pada komposisi lini tengahnya di Liga 1 2017.

Namun demikian, kiprahnya di Arema tidak bisa dilupakan begitu saja. Lopicic turut membantu Arema memenangi gelar turnamen pengisi masa kevakuman setelah lepasnya Indoensia dari sanksi FIFA.

Prestasi di Arema :

- Juara Bali Island Cup 2016

- Semifinal Piala Gubernur Kaltim 2016

- Juara Piala Bhayangkara 2016

- Runner-up ISC A 2016

7. Toni Mossi

Toni juga hadir bersama koleganya, Kiko Insa sebagai satu paket legiun asing asal Spanyol. Playmaker stylist ini lalu sempat menjadi idola Aremania, yang merindukan sosok Gustavo Lopez, yang bertipikal sama pada musim 2014 lalu.

Sama halnya seperti Kiko, alumni tim junior Valencia, Villareal dan Atletico Madrid itu juga statunsya batal dipermanenkan Arema. Kiko dipinjamkan ke Bali United, sedangkan Toni Mossi berstatus serupa di Madura United pada helatan ISC 2016.

Prestasi di Arema :

- Babak Semifinal Piala Presiden 2015

- Babak Semifinal Piala Jenderal Sudirman 2015

8. Leo Chitescu

Leo Chitescu datang sebagai solusi dari minimnya Produktivitas gol yang dicatat Arema kala memasuki paruh musim kompetisi ISL 2008/2009 silam. Namun, ia jutsru menjadi peramai komposisi pemain asing hanya dua pertandingan saja.

Dua kekalahan beruntun dari Persik Kediri (0-1) dan Sriwijaya FC (0-4) pada awal putaran kedua, menjadi pemicunya. Tim Singo Edan kemudian melepas Leo dan mendaratkan Chmelo Roman yang justru menjadi solusi sebenarnya.

Chitescu sendiri dipilih Arema berkat pengalamannya beradaptasi dengan kompetisi Indonesia, bersama PSM Makassar (2007/2008) dan Persib Bandung (2008). Namun, aksi cemerlang eks pemain CFR Cluj di Liga Romania itu bahkan tak lebih baik dari deretan gelandang lokal Arema.

Prestasi di Arema : -

9. Marko Krasic

Dejan Antonic sebetulnya sudah menyusun proyeksi tim jelang turun di Piala AFC 2012 silam. Namun, hengkangnya sejumlah pemain lokal maupun asing, membuat Dejan mesti mencari pemain yang paham dengan karakternya.

Jadi lah, Marko Krasic hadir di lini tengah Arema Indonesia pada paruh musim kompetisi IPL. Latar belakang Marko sebagai sepupu Milos Krasic, pilar Juventus asal Serbia waktu itu, menjadi satu-satunya penanda publik Malang menandai keberadaan Marko Krasic.

Meski hanya separuh musim, debutnya di Indonesia lumayan baik setelah membawa Arema Indonesia nyaris menjuarai IPL. Sementara di AFC Cup, Marko nyaris berlaga di babak semifinal setelah dikandaskan Al-Ettihaq Saudi Arabia pada dua leg peetemuan babak perempat final.

Prestasi di Arema :

- Tiga besar kompetisi IPL 2011/2012

- Babak 8 Besar AFC cup 2012

10. Chmelo Roman

Chmelo awalnya datang sebagai pelengkap kuota pemain asing Arema Malang, yang merombak besar-besaran pada paruh kompetisi ISL 2008/2009 silam. Pemain Slovakia ini menggantikan tempat Leo Chitescu, pilar Romania yang hanya dites pada dua laga awal paru kedua.

Namun, kariernya kemudian mengkilap bersama tim Singo Edan. Sempat kurang bersinar di setengah tahun pertama, namun namanya melejit pada tiga tahun berikutnya.

Chmelo Roman menjadi bagian dari tim besutan Robert Rene Alberts yang merajai kompetisi ISL musim 2009/2010 lalu. Kiprahnya kemudian dilanjutkan di Liga Champions Asia musim berikutnya.

Roman pun mengakhiri musimnya secara gemilang bersama Arema yang bertempur di kompetisi IPL musim 2011/2012 lalu. Ia sukses membawa tim Singo Edan finis di babak perempat final AFC Cup bersama skuat Dejan Antonic.

Prestasi di Arema :

- Juara ISL 2009/2010

- Babak Kualifikasi LCA 2010/2011

- Runner-up ISL 2010/2011

- Babak 8 Besar AFC Cup 2011/2012

11. Sylvano Comvalius

Sylvano Comvalius dan Makan Konate. (BolaSkor.com/Kristian Joan)

Kehadiran Sylvano Comvalius sempat digadang-gadang akan menambah ketajaman lini serang Arema FC, jelang dimulainya Liga 1 musim 2019. Sayang, striker berpaspor Belanda itu gagal mencapai prestasi tinggi.

Padahal, predikatnya cukup mengkilap di Indonesia, setelah meraih trofi top skorer Liga 1 musim 2017 dengan 37 gol kala membela Bali United. Namun setelah hengkang ke Asia Tenggara, produktivitasnya menurun tajam.

Comvalius tak mencatat satu gol pun dari 7 pertandingan Liga Primer Thailand bersama Suphanburi, dan hanya mencetak 1 gol membela Kuala Lumpur FA di Liga Super Malaysia. Progres lumayan baik kemudian dialaminya membela Arema FC, meski hanya 5 gol dari 27 caps hingga akhirnya membela Persipura musim ini.

Prestasi di Arema :

- peringkat 9 Liga 1 2019

(Laporan Kontributor Kristian Joan/Malang)