Permainan United juga monoton dan tidak terarah. Persis seperti yang dikatakan eks manajer United medio 2016-2018, Louis van Gaal, melalui teori yang memperlihatkan taktik Solskjaer saat ini sangat defensif seperti halnya Mourinho.

"Saya telah menyaksikan tim, karena saya selalu melihat United dan masih menantikannya, dan Ole parkir bus melawan Arsenal. Dia melakukannya lagi melawan Tottenham di liga, begitu juga saat melawan Paris Saint-Germain (PSG) dan Barcelona di Liga Champions," tambah Van Gaal.

"Dia bermain melawan seluruh tim besar seperti itu. Empasisnya lebih bertahan ketimbang ofensif atau menginginkan sepak bola yang dominan. Saya sesungguhnya menyebut itu parkir bus. Ole tidak melakukannya di luar area 18 meter. Dia parkir bus tepat di depan David De Gea."

"United telah memainkan anti-sepak bola, seperti yang telah saya katakan, tapi saya pikir Ole tidak takut memainkan taktik parkir bus - dia lebih defensif daripada yang Anda pikirkan."

"Ketika United bermain dengan cara itu, mereka bermain 4-4-2 dan memainkan serangan balik dengan Marcus Rashford dan Romelu Lukaku. Mereka berjudi kepada kecepatan kedua pemain itu karena mereka lebih cepat dari lawan ketika memiliki ruang," terangnya.

Permainan Man United terlalu defensif dan mengandalkan serangan balik

Nasi telah menjadi bubur. Man United sudah terjebak dalam sindrom caretaker lelaki yang merupakan legenda klub, manajemen menunjuknya karena fans menyukainya, dan kini sudah menjadi tugas mereka untuk terus mendukung Solskjaer dengan durasi kontrak yang diberikan (tiga tahun).

Solskjaer, yang selalu dikenal dengan reputasinya sebagai Baby Face Assassin, kepribadian yang tenang dan kalem, juga telah memberi peringatan tegas kepada anak-anak asuhnya: tingkatkan performa atau pergi di musim panas mendatang.

"Anda harus bertanya kepada mereka. Saya telah bertanya kepada mereka. Tentu saja jika Anda ingin bermain di klub ini, Anda harus memberikan hal yang lebih lagi," tegas. Solskjaer.

"Saya ingin tim saya jadi tim pekerja keras terhebat di liga, itulah kami di bawah asuhan Sir Alex (Ferguson) - (Ryan) Giggs, Becks (David Beckham), Gary Neville, Denis (Irwin) - tidak peduli seberapa banyak talenta yang Anda miliki, Anda berlari lebih banyak dari pemain lainnya."

"Anda tak bisa mengubah keseluruhan skuat Anda. Satu langkah tiap waktunya. Saya akan sukses di sini dan ada pemain-pemain yang tidak akan jadi bagian kesuksesan itu," urainya.