Penantian Panjang Il Grande Torino Jilid 2

Torino masih tampil terseok-seok di Serie A. (Thesefootballtimes)

Jika Mazzola meraih kesuksesan bersama Inter Milan, lantas, bagaimana nasib Torino? Tidak seperti Manchester United yang berhasil bangkit setelah tragedi kecelakaan pesawat di Munich, Torino justru masih dalam tidur panjang.

The Red Devils mampu memenangi Piala Eropa sekitar 10 tahun setelah tragedi kecelakaan dengan bermaterikan beberapa pamain bintang seperti Denis Law dan Sir Bobby Charlton.

Sementara itu, kondisi berbanding 180 derajat ditunjukkan Il Granata. Pada 2005, Torino dinyatakan bangkrut dan terdegradasi ke serie B. Kejadian tersebut membuat para petinggi klub memutuskan untuk mengganti nama menjadi Torino Football Club.

Sejak kejadian Superga, Torino hanya satu kali memenangi Serie A pada 1976. Selain itu, klub yang bermarkas di Stadio Olimpico Grande Torino tersebut hanya menjadi klub medioker dan tampil terseok-seok.

Performa Torino mulai stabil pada era Gian Piero Bentura yang menakhodai Andrea Belotti dan kawan-kawan sejak 2011 hingga 2016. Ventura adalah ahli taktik yang terampil dan terkenal dengan formasi 4-2-4 yang dapat berubah menjadi 3-5-2, taktik klasik yang beken di Italia pada masa lampau.

Setelah Ventura, tongkat estafet kepelatihan berganti dari Sinisa Mihajlovic ke Walter Mazzari, pelatih Torino saat ini.

Bagi Anda yang masih mengingat Liga Europa 2014-2015, Torino penah menembus babak 16 besar. Meski akhirnya harus kalah dari Zenit Saint Petersburg dengan agregat 2-1, namun performa wakil Italia tersebut cukup apik.

Positifnya, bisnis Torino di bursa transfer bisa dibilang cukup menjanjikan. Mendatangkan pemain dengan dana minim, Torino berhasil melepasnya dengan harga berkali-kali lipat.

Contohnya adalah Alessio Cerci dan Matteo Darmian. Kedua pemain tersebut dilepas ke klub peminat dengan harga yang cukup tinggi. Menurut kabar yang beredar, Torino mendapatkan 12,7 juta pounds dari Manchester United terkait transfer Darmian.

Satu di antara kerinduan terbesar bagi suporter Torino adalah bersaing dengan saudara satu kota, Juventus. Mungkin kenangan yang masih segar dalam ingatan para suporter adalah ketika mengalahkan Juventus pada Copa Italia 2015. Kemenangan tersebut menjadi yang pertama sejak musim 1994-1995.

Mungkin suatu hari nanti, kita dapat melihat laga Derby Della Mole sebagai pertandingan penentu pemenangan Serie A atau setidaknya dapat menyaingi Derby Madonnina dalam hal daya tarik dan pendapatan.

Selain itu, tentu suporter Torino masih bermimpi untuk mengulangi pencapaian pada Il Grande Torino jilid satu, seperti apa yang pernah ditorehkan Valentino Mazzola, Ernest Erbstein dan Gigi Meroni. Alziamoci Torino! Forza Torino!

Kegagalan dalam kehidupan umumnya terjadi pada orang yang tidak menyadari seberapa dekatnya mereka dengan kesuksesan di saat mereka menyerah. - Thomas A. Edison

Non Mollare Mai Torino!