Skuat Persib Bandung saat hadapi Persis Solo di Perserikatan 1932. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

Sepak Bola Hindia Belanda Runyam dan Persib Mulai Merajai Kota Bandung

Di sisi lain, pertikaian terjadi di BVB, hingga melahirkan dualisme dengan terbentuknya Bandoengsche Voetbal Unie (BVU) pada tahun 1934. Namun keduanya sepakat menghentikan pertikaian dengan membentuk Bandoeng Voetbal Bond yang kemudian berganti nama menjadi Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken (VBBO) pada tanggal 15 Desember 1935.

Pada tahun 1936, Persib sudah mulai bersaing dengan VBBO untuk memperebutkan kekuasaan Kota Bandung lewat sepak bola. Kompetisi para bond naungan tetap berjalan.

Persib mempunyai klub anggota seperti SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, Malta, dan Merapi. Kompetisi per tahun di jalankan dengan menggunakan lapangan Tegallega dan Ciroyom, yang merupakan warisan BIVB.

Sementara itu, VBBO mempunyai kompetisi klub anggota yang dihuni UNI, SIDOLIG, Jong Ambon, Sparta, dan masih banyak lagi. Semua klub anggota VVBO juga masih menjalankan kompetisi warisan BVB.

"Di awal berdirinya, Persib cuma 11 anggota. UNI dan SIDOLIG masih masuk Belanda. Para anggota Persib bermain di Tegallega dan Ciroyom. Belanda main di alun-alun. Dulu 11 anggota mempunyai tiga tim. Divisi Utama, satu, dan dua. Tidak berdasarkan umur dan hanya kelas," kata Wartawan Senior Bandung, Endan Suhendra.

"Mereka berkompetisi. Bond itu tidak punya pemain. Persib dan VBBO mencari pemain dari klub-klub anggotanya. Dulu klub anggota Persib iuran untuk membiayai tim. Di awal-awal berdiri begitu," lanjut Endan.

Memasuki era penjajahan Jepang, bond-bond di daerah Indonesia mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Olah Raga Indonesia (PORI).

"Tahun 1942 kegiatan olahraga seizin Jepang. Sebenernya sepak bola masih ada. Namun, atas penguasaan Jepang. Sesudah kemerdekaan, baru di tahun 1948, sepak bola ada lagi, Persib ada laga melawan Persija ketika itu," ungkap Endan.

Persib pun baru bisa menjuarai Perserikatan pada tahun 1937. Persib kala itu mengalakan Persis Solo dengan skor 2-1 di Stadion Sriwedari, Mei 1937. Persib kala itu diperkuat jasin, Arifin, Koetjid, Edang, Ibrahim Iskandar, Saban, Soegondo, Dimjati, Adang, Ana, dan Djadja.

Sementara itu, VBBO mampu menjadi runner-up NIVU (Federasi Sepakbola Kolonial Belanda) pada tahun 1938 dan 1939. "Persaingan lebih nasionalis, saya pribumi dan setara dengan mereka. Walaupun sempat terpinggirkan mainnya," kata Endan yang juga merupakan pengepul arsip sejarah Persib.

Kemerdekaan Republik Indonesia turut berpengaruh dalam dunia persepak bolaan Tanah Air. Seluruh klub pribumi mulai mendapat perhatian dominan, termasuk Persib.

"Sepak bola Belanda yang tergabung dalam VBBO mulai kalah bersaing. Mula-mula kekurangan penonton yang 'karena alasan politis' memilih nonton di pinggiran (Persib)," kata Alm Rachmatullah Ading Affandie (RAF) dalam buku Lintasan Sejarah Persib karangan R. Risnandar Soendoro.

Namun, sepak bola Belanda hidup kembali seiring dengan adanya Agresi Militer pertama dan kedua yang dimulai pada tahun 1947-1948. Hal itu ditandai dengan lahirnya PSBS (Persatuan Sepak Bola Bandung dan Sekitarnya). Belanda sengaja memberi nama PSBS untuk mengelabuhi masyarakat bahwa ini merupakan klub sepak bola pribumi.

Akan tetapi, taktik itu tidak berhasil. PSBS perlahan hilang karena Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto dan de jure. Selanjutnya, para bond di bawah naungan PSBS (dahulu bernama VBBO) bergabung ke keanggotaan Persib.

"Sepak bola Sinyoh (Belanda) telah hidup kembali dengan lapangan elite, UNI, SIDOLIG, dan Sparta," kata Alm RAF dalam buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.

"Kemudian para pemainnya tergabung dengan Persib. Sampai akhirnya bertekuk lutut mengajak fusi dengan PSSI," ujar Alm RAF dalam buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.

"Ada perbedaan antara kota-kota dalam proses fusi dengan perkumpulan Belanda. Kalau di Jakarta, Medan, Surabaya, fusi terasa benar hingga Persija, Persebaya, Medan, pemain dan pengurusnya 90 persen berasal dari tim Belanda. Tapi di Bandung, tidak ada fusi. VBBO praktis membubarkan diri dan perkumpulan-perkumpulannya mendaftarkan diri ke Persib. Dalam tim Persib sedikit sekali pemain yang berasal dari VBBO. barangkali pada permulaannya hanya Freddy, Wagiman, Ong Boen Jin, Lepel. Yang lainnya pemain asli Persib, sehingga orang-orang lapangan Cilentah, tegallega, atau Cibuntu tidak pangling," tambahnya.

Para Bond Persib Bandung saat bertanding. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

Alhasil, Persib mampu menggunakan lapangan SIDOLIG dan alun-alun yang sebelumnya dikuasai para bond Hindia Belanda.

"Dahulu memang setelah pasca kemerdekaan ada keharusan satu kota hanya punya satu bond sepak bola. Maka dari itu namanya Perserikatan," ujar Endan.

"Mereka gabung ke Persib. Ada Uni, Sidolig, Jong Ambon, dan yang lainnya bubar. Pemainnya masih campuran, Persib main di Kerjurnas 1950 masih ada Belanda. Persib masih bermain di Tegalega dan Ciroyom. Setelah UNI dan Sidolig gabung, ada andilnya Persib main di kota. Itu dua klub besar di dua kompetisi Belanda. Persib menang persaingan dengan klub Belanda," kata Endan.

Persib pun mulai dikenal banyak orang. Tak hanya dari Bandung, orang-orang di Jawa Barat datang ke Bandung untuk melihat Persib bertanding. Persib pun mulai menjelma sebagai klub kebanggaan Kota Bandung.

"Kita dari UNI dulu melalui kompetisi, baru masuk Persib dari 1962-79. UNI lahirnya 1903, waktu itu masih Belanda, kita akhirnya masuk Persib," kata Max Timisela.

"Saya mainnya di alun-alun. Suasana ramai, di alun-alun pusat kota jadi banyak yang nonton. Fanatisme daerah besar sekali. Sudah mulai terasa fanatisme kebanggaan Persib sebagai klub kebanggan Jawa Barat masyarakat datang dari daerah-daerah," tambah Max.

Selanjutnya, Persib menggunakan Stadion Siliwangi (lapangan Sparta dahulunya). Penggunaan Stadion Siliwangi tidak terlepas dari kepengurusan Persib yang dihuni beberapa anggota Kodam Siliwangi ketika itu.

"Kalau Siliwangi baru tahun 1960-an. Banyak pengurus dari Kodam Siliwangi. Termasuk bapaknya Risnandar, veteran tentara (R. Soendoro), pernah jadi ketua umum Persib," kata Endan.

Persib akhirnya menjadi juara Perserikatan pada musim 1959/1961, setelah 24 tahun puasa gelar. Tim Maung Bandung berhasil menyingkirkan para klub Perserikatan macam Persija Jakarta, PSM Makassar, Persis Solo, dan PSMS Medan. PSM Makssar menjadi runner-up di bawah Persib dengan sistem grup.

Lanjut Baca lagi