“Saya telah bekerja keras dalam jangka waktu panjang di dalam tim untuk memiliki kesempatan seperti ini dan setelah dua tahun di timnas, saya ingin memanfaatkan tiap menitnya (Saul bermain),” tegas Saul dalam pernyataan yang seolah mendeklarasikan bahwa dirinya akan jadi pemain tengah andalan Spanyol.

Pemain Multifungsi

Pesepakbola versatile atau serba bisa sudah biasa ditemui di era sepak bola modern. Pemain yang dapat memerankannya akan selalu jadi pemain favorit pelatih. Pemain yang bisa bermain di satu-dua posisi berbeda sudah bagus di mata pelatih, apalagi jika tujuh peran berbeda? Luar biasa tentunya.

Saul sepanjang kariernya pernah bermain sebagai bek tengah, penyerang, gelandang kiri, kanan, tengah, gelandang bertahan dan juga serang. Kala dipinjamkan Atletico Madrid ke Rayo Vallecano pada musim 2013-14, Saul berperan sebagai bek tengah.

Hal itu membantunya dalam insting bertahan, memudahkan Diego Simeone (pelatih Atletico) dalam menjalankan filosofinya di klub: rapat dan kuat ketika bertahan, efisien kala menyerang. Saul, yang memulai debut dengan Atletico pada 2012 di usia 17 tahun, sudah dijajal di seluruh posisi di lini tengah oleh Simeone.

Di antara peran kedua sisi sayap atau tengah permainan, Saul lebih dapat memaksimalkan potensinya ketika ditempatkan sebagai gelandang box to box – seperti perannya kini di Spanyol. Kemampuan fisiknya dapat membantu tim ketika bertahan, dan insting menyerangnya dapat menjadi solusi alternatif tim mencetak gol.

Pemain kelahiran Elche, 21 November 1994 pernah menjadi perbincangan besar di Eropa ketika ia meliuk-liuk melewati satu-empat pemain Bayern Munchen di Liga Champions 2015-16 dan menceploskan si kulit bundar, membawa Atletico ke final.

Sejak momen tersebut, pemberitaan soal Saul naik-turun karena ia memang pemain underrated yang jarang masuk lini masa media Eropa. Namun di mata fans, pemain, dan pelatih Atletico, Saul merupakan kapten masa depan tim. Barangkali, fans timnas Spanyol juga merasakan hal yang sama saat ini.