Menapaki Jalur yang Sama dengan Zizou

Solari menapaki jalur yang sama dengan Zidane ketika ditunjuk melatih Madrid: dipromosikan dari Real Madrid Castilla. Selain itu, Solari sedianya pemain yang bagus di Madrid pada medio 2000-2005, hanya saja ia tertutup bayang-bayang Los Galacticos yang menyoroti Zidane, David Beckham, Roberto Carlos, Ronaldo (Ronaldo-nya Brasil).

Jika Anda melihat gol legendaris Zidane di final Liga Champions 2001-02 melawan Bayer Leverkusen, maka Anda seharusnya tahu bahwa Solari yang mengawali proses serangan Madrid. Selama ini, Solari selalu ada di bawah bayang-bayang Zidane. Tapi, dia tetaplah legenda Madrid.

Para pemain di ruang ganti Madrid saat ini barangkali tahu, Solari, sama seperti Zidane, patut disegani dengan kesuksesannya sebagai pemain di masa lalu dan paham betapa sulitnya bermain sepak bola. Solari juga mengenal dapur Madrid karena ia sudah bermain 167 kali dan mencetak 16 gol.

“Saya hanya bisa memikirkan pertandingan berikutnya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya hanya bisa melihat satu tautan waktu dalam periode yang ada. Saya tidak berpikir itu salah. Sepakbola adalah pertandingan instan, jadi yang terpenting adalah laga berikutnya,” ucap Solari menanggapi tiga kemenangan beruntun yang diraihnya, serta membahas masa depannya di Madrid.

Beberapa perubahan yang diberikannya juga positif dan tidak menjadi eksperimen gagal. Solari melakukan hal yang tidak dilakukan Lopetegui: memainkan Vinicius Junior lebih sering dan memercayai Sergio Reguillon dan Alvaro Odriozola untuk jadi full-backs Madrid.