Pertaruhan gengsi di antara Dortmund dan Schalke pun kian memanas. Kini suporter Schalke tak bisa lagi menyombongkan klub pujaannya dihadapan suporter Dortmund.

Rivalitasnya kedua tim kian memanas saat Bundesliga mulai digulirkan pada tahun 1963. Pertemuan Dortmund dan Schalke selalu berlangsung dalam tensi tinggi setiap musimnya.

Namun salah satu yang terpanas terjadi pada musim 1971-1972. Schalke mampu mengalahkan Dortmund dan menyebabkan sang rival terdegradasi.

Kubu Schalke dan suporternya sangat puas dengan situasi ini. Sementara kubu Dortmund tentu diselimuti rasa kebencian yang amat tebal.

Namun bermain di beda divisi membuat rivaitas kedua tim sedikit mereda. Pada tahun 1974, Schalke bahkan rela membantu Dortmund yang saat itu terlilit hutang karena terdegradasi.

Schalke rela memenuhi undangan Dortmund untuk melakoni partai persahabatan dalam peresmian Stadion Westfalen yang dibangun dalam rangka Jerman menjadi tuan rumah Piala Dunia 1974.

Schalke rela menyerahkan seluruh hasil keuntungan tiket pertandingan tersebut kepada Dortmund. Sebuah aksi penuh sportivitas.

Dortmund sempat membalas kebaikan Schalke tersebut pada tahun 2001. Saat itu mereka memenuhi undangan Schalke untuk melakoni laga persahabatan dalam rangka peresmian kandang baru mereka, AufSchalke Arena yang kini berganti nama menjadi Veltins Arena.

Sayangnya aksi terpuji yang melibatkan kedua tim itu bisa dihitung dengan jari. Selebihnya hubungan Dortmund dan Schalke dipenuhi kebencian.

Schalke kembali membuat kubu Dortmund meradang saat mengalahkan rivalnya tersebut dengan skor 5-2 pada musim 1990-1991. Kekalahan tersebut membuat Dortmund harus kehilangan gelar Bundesliga karena pada klasemen akhir kalah selisih gol dari Stuttgart.

Situasi terbalik terjadi pada musim 2006-2007. Ambisi Schalke meraih trofi Bundesliga pertamanya digagalkan oleh Dortmund.

Saat itu Schalke tengah bersaing ketat dengan Stuttgart dan Werder Bremen di puncak klasemen. Namun mereka harus bertandang ke markas Dortmund saat Bundesliga tersisa dua laga.

Dortmund mampu mengalahkan Schalke dengan skor 2-0. Gelar juara pun pada akhirnya jatuh ke tangan Stuttgart.

Kegagalan Schalke meraih satu pun gelar juara Bundesliga menjadi sebuah ejekan yang disuarakan suporter Dortmund hingga saat ini. Hal ini hampir sama dengan ejekan suporter Manchester United kepada Liverpool.

Schalke memang pernah tujuh kali menjuarai liga divisi teratas. Namun tidak satupun trofi itu diraih pada era Bundesliga.

Sementara Dortmund sudah memiliki delapan gelar divisi teratas. Lima diantaranya merupakan trofi Bundesliga.

K

Suporter Dortmund kerap membentangkan spanduk bertulis "Seumur hidup tanpa perisai di tangan Anda" saat Revierderby berlangsung. Hal itu sebagai ejekan kepada Schalke yang tak memiliki trofi Bundesliga yang berbentuk perisai.

Rivalitas ini semakin lama semakin panas. Munculnya kelompok suporter garis keras membuat persaingan berubah menjadi permusuhan yang berujung kekerasan.

Kebencian yang mendarah dagingRivalitas Dortmund dan Schalke pada akhirnya melibatkan semua penduduk di kota tersebut. Ada sebuah aturan tak tertulis yang mengikat bahwa Dormund dan Gelsenkirchen adalah kota terlarang bagi masing-masing kubu.

Suporter Schalke tak akan bekerja atau tinggal di Dortmund, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya.

Saking bencinya, kedua kubu enggan menyebut nama rivalnya itu dengan nama yang benar. Kubu Schalke menyebut Dortmund sebagai "Northern Ludenscheid" sedangkan suporter Dortmund menamai Schalke dengan sebutan "South Gladbeck" dan keduanya bermakna merendahkan.

Kebencian mendarah daging ini pada akhirnya sampai kepada pemain. Tidak ada pesepak bola kelahiran Dortmund yang mau bermain untuk Schalke dan sebaliknya.

“Ada dua pertandingan bagi kami yang sangat penting dalam satu tahun, aitu pertandingan (kandang-tandang) melawan Schalke,” kata Marco Reus, pemain Dortmund, seperti dikutip dari situs Bundesliga.

Sementara Julian Draxler yang lahir di Gelsenkirchen menolak mentah-mentah penawaran untuk bermain di Dortmund. Pemain yang kini membela PSG itu mengaku mungkin akan melakukannya jika otaknya dicuci terlebih dahulu.

Rivalitas yang sudah mendarah daging ini membuat Revierderby begitu menarik untuk disaksikan. Bukan hanya oleh suporter kedua kubu tapi juga penonton netral.

Hal ini yang membuat Revierderby lebih panas ketimbang Der Klassiker yang mempertemukan Bayern Munchen kontra Borussia Dortmund. Der Klassiker dianggap hanya buatan media karena rivalitas ini sangat tergantung dari performa kedua tim di lapangan.

Dalam setiap Revierderby, Tak terlalu penting bagaimana penampilan Dortmund dan Schalke di kompetisi. Keduanya tetaplah rival utama di lapangan.

Revierderby akan kembali berlangsung akhir pekan nanti. Pertemuan Dortmund dan Schalke menjadi laga pembuka Bundesliga di tengah pandemi virus corona.

Protokol ketat yang diterapkan membuat mereka tak bisa leluasa mengekspresikan rasa bencinya kepada lawan di lapangan. Atmosfer pertandingan juga akan berbeda karena suporter kedua tim dilarang datang ke stadion.

Menarik bagaimana para pemain kedua tim menyikapi situasi ini. Apakah tensi tinggi tetap terjadi atau mereka akan lebih kalem karena gerak-gerik mereka dibatasi? Kita tunggu saja.