Bangun Iklim Persaingan

Guardiola menjadikan persaingan internal sebagai alat memicu para pemainnya. Dengan kata lain, dia selalu mendapatkan pemain dalam kondisi siap memperlihatkan kemampuan terbaik.

"Satu-satunya masalah yang dipunyai Riyad Mahrez musim lalu adalah manajer tak memilihnya. Karena kami punya pemain lebih baik di depannya, Bernardo," ujar Guardiola.

"Kadang mereka harus bertarung. Jadi saat ini Bernardo akan berpikir, 'wow Riyad main'. Dia akan memacu dirinya. Ini adalah satu-satunya cara menjaga konsistensi," tutur Guardiola.

"Gabriel kembali dengan kecepatan dan energi yang luar biasa. Jadi saat ini Sergio berpikir dia harus selalu berada dalam performa top. Ini cara untuk mempertahankan level. Inilah alasannya."

"Inilah satu-satunya cara. Para pemain harus bermain bagus untuk mendapatkan respek dari pemain lain. Ini satu-satunya cara yang saya tahu sebagai manajer," lanjut Guardiola.

Sebagai manajer, Guardiola memang menjadi salah satu yang terbaik dunia. Dari sisi taktik dia sangat mumpuni. Tentu, tak sedikit yang mengatakan sukses Guardiola tak lepas dari sokongan dana yang membuatnya bisa mendapatkan pemain yang diinginkannya.

Riyad Mahrez
Pep Guardiola dan Riyad Mahrez (Twitter)

Namun, sejarah membuktikan tidak selamanya memiliki banyak pemain hebat berbanding lurus dengan prestasi. Guardiola memiliki kepercayaan kepada semua pemain, ya semua pemain. Itu merupakan faktor penting dari sukses Guardiola.

"Semua pemain harus mengetahui bahwa saya mempercayai mereka," kata Guardiola.

"Selama empat musim tak ada satu pun pemain yang saya tak sukai. Saya percaya mereka. Mereka akan bersaing satu sama lain. Mereka harus bertarung menghadapi lawan, itu pasti. Tapi, mereka harus bersaing satu sama lain."

Bukti sudah terpampang. Man City tidak pincang saat kehilangan Vincent Kompany. Serangan City masih mematikan meski lama tak diperkuat Kevin de Bryune. Sukses City tak tergantung kepada satu pemain.

Kemenangan atas West Ham merupakan yang ke-15 secara beruntun di Premier League sejak dikalahkan Newcastle pada akhir Januari lalu. Dari 15 laga itu, City selalu memainkan skuat berbeda.

Sebagai pembanding, musim lalu Liverpool memainkan Alisson, Virgil van Dijk, Andy Robertson, Sadio Mane, dan Mohamed Salah 35 kali dari total 38 laga Premier League. Di Man City, tak ada satu pemainpun yang tampil dengan jumlah laga sebanyak itu.

Dalam era sepak bola dengan agenda padat, rotasi sangat diperlukan. Namun, banyak yang menjadikan kondisi fisik pemain sebagai alasan rotasi. Rotasi juga acap dipakai sebagai tuntutan taktik pada laga tertentu.

Namun, rotasi tak akan menuai hasil maksimal jika pemain yang dimainkan tak tampil optimal atau tampil tanpa motivasi. Hal ini yang tak dialami Guardiola.