Setelah 18 tahun berada di era Massimo Moratti dan sukses meraih treble winners pada 2010, bersama Jose Mourinho, Inter Milan memasuki era baru.
Pada 2013 Erick Thohir dengan perusahaannya, International Sports Capital, datang dan membeli 70 persen saham Inter dari Moratti.
Perlahan, tiga tahun berlalu dan Moratti melepas saham sepenuhnya Il Nerazzurri kepada Erick Thohir dengan perusahaan lainnya, Nusantara Sports Ventures HK Limited, sebesar 60 juta euro.
Di bawah Erick Thohir, Inter memasuki fase-fase sulit bermain konsisten dan juga kerap berganti pelatih dari Andrea Stramaccioni, Walter Mazzarri, Roberto Mancini, Frank de Boer, Stefano Vecchi, Stefano Pioli, hingga Luciano Spalletti.
Posisi terbaik Inter dengannya adalah posisi empat Serie A pada musim 2015-2016 dan 2017-2018, sementara untuk posisi terburuk terjadi kala Inter berakhir di urutan sembilan pada 2012-2013 (terparah sejak 1974-1975).
Ironisnya, Inter sempat diisukan bangkrut karena keuangan yang tidak stabil sebelum Erick Thohir menjual saham besar klub kepada Steven Zhang, putra dari pemilik perusahaan Suning Holdings Group pada 2019.
"Inter dibeli pengusaha China? Saya tidak terkejut karena Thohir pasti sudah menjualnya setelah proyeknya gagal," kata mantan CEO Inter, Ernesto Paolillo, dikutip dari One Football.
"Thohir melepas kepemimpinannya karena neraca keuangannya bangkrut. Saya sudah menyampaikan hal ini kepada manajemen."
"Saya sudah melaporkannya empat kali dan dia sudah tahu. Seharusnya dia bisa melakukan apa yang bisa dilakukan orang lain."
Disinyalir salah satu kesulitan Inter di era Erick Thohir juga terjadi karena ia jarang hadir di markas klub, juga di Giuseppe Meazza.
Di era Erick Thohir juga ia merekrut Piero Ausilio sebagai Direktur Klub, Michael Bolingbroke sebagai CEO, dan Claire Lewis serta Robert Faulkner untuk mengisi jajaran manajemen.