Minus

Antonio Conte

Antonio Conte juga bukan tanpa celah. Ia punya beberapa kekurangan yang berpotensi membuat Inter Milan justru terbelah.

Satu di antara yang paling mencolok adalah masa lalu sang pelatih bersama Juventus. Sudah tidak bisa ditepikan, Inter Milan dan Juventus bak Tom and Jerry dalam dunia kartun. Mereka saling sikut baik di dalam atau di luar lapangan.

Masa lalu Conte bersama Juventus bisa menjadi bom waktu untuk Inter. Meski tidak perlu diragukan profesionalisme-nya, namun bayang-bayang Juventus bisa membuat konsentrasi sang pelatih kabur.

Faktor lain yang cukup menjadi sorotan adalah soal gaya bermain Conte yang terlalu bertahan. Ketika menakhodai Chelsea, nada-nada sumbang tentang hal tersebut sempat nyaring terdengar. Apalagi, Premier League terkenal dengan sepak bola menyerang.

Meski Serie A lebih lambat dan mengandalkan pertahanan yang kuat sebagai senjata, namun taktik Conte bisa menjadi pisau bermata dua.

Skema 3-5-2 yang diusung Conte juga membuat pengeluaran Inter Milan lebih membengkak. Benang merahnya karena La Beneamata perlu memboyong beberapa pemain anyar untuk menyempurnakan taktik Conte.

Pada era Spalletti, Inter Milan bermain dengan skema 4-2-3-1. Dari warisan taktik tersebut, Conte tidak menemukan pemain yang bisa tampil sebagai pemain sayap bertahan kecuali Kwadwo Asamoah. Selain itu, Inter juga perlu menambah pemain pada sektor depan.

Satu di antara kemampuan Conte yang belum terlihat adalah meraih prestasi di Eropa. Ketika menukangi Juventus dan Chelsea, pelatih 49 tahun itu tak sekalipun membawa pulang trofi kompetisi Eropa.

Meski pada saat ini Inter Milan lebih fokus mengembalikan kejayaan di Italia, namun pada akhirnya Eropa adalah tujuan yang tidak bisa dikesampingkan.'

Kini, Antonio Conte perlu membuktikan jika Inter Milan tak salah menunjuknya menjadi pelatih. Pada sisi lain, ia juga harus siap jika status legenda Juventus yang selama ini tersemat mulai disangsikan.