Wasit yang Bertransformasi Jadi Prajurit Medis

Pierluigi Collina (Zimbio)

Collina hanya menghabiskan tiga musim sebagai wasit di divisi terendah Italia, sebelum dipromosikan ke Serie B dan Serie A. Sebagai seorang pengadil di lapangan, Collina mengaku hanya mencoba untuk menerapkan peraturan.

"Saya hanyalah seorang pria yang taat peraturan. Anda harus diterima di lapanangan pertandingan, bukan karena menjadi wasit, namun karena mereka memercayai Anda," kata Collina.

Dinilai cakap dalam memimpin pertandingan, pada 1995 Pierluigi Collina berhasil masuk ke dalam daftar wasit FIFA meski baru memimpin 43 pertandingan Serie A.

Tugas berat pada level international perdana untuk Collina adalah pada Olimpiade 1996 di Atalanta. Pada ajang tersebut Collina memimpin sebanyak lima pertandingan termasuk final atara Nigeria kontra Argentina. Lagi-lagi Collina menunjukkan kemampuannya, sang wasit dinilai sukses memimpin pertandingan yang berakhir untuk kemenangan Nigeria tersebut.

Setelah Olimpiade, pada 1998 Collina akhirnya bisa mencicipi menjadi pengadil di ajang paling bergengsi, Piala Dunia. Ketika itu, Collina hanya memimpin dua pertandingan pada fase grup, termasuk pertemuan Belanda kontra Belgia yang berakhir imbang tanpa gol.

Satu tahun berselang, Collina mencapai puncak karier sebagai wasit pada level klub. Ya, dia dipercaya oleh UEFA untuk memimpin pertandingan final Liga Champions antara Manchester United kontra Bayern Munchen.

Bagi Collina, bentrokan antara The Red Devils dan Bayern merupakan pertandingan paling berkesan sepanjang kariernya. Collina tak menyangka Manchester United mampu membalikkan keadaan melalui gol yang dikreasikan Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer pada masa injury time.

"Keadaan yang tidak bisa dipercaya ketika Manchester United keluar sebagai pemenang. Itu seperti auman singa," papar Collina.

Sisi lain dari Collina muncul setelah gol Manchester United berbalik unggul. Kala itu, penggawa Bayern, Sammy Kuffuor membenturkan kepalanya ke lapangan sebagai tanda penyesalan, Carsten Jancker terlihat putus asa dengan air mata yang mengalir di pipinya serta Oliver Kahn hanya duduk terpaku dengan tatapan kosong.

Collina yang melihat kejadian tersebut melakukan hal di luar dugaan. Dia berjalan menghampiri pemain Bayern sembari mengulurkan tangannya untuk membangunkan. Ketika itu, Collina terlihat seperti seorang prajurit medis yang sedang memastikan kondisi pasukannya ketimbang wasit yang mencoba menyelesaikan pertandingan.

Sebagai catatan kaki, Collina melalui hari-harinya sebagai wasit dengan menderita penyakit alopecia areata akut. Penyakit itulah yang menjadi penyebab dari kerontokan rambut yang diderita Collina.

Lanjut Baca lagi