Bagi Indonesia yang masyarakatnya terkenal dengan kecintaan terhadap sepak bola, prestasi tersebut mungkin hanya awal dari turnamen yang sebetulnya paling dinantikan yaitu Piala AFF 2018. Kompetisi tersebut digadang-gadang bakal menjadi puncak gempita olahraga Tanah Air.

Optimisme membumbung tinggi sejak arsitek asal Spanyol, Luis Milla, menangani Timnas Indonesia. Milla dianggap sosok yang mampu membawa pulang Piala AFF yang sudah lama dirindukan.

Namun, konflik mulai terjadi, PSSI mengambil langkah dengan tidak memperpanjang kontrak Milla beberapa saat sebelum Piala AFF 2018 bergulir. Kepercayaan diri tinggi yang sebelumnya sudah terbangun, berubah menjadi perasaan cemas.

Para pemain Timnas Indonesia U-23 merayakan gol yang dicetak Irfan Jaya ke gawang Hong Kong U-23, pada laga terakhir Grup A cabang olahraga sepak bola Asian Games 2018 di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Senin (20/8) malam WIB. (BolaSkor.com/Rizki Fitrianto)

Layaknya babak dalam setiap film atau pentas, penonton masih belum kehilangan harapan, meski Milla tak lagi ada di dalam peran. PSSI mengubah alur cerita dengan menjadikan legenda sepak bola Indonesia, Bima Sakti, sebagai pelatih baru tim nasional.

Sosok Bima kemudian digadang-gadang bisa menjadi penyelamat Timnas Indonesia. Seperti halnya super hero di setiap film science fiction, Bima dipercaya bisa membawa keajaiban.

Sayang, kehadiran Bima tetap membuat Piala AFF yang seharusnya menjadi klimaks dari tahun olahraga, menjadi bagian dalam skenario yang seharusnya tidak pernah ada. Ajang tersebut menjadi anti klimaks dari banyaknya prestasi membanggakan atlet Indonesia di tahun ini.

Timnas Indonesia. (AFF Suzuki Cup).

Cabang olahraga yang paling mendapat banyak sorotan, kembali tampil mengecewakan. Timnas Indonesia tak berdaya, tidak mampu bersaing, bahkan di level Asia Tenggara.

Jika boleh memilih, seharusnya Piala AFF tidak perlu ada di dalam skenario tahun olahraga. Seharusnya tirai pementasan sudah tertutup saat Asian Para Games 2018 berakhir.

Timnas Indonesia dipastikan gagal lolos dari fase grup Piala AFF 2018. Tim asuhan Bima Sakti hanya mampu meraih satu kemenangan dari empat pertandingan yang dijalani.

Bima Sakti Tukiman. (AFF Suzuki Cup)

PSSI kembali menjadi sorotan, perhatian masyarakat akan prestasi atlet Indonesia pada Asian Games dan Asian Para Games 2018 kembali teralih dengan polemik yang tak kunjung usai dari induk organisasi yang penuh drama.

Alur cerita yang sebelumnya membanggakan prestasi, kini kembali kepada ketua PSSI, Edy Rahmayadi, yang dituntut mundur dari jabatan. Penggila sepak bola Tanah Air juga meminta pengurus PSSI melakukan revolusi, pembenahan struktur dengan membuang orang yang dianggap muka lama. Sebuah cerita yang dapat diketahui, tidak akan jelas ke mana muaranya.

Pentas tahun olahraga akhirnya berakhir dengan anti klimaks. Hanya dalam hitungan hari, 2018 akan berakhir. Sudah saatnya menutup tirai, sembari berharap ada sutradara dan penulis skenario olahraga yang lebih baik lagi di tahun depan.