Jeda yang mepet membuat pria yang akrab disapa Itop itu merasa kurang maksimal. Lamanya waktu produksi membuat bangku GOR Kertajaya tak bisa semuanya penuh dengan kaus.

"Ide itu mulai dari sejak kami masuk final. Begitu kami menang lawan Mono, dengan tim EO kami berpikir, apa yang kira-kira kami bisa kasih buat fans? Termasuk entertainment-nya, tambahan LED, tambahan lighting, termasuk musik dan lain-lain," ujar Itop.

"Jadi, baju itu saya bersyukur bisa dilakukan. Karena last minute banget. Waktu itu kami dari menang gim ketiga sama Mono ada jeda dengan main di Singapura. Itu pun hampir tidak kejadian, tetapi akhirnya saya bersyukur itu bisa kejadian baju itu," sambungnya.

Pembagian kaus untuk penggemar terbilang baru di Indonesia. Hal ini memang jamak dilakukan tim NBA, tetapi di tanah air, CLS Knights Indonesia boleh berbangga menjadi klub pertama yang melakukannya.

Inspirasi, sih, banyak. Dari tim NBA sudah banyak yang membagikan baju-baju seperti itu. Cuma di Indonesia belum pernah bagi-bagi sampai sebanyak ini. Belum pernah. Dan agak riskan juga. Kami degdegan," ujar Itop.

"Namun, memang sayang, kami tidak bisa membuat ungu semua. Karena bahan ungu itu susah dapatnya. Akhirnya kami cuma dapat bahan ungu itu seribu dan kami bagi. Oke, seribu. Dibagi hanya di court-side buat dua hari. Yang lain putih semua. Putih diblok ungu di tengahnya," tutur fans berat Los Angeles Lakers tersebut.

Gim keempat final ABL 2018/2019 sekaligus menjadi laga kandang terakhir CLS Knights Indonesia di GOR Kertajaya musim ini. Klub yang sudah berusia lebih dari 70 tahun itu menutup manis musim mereka dengan kemenangan 87-74 atas Singapore Slingers.

Kini, CLS Knights Indonesia hanya perlu satu kemenangan lagi untuk membuat kisah dongeng mereka berakhir manis. Kemenangan pada gim kelima atas Slingers, di OCBC Arena, Rabu (15/5) akan membuat mereka menjadi jawara ABL untuk pertama kalinya.*